GAPKI Bakal Gelar IPOC 2024, Ini Bocorannya

dalam IPOC 2024 juga akan dibahas mengenai berbagai kebijakan minyak sawit Indonesia, perspektif pasar dari negara-negara pengimpor, serta analisis pasokan dan permintaan minyak sawit dunia.

oleh Tira Santia diperbarui 22 Okt 2024, 17:15 WIB
Konferensi pers 20th Indonesian Palm Oil Conference and 2025 Price Outlook (IPOC 2024). (Tira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) kembali akan menggelar 20th Indonesian Palm Oil Conference and 2025 Price Outlook (IPOC 2024) yang akan diadakan pada tanggal 6-8 November 2024 di Bali International Convention Center, The Westin Resort,  Nusa Dua, Bali.

IPOC kali ini mengusung tema "Seizing Opportunities Amidst Global Uncertainty". Konferensi ini diharapkan  menjadi forum strategis untuk membahas berbagai peluang di tengah ketidakpastian global.

Bendahara Umum GAPKI sekaligus Ketua Panitia Pelaksanaan IPOC 2024 Mona Surya, mengatakan IPOC 2024 direncanakan akan dibuka oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, serta menghadirkan sejumlah menteri lain, seperti Menteri Pertanian, Menteri Perdagangan, dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.

"Konferensi ini juga akan menyajikan analisis mendalam mengenai situasi pasar minyak nabati global, dengan fokus pada perkembangan dan dinamika terkini yang memengaruhi industri minyak sawit," kata Mona dalam konferensi pers IPOC 2024, Selasa (22/10/2024).

Selain itu, dalam IPOC 2024 juga akan dibahas mengenai berbagai kebijakan minyak sawit Indonesia, perspektif pasar dari negara-negara pengimpor, serta analisis pasokan dan permintaan minyak sawit dunia akan menjadi topik pembahasan utama dalam IPOC 2024 ini.

Para pakar terkemuka di bidang minyak nabati seperti Thomas Mielke (Oil World), Julian McGill (Glenauk Economics), Nagaraj Meda (Transgraph), dan Dorab Mistry (Godrej International Ltd) dijadwalkan hadir untuk memberikan pandangannya mengenai tren harga di masa depan.

Mona menyebut bahwa IPOC telah menjadi wadah bagi para pemangku kepentingan di industri kelapa sawit, baik di tingkat nasional maupun internasional selama 19 tahun terakhir. Dalam penyelenggaraan dua hari tersebut mencakup konferensi, pameran produk, perkembangan teknologi, dan layanan terbaru di industri kelapa sawit. 


Ekspor Tembus Rp 450 Triliun, Kelapa Sawit Jadi Contoh Sukses Hilirisasi Industri

Seorang pekerja sedang menebang pohon di perkebunan kelapa sawit di Sampoiniet, provinsi Aceh (7/3/2021). Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang memiliki produksi terbesar di Kabupaten Aceh. (AFP Photo/Chaideer Mahyuddin)

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian terus mendorong pengembangan hilirisasikelapa sawit yang berkelanjutan dengan berbasis riset dan inovasi. Melalui aktivitas riset dan inovasi yang terimplementasi pada sektor industri komersial, sektor kelapa sawit diyakini akan berubah wujud menjadi industri masa depan yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkualitas dan berkelanjutan.

“Kelapa sawit menjadi model dan contoh sukses dari hilirisasi industri, baik itu untuk menghasilkan produk turunan sawit pangan (oleofood), non-pangan (oleochemical), bahan bakar terbarukan (biofuel), hingga material baru ramah lingkungan (biomaterial), pada skala industri berkelanjutan,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika pada  pembukaan Pekan Riset Sawit Indonesia (Perisai) 2024 di Nusa Dua, Bali.

Dirjen Industri Agro mengemukakan, perkembangan produk hilir kelapa sawit dalam 10 tahun terakhir meningkat signifikan. Semula terdapat 45 jenis produk, kini menjadi lebih dari 200 jenis produk hilir kelapa sawit. Selain itu, capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia juga erat kaitannya dengan kontribusi sektor perkelapasawitan hulu-hilir, yang dikategorikan sebagai subsektor industri agro berdaya saing kuat.

“Data tahun 2023 menyebutkan bahwa nilai ekspor kelapa sawit dan turunannya mencapai Rp450 triliun atau berkontribusi sebesar 11,6 persen dari total ekspor nonmigas. Secara total, untuk bisnisnya mencapai Rp800 triliun. Sektor ini juga telah menyerap tenaga kerja sebanyak 16,2 juta orang, termasuk tenaga kerja tidak langsung yang melibatkan pelaku usaha perkebunan rakyat atau smallholder,” paparnya.

Melihat potensi besar tersebut, Kemenperin mendukung upaya berbagai pihak dalam pengembangan inovasi teknologi industri pengolahan kelapa sawit baik di sektor hulu perkebunan sampai dengan sektor hilir di industri pengolahan.

“Kami juga mengupayakan fasilitasi pengembangan teknologi industri melalui penyusunan kebijakan yang pro-inovasi, hingga matching antarpihak terkait komersialisasi inovasi baru,” imbuhnya. 


Teknologi Edible-Coating

Putu menilai pentingnya pembentukan konsorsium multipihak dalam aktivitas riset untuk menghasilkan champion. Salah satu contoh sukses konsorsium riset yang difasilitasi oleh Kemenperin adalah teknologi edible-coating berbasis minyak sawit untuk memperpanjang masa simpan buah tropis.

“Riset ini, yang didukung oleh Kemenperin, berhasil menjembatani kebutuhan industri dengan inovasi riset, dan saat ini sedang dalam proses sertifikasi food grade untuk komersialisasi,” terangnya.

Guna memacu penggunaan teknologi modern dan mendorong aktivitas riset, lanjut Putu, Kemenperin telah melakukan berbagai upaya strategis, antara lain pelaksanaan program restrukturisasi mesin dan peralatan produksi. Selain itu, Kemenperin membangun Indonesia Manufacturing Center (IMC) untuk menunjang kolaborasi riset tersebut.

“Kami sangat terbuka untuk penggunaan IMC agar dapat memfasilitasi tindaklanjut hasil riset hingga mencapai komersialisasi. Kami juga mendorong perusahaan-perusahaan industri pengolahan sawit untuk dapat membangun pusat risetnya di Indonesia,” tandasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya