Cara Mendapatkan Iman yang Sempurna, Pesan Syekh Ali Jaber tentang Cinta kepada Nabi Muhammad SAW

Syekh Ali Jaber mengingatkan pentingnya menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai sosok utama yang mengisi hati setiap umat Islam.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Okt 2024, 14:30 WIB
Syekh Ali Jaber saat berdakwah. (Yayasan Syekh Ali Jaber via YouTube Syekh Ali Jaber)

Liputan6.com, Jakarta - Iman yang sempurna adalah kondisi ketika seorang Muslim mencintai Nabi Muhammad SAW lebih dari apapun, termasuk orang tua, anak, harta, bahkan dirinya sendiri.

Cinta ini bukan hanya soal perasaan, tetapi harus terwujud dalam tindakan nyata seperti mengikuti ajaran Nabi, memperbanyak sholawat, dan meneladani akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan iman yang sempurna, seorang Muslim akan merasakan kedamaian, keteguhan dalam beribadah, dan kedekatan yang lebih mendalam dengan Allah, menjadikannya sebagai hamba yang lebih baik dan bertaqwa.

Syekh Ali Jaber, dalam ceramahnya yang dikutip dari kanal YouTube @babangakhtar, membahas bagaimana cara mencapai iman yang sempurna menurut ajaran Islam.

Ia mengingatkan pentingnya menjadikan Nabi Muhammad sebagai sosok utama yang mengisi hati setiap umat Islam. Menurutnya, iman seseorang belumlah sempurna jika ia belum mencintai Rasulullah lebih dari siapapun, termasuk orang tua, anak, harta, bahkan dirinya sendiri.

Dalam Islam, iman yang sempurna berkaitan erat dengan cinta yang mendalam kepada Nabi Muhammad. Cinta ini tidak hanya sekadar ungkapan atau perasaan, tetapi harus menjadi pendorong dalam setiap aspek kehidupan.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Begini Kategori Iman yang Sempurna

Ilustrasi (Sumber: Pinterest.com/kalbarsatu id)

"Rasulullah sendiri menyatakan bahwa seseorang belum dianggap memiliki iman yang sempurna jika belum mencintainya lebih dari keluarga dan dirinya sendiri," katanya.

Ini bukan berarti mengabaikan keluarga, tetapi menunjukkan bahwa posisi Nabi Muhammad SAW adalah yang tertinggi dalam kehidupan seorang Muslim.

Syekh Ali menjelaskan bahwa mencintai Rasulullah lebih dari apa pun tidak dapat dicapai hanya dengan perkataan, tetapi harus melalui upaya spiritual dan emosional.

"Salah satu caranya adalah dengan memperbanyak sholawat, yang akan membawa perasaan cinta tersebut ke dalam hati. Sholawat bukan hanya doa, tetapi juga sarana untuk mendekatkan diri kepada Nabi Muhammad dan menumbuhkan cinta yang mendalam," tambahnya.

Lebih lanjut, Syekh Ali menekankan pentingnya mempelajari kisah-kisah kehidupan Nabi Muhammad. Kisah-kisah tersebut akan membuka mata hati kita tentang betapa mulianya akhlak Rasulullah, serta bagaimana ia menjalani kehidupannya dengan kesabaran, kasih sayang, dan kebijaksanaan.

Dengan mempelajari dan meresapi kisah-kisah ini, kita akan semakin merasakan kehadiran Rasulullah dalam hati dan hidup kita.

Menurut Syekh Ali, cinta kepada Nabi Muhammad haruslah tulus dan ikhlas, serta menjadi bagian integral dari iman seorang Muslim. Ketika cinta ini tumbuh, maka perasaan hormat, rindu, dan keinginan untuk mengikuti jejak langkah Nabi akan menjadi lebih kuat.

Ini akan membantu setiap Muslim dalam memperbaiki diri dan menjalani kehidupan sesuai dengan tuntunan Islam.


Manfaat Cinta Rasulullah SAW

Kaligrafi Nabi Muhammad SAW | Via: istimewa

Selain itu, Syekh Ali juga menekankan bahwa cinta kepada Nabi Muhammad dapat menjadi benteng dari godaan duniawi. Ketika hati seorang Muslim dipenuhi dengan cinta kepada Rasulullah, maka segala hal yang bertentangan dengan ajaran Islam akan terasa kurang menarik.

Hati yang terisi dengan cinta ini akan selalu berusaha untuk mengikuti sunnah Nabi dan menjaga keimanan dari godaan yang bisa merusak.

Cinta yang mendalam kepada Nabi Muhammad juga akan membuat seorang Muslim semakin dekat dengan Allah. Dalam ajaran Islam, Nabi Muhammad adalah perantara yang membawa petunjuk dan wahyu Allah kepada umat manusia.

"Dengan mencintai Nabi Muhammad, kita secara tidak langsung juga memperkuat hubungan kita dengan Allah, karena kita mengikuti hamba-Nya yang paling dicintai." terangnya.

Syekh Ali mengingatkan bahwa kesempurnaan iman bukanlah sesuatu yang mudah dicapai. Dibutuhkan usaha dan komitmen yang terus-menerus dalam menghidupkan cinta kepada Nabi Muhammad.

Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan memperbanyak amalan sunnah, seperti memperbanyak sholawat, mempelajari hadis, dan meneladani perilaku Nabi dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika cinta kepada Nabi Muhammad telah tertanam kuat di hati, maka akan timbul perasaan rindu yang mendalam untuk bertemu dengannya di akhirat. Perasaan ini akan memotivasi seorang Muslim untuk terus memperbaiki diri dan meningkatkan amal ibadah, karena ia ingin menjadi bagian dari umat yang dicintai oleh Nabi Muhammad.

Syekh Ali juga mengingatkan bahwa mencintai Nabi Muhammad harus ditunjukkan dalam perbuatan nyata, bukan hanya dalam kata-kata.

Cinta yang tulus kepada Rasulullah akan tercermin dalam sikap, perilaku, dan bagaimana kita memperlakukan sesama manusia. Rasulullah adalah teladan terbaik dalam hal akhlak, dan mencintainya berarti berusaha untuk meniru sifat-sifat baik yang dimilikinya.

Dengan semakin mendalamnya cinta kepada Nabi Muhammad, seorang Muslim akan merasakan kedamaian dan kebahagiaan dalam menjalani hidup.

Cinta ini akan menjadi sumber kekuatan dalam menghadapi ujian dan cobaan hidup, karena ia tahu bahwa mengikuti jejak langkah Nabi adalah jalan menuju kebahagiaan yang hakiki di dunia dan akhirat.

Syekh Ali juga menegaskan bahwa mencintai Nabi Muhammad adalah kewajiban bagi setiap Muslim. Namun, cinta ini tidak boleh dipaksakan, melainkan harus tumbuh dari dalam hati. Dengan memperbanyak ibadah, membaca shalawat, dan mempelajari kisah hidup Nabi, cinta ini akan tumbuh secara alami dan membawa kita menuju kesempurnaan iman.

Pada akhirnya, kesempurnaan iman hanya dapat dicapai ketika cinta kepada Nabi Muhammad telah menguasai hati dan menjadi pendorong utama dalam setiap tindakan kita. Syekh Ali mengajak setiap Muslim untuk terus berusaha menumbuhkan cinta ini, karena dengan cinta yang tulus kepada Rasulullah, kita akan semakin dekat dengan Allah dan meraih kebahagiaan yang abadi.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya