Nama Asli Sunan Ampel: Raden Rahmat, Tokoh Penyebar Islam di Jawa

Mengenal lebih dalam sosok Sunan Ampel, salah satu anggota Wali Songo yang berperan besar dalam penyebaran Islam di Jawa pada abad ke-15.

oleh Liputan6 diperbarui 25 Okt 2024, 06:45 WIB
Sunan Ampel | Dok. Bintang.com/Ardini Maharani

Liputan6.com, Jakarta Sunan Ampel merupakan salah satu tokoh penting dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa, khususnya di wilayah Jawa Timur. Sebagai anggota Wali Songo, Sunan Ampel memiliki peran yang sangat signifikan dalam proses Islamisasi di Nusantara pada abad ke-15. Namun, tidak banyak yang mengetahui nama asli dan riwayat hidup beliau secara lengkap.

Artikel ini akan mengulas secara mendalam tentang sosok Sunan Ampel, mulai dari nama asli, silsilah keluarga, perjalanan dakwah, hingga peninggalan bersejarah yang masih dapat kita saksikan hingga saat ini.


Nama Asli dan Silsilah Keluarga Sunan Ampel

Nama asli Sunan Ampel adalah Raden Rahmat. Beliau lahir di Champa (ada yang menyebut sebagai wilayah di Kamboja atau Aceh) sekitar tahun 1401 Masehi. Sunan Ampel merupakan putra sulung dari Syekh Ibrahim As-Samarqandy, yang lebih dikenal sebagai Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik. Ibunda Sunan Ampel bernama Dewi Candrawulan, yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga kerajaan Majapahit.

Silsilah keluarga Sunan Ampel dapat ditelusuri hingga Nabi Muhammad SAW. Beliau merupakan keturunan ke-23 dari Rasulullah melalui jalur Husein bin Ali. Berikut adalah urutan nasab Sunan Ampel:

  1. Nabi Muhammad SAW
  2. Fatimah Az-Zahra dan Ali bin Abi Thalib
  3. Husein bin Ali
  4. Ali Zainal Abidin
  5. Muhammad Al-Baqir
  6. Ja'far Ash-Shadiq
  7. Ali Al-Uraidhi
  8. Muhammad An-Naqib
  9. Isa Ar-Rumi
  10. Ahmad Al-Muhajir
  11. Ubaidillah
  12. Alwi Al-Awwal
  13. Muhammad Shahibus Shaumah
  14. Alwi Ats-Tsani
  15. Ali Khali' Qasam
  16. Muhammad Shahib Mirbath
  17. Alwi Ammil Faqih
  18. Abdul Malik
  19. Abdullah Azmatkhan
  20. Ahmad Syah Jalaluddin
  21. Jamaluddin Al-Husaini
  22. Ibrahim As-Samaraqandi (Maulana Malik Ibrahim)
  23. Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)

Sunan Ampel memiliki hubungan kekerabatan yang erat dengan keluarga kerajaan Majapahit. Bibi beliau, Dyah Dwarawati, merupakan istri dari Raja Majapahit yang bergelar Bhre Kertabhumi. Hubungan ini kelak memiliki peran penting dalam memudahkan dakwah Sunan Ampel di wilayah kekuasaan Majapahit.


Perjalanan Hidup dan Dakwah Sunan Ampel

Sunan Ampel diperkirakan tiba di Pulau Jawa sekitar tahun 1443 Masehi. Beliau datang bersama saudaranya, Sayid Ali Murtadho, dan saudara sepupunya, Abu Hurairah. Tujuan awal kedatangan mereka adalah untuk menemui bibi mereka, Dyah Dwarawati, yang telah menjadi permaisuri Raja Majapahit.

Sebelum menetap di Jawa, Sunan Ampel sempat singgah di Palembang selama beberapa tahun. Di sana, beliau bertemu dengan Arya Damar, penguasa Palembang saat itu. Sunan Ampel berhasil memperkenalkan Islam kepada Arya Damar, meskipun sang penguasa belum secara terbuka menyatakan keislamannya karena khawatir akan reaksi rakyatnya yang masih menganut kepercayaan lama.

Setibanya di Jawa, Sunan Ampel mendapat sambutan baik dari keluarga kerajaan Majapahit. Raja Majapahit memberikan sebidang tanah di daerah Ampel Denta, yang saat ini terletak di Surabaya, sebagai hadiah dan tempat tinggal bagi Sunan Ampel. Di sinilah beliau mulai membangun pusat dakwah dan pendidikan Islam yang kelak menjadi cikal bakal Pesantren Ampel Denta.

Strategi dakwah Sunan Ampel sangat memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Beliau tidak serta-merta menghapus tradisi dan kepercayaan lama, melainkan berusaha mengakulturasikan nilai-nilai Islam ke dalam budaya lokal. Pendekatan ini terbukti efektif dalam menarik minat masyarakat untuk mempelajari dan akhirnya memeluk agama Islam.


Metode Dakwah Moh Limo

Salah satu ajaran Sunan Ampel yang paling terkenal dan masih relevan hingga saat ini adalah falsafah "Moh Limo" atau "Molimo". Konsep ini merupakan pedoman moral yang mengajak masyarakat untuk menjauhi lima hal tercela. Berikut adalah penjelasan lengkap tentang Moh Limo:

  1. Moh Main: tidak mau berjudi atau melakukan permainan yang mengandung unsur perjudian.
  2. Moh Ngombe: tidak mau minum-minuman keras atau segala jenis minuman yang memabukkan.
  3. Moh Maling: tidak mau mencuri atau mengambil hak milik orang lain secara tidak sah.
  4. Moh Madat: tidak mau mengonsumsi narkoba, candu, atau zat-zat yang memabukkan dan merusak kesehatan.
  5. Moh Madon: tidak mau berzina atau melakukan hubungan seksual di luar ikatan pernikahan yang sah.

Ajaran Moh Limo ini tidak hanya sejalan dengan nilai-nilai Islam, tetapi juga relevan dengan norma-norma sosial masyarakat Jawa pada masa itu. Dengan mengajarkan prinsip-prinsip moral yang mudah dipahami dan diaplikasikan, Sunan Ampel berhasil menanamkan fondasi akhlak yang kuat di kalangan pengikutnya.

Selain Moh Limo, Sunan Ampel juga dikenal dengan metode dakwah yang lembut dan persuasif. Beliau sering menggunakan pendekatan kultural, seperti memanfaatkan seni dan tradisi lokal sebagai media penyampaian ajaran Islam. Hal ini memudahkan masyarakat untuk menerima dan memahami ajaran baru tanpa merasa terancam atau terpaksa meninggalkan adat istiadat mereka.


Peran Sunan Ampel dalam Perkembangan Islam di Jawa

Kontribusi Sunan Ampel dalam penyebaran dan pengembangan Islam di Jawa sangatlah signifikan. Beberapa peran penting beliau antara lain:

  1. Mendirikan Pesantren Ampel Denta: Pesantren ini menjadi pusat pendidikan Islam yang sangat berpengaruh pada masanya. Banyak tokoh penting, termasuk beberapa anggota Wali Songo lainnya, yang pernah menimba ilmu di pesantren ini.
  2. Menjadi penasihat Kerajaan Majapahit: Posisi Sunan Ampel yang dekat dengan keluarga kerajaan memungkinkan beliau untuk memberikan pengaruh positif terhadap kebijakan-kebijakan kerajaan, terutama yang berkaitan dengan umat Islam.
  3. Membina kader-kader dakwah: Sunan Ampel mendidik banyak murid yang kemudian menjadi tokoh-tokoh penting dalam penyebaran Islam di berbagai daerah. Di antara murid-murid beliau yang terkenal adalah Sunan Giri, Sunan Bonang, dan Raden Patah (pendiri Kesultanan Demak).
  4. Memperkenalkan sistem pendidikan pesantren: Model pendidikan yang dirintis oleh Sunan Ampel menjadi cikal bakal sistem pesantren yang hingga kini masih eksis dan berkembang di Indonesia.
  5. Mengembangkan metode dakwah yang adaptif: Pendekatan dakwah Sunan Ampel yang memadukan nilai-nilai Islam dengan kearifan lokal menjadi model bagi para pendakwah setelahnya dalam menyebarkan Islam di Nusantara.

Sunan Ampel juga berperan penting dalam pendirian Kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Beliau mendukung dan membimbing Raden Patah, salah satu muridnya, untuk mendirikan kesultanan ini pada tahun 1475 M. Keberadaan Kesultanan Demak menjadi tonggak penting dalam perkembangan Islam di Jawa, yang kemudian menyebar ke berbagai wilayah di Nusantara.


Keluarga dan Keturunan Sunan Ampel

Sunan Ampel menikah dua kali selama hidupnya. Istri pertama beliau adalah Nyai Ageng Manila, putri dari Arya Teja, seorang Adipati Tuban. Dari pernikahan ini, Sunan Ampel dikaruniai beberapa anak, di antaranya:

  1. Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim)
  2. Sunan Drajat (Raden Qasim)
  3. Siti Syariah (Nyai Ageng Maloka)
  4. Siti Muthmainnah
  5. Siti Hafsah

Istri kedua Sunan Ampel adalah Dewi Karimah. Dari pernikahan ini, beliau memiliki beberapa anak, yaitu:

  1. Dewi Murtasiyah (istri Sunan Giri)
  2. Dewi Asyiqah (istri Raden Patah)
  3. Raden Husamuddin (Sunan Lamongan)
  4. Raden Zainal Abidin (Sunan Demak)
  5. Pangeran Tumapel (Sayyid Maulana Hamzah)
  6. Raden Faqih (Sunan Ampel II)

Banyak dari keturunan Sunan Ampel yang kemudian menjadi tokoh-tokoh penting dalam penyebaran Islam di berbagai daerah di Nusantara. Hal ini menunjukkan bahwa warisan keilmuan dan semangat dakwah Sunan Ampel terus berlanjut melalui generasi-generasi berikutnya.


Peninggalan Bersejarah Sunan Ampel

Meskipun Sunan Ampel telah wafat berabad-abad yang lalu, jejak perjuangan dan dakwah beliau masih dapat kita saksikan hingga saat ini melalui berbagai peninggalan bersejarah. Beberapa di antaranya adalah:

1. Masjid Ampel

Masjid Ampel merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Terletak di Kelurahan Ampel, Kecamatan Semampir, Surabaya, masjid ini didirikan oleh Sunan Ampel pada abad ke-15. Arsitektur masjid ini memadukan gaya Jawa, Arab, dan sentuhan Hindu-Buddha, mencerminkan pendekatan akulturasi yang diterapkan Sunan Ampel dalam dakwahnya.

Masjid Ampel tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat kegiatan sosial dan pendidikan Islam. Hingga kini, masjid ini masih ramai dikunjungi jamaah dan peziarah dari berbagai daerah di Indonesia.

2. Makam Sunan Ampel

Makam Sunan Ampel terletak di kompleks Masjid Ampel, tepatnya di sebelah barat masjid. Makam ini menjadi tujuan ziarah bagi ribuan umat Islam setiap tahunnya. Para peziarah datang untuk mendoakan dan mengambil hikmah dari perjuangan Sunan Ampel dalam menyebarkan Islam.

3. Gapura Masjid Ampel

Gapura Masjid Ampel merupakan pintu masuk menuju kompleks masjid dan makam Sunan Ampel. Gapura ini memiliki arsitektur unik yang menggabungkan unsur Jawa dan Arab. Terdapat lima pintu pada gapura ini, yang konon melambangkan rukun Islam.

4. Sumur Berkah

Di kompleks Masjid Ampel terdapat sebuah sumur yang diyakini memiliki air yang berkah. Sumur ini dikenal dengan nama Sumur Berkah atau Sumur Ampel. Banyak peziarah yang mengambil air dari sumur ini untuk dibawa pulang, dengan keyakinan bahwa air tersebut membawa keberkahan.

5. Pesantren Ampel Denta

Meskipun bangunan asli pesantren yang didirikan Sunan Ampel sudah tidak ada lagi, namun semangat dan tradisi keilmuan yang dirintis beliau masih terus berlanjut. Saat ini, terdapat beberapa pesantren di sekitar kompleks Masjid Ampel yang meneruskan estafet pendidikan Islam yang dirintis oleh Sunan Ampel.


Warisan Intelektual dan Spiritual Sunan Ampel

Selain peninggalan fisik berupa bangunan dan situs bersejarah, Sunan Ampel juga mewariskan kekayaan intelektual dan spiritual yang tak ternilai harganya. Beberapa di antaranya adalah:

1. Tradisi Pesantren

Sistem pendidikan pesantren yang dirintis oleh Sunan Ampel menjadi model bagi pengembangan lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Metode pengajaran yang memadukan ilmu agama dengan keterampilan praktis masih relevan dan terus dikembangkan hingga saat ini.

2. Pendekatan Dakwah Kultural

Strategi dakwah Sunan Ampel yang mengedepankan pendekatan kultural dan akomodatif terhadap tradisi lokal menjadi inspirasi bagi generasi pendakwah setelahnya. Pendekatan ini terbukti efektif dalam menyebarkan Islam di tengah masyarakat yang multikultur seperti di Indonesia.

3. Ajaran Moral Moh Limo

Konsep Moh Limo yang diajarkan Sunan Ampel tidak hanya relevan pada masanya, tetapi juga masih sangat aplikatif hingga saat ini. Ajaran ini menjadi pedoman moral yang mudah dipahami dan diterapkan oleh masyarakat luas.

4. Jaringan Keilmuan dan Dakwah

Sunan Ampel berhasil membangun jaringan keilmuan dan dakwah yang luas melalui murid-muridnya yang tersebar di berbagai daerah. Jaringan ini menjadi sarana efektif dalam mempercepat penyebaran Islam di Nusantara.

5. Karya Sastra dan Seni

Meskipun tidak banyak karya tulis yang secara langsung dinisbatkan kepada Sunan Ampel, namun pengaruh beliau dapat dilihat dalam berbagai karya sastra dan seni Jawa yang bernafaskan Islam. Penggunaan media kesenian sebagai sarana dakwah juga merupakan salah satu warisan metode Sunan Ampel yang masih relevan hingga kini.


Pengaruh Sunan Ampel terhadap Perkembangan Islam di Nusantara

Pengaruh Sunan Ampel dalam perkembangan Islam di Nusantara sangatlah luas dan mendalam. Beberapa aspek penting dari pengaruh beliau antara lain:

1. Islamisasi Jawa Timur

Sunan Ampel berperan besar dalam proses Islamisasi di wilayah Jawa Timur, khususnya di daerah Surabaya dan sekitarnya. Keberhasilannya dalam mengislamkan wilayah yang sebelumnya merupakan basis Hindu-Buddha menjadi model bagi penyebaran Islam di daerah lain.

2. Pengembangan Pendidikan Islam

Pesantren Ampel Denta yang didirikan Sunan Ampel menjadi cikal bakal sistem pendidikan pesantren yang hingga kini masih eksis di Indonesia. Model pendidikan yang memadukan ilmu agama dengan keterampilan praktis menjadi karakteristik khas pesantren di Nusantara.

3. Pembentukan Kader Dakwah

Banyak murid Sunan Ampel yang kemudian menjadi tokoh-tokoh penting dalam penyebaran Islam di berbagai daerah. Hal ini menunjukkan keberhasilan Sunan Ampel dalam membentuk kader-kader dakwah yang tangguh dan berpengaruh.

4. Pengaruh Politik

Kedekatan Sunan Ampel dengan keluarga kerajaan Majapahit memungkinkan beliau untuk memberikan pengaruh positif terhadap kebijakan-kebijakan kerajaan. Hal ini turut memperlancar proses Islamisasi di wilayah kekuasaan Majapahit.

5. Pengembangan Metode Dakwah

Pendekatan dakwah Sunan Ampel yang akomodatif terhadap budaya lokal menjadi model bagi pengembangan metode dakwah di Nusantara. Strategi ini terbukti efektif dalam menarik minat masyarakat untuk mempelajari dan memeluk Islam tanpa harus meninggalkan identitas budaya mereka.


Kontroversi dan Mitos Seputar Sunan Ampel

Sebagaimana tokoh-tokoh besar lainnya dalam sejarah, sosok Sunan Ampel juga tidak lepas dari berbagai kontroversi dan mitos. Beberapa di antaranya adalah:

1. Asal-usul Sunan Ampel

Terdapat perbedaan pendapat mengenai tempat kelahiran Sunan Ampel. Sebagian sumber menyebutkan beliau lahir di Champa (Vietnam atau Kamboja), sementara sumber lain menyatakan beliau berasal dari Jeumpa, Aceh. Kontroversi ini muncul karena minimnya catatan sejarah yang akurat mengenai masa kecil Sunan Ampel.

2. Hubungan dengan Kerajaan Majapahit

Beberapa versi cerita rakyat menggambarkan Sunan Ampel sebagai tokoh yang berperan dalam keruntuhan Kerajaan Majapahit. Namun, pandangan ini ditentang oleh banyak sejarawan yang melihat peran Sunan Ampel lebih sebagai jembatan antara tradisi lama dan baru, bukan sebagai penyebab keruntuhan kerajaan.

3. Kekuatan Supranatural

Seperti halnya anggota Wali Songo lainnya, sosok Sunan Ampel juga sering dikaitkan dengan berbagai cerita mengenai kekuatan supranatural atau karomah. Meskipun cerita-cerita ini populer di masyarakat, namun kebenarannya sulit dibuktikan secara ilmiah.

4. Sumur Berkah

Mitos mengenai khasiat air dari Sumur Berkah di kompleks Masjid Ampel masih dipercaya oleh sebagian masyarakat. Meskipun demikian, para ulama selalu mengingatkan bahwa keyakinan terhadap kekuatan air tersebut tidak boleh melebihi batas-batas akidah Islam.

5. Peran dalam Pendirian Kesultanan Demak

Terdapat perbedaan pendapat mengenai sejauh mana peran Sunan Ampel dalam pendirian Kesultanan Demak. Beberapa sumber menyatakan beliau sebagai inisiator utama, sementara sumber lain menggambarkan peran beliau lebih sebagai penasihat spiritual.

Terlepas dari berbagai kontroversi dan mitos yang berkembang, tidak dapat dipungkiri bahwa Sunan Ampel memiliki peran yang sangat penting dalam sejarah perkembangan Islam di Nusantara. Warisan intelektual dan spiritual beliau terus memberikan pengaruh positif hingga saat ini.


Relevansi Ajaran Sunan Ampel di Era Modern

Meskipun Sunan Ampel hidup berabad-abad yang lalu, banyak dari ajaran dan metode dakwah beliau yang masih relevan dan dapat diterapkan di era modern. Beberapa di antaranya adalah:

1. Pendekatan Dakwah Kultural

Di tengah masyarakat yang semakin plural, pendekatan dakwah yang menghargai keragaman budaya seperti yang diterapkan Sunan Ampel menjadi semakin penting. Metode ini dapat membantu mengurangi potensi konflik dan meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap ajaran Islam.

2. Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum

Konsep pendidikan yang memadukan ilmu agama dengan keterampilan praktis yang dirintis Sunan Ampel melalui pesantrennya masih sangat relevan di era modern. Pendekatan ini dapat membantu menciptakan generasi Muslim yang tidak hanya saleh secara spiritual, tetapi juga kompeten dalam berbagai bidang kehidupan.

3. Ajaran Moral Moh Limo

Prinsip-prinsip moral yang terkandung dalam ajaran Moh Limo masih sangat relevan untuk mengatasi berbagai permasalahan sosial di era modern. Konsep ini dapat dijadikan landasan untuk membangun karakter dan moralitas masyarakat yang lebih baik.

4. Diplomasi dan Pendekatan Persuasif

Kemampuan Sunan Ampel dalam membangun hubungan baik dengan berbagai pihak, termasuk penguasa non-Muslim, dapat menjadi inspirasi bagi para dai modern dalam mengembangkan strategi dakwah yang lebih inklusif dan persuasif.

5. Pemanfaatan Media Dakwah

Kreativitas Sunan Ampel dalam memanfaatkan berbagai media untuk berdakwah, seperti seni dan budaya lokal, dapat menjadi inspirasi bagi para dai modern untuk mengoptimalkan penggunaan teknologi dan media kontemporer dalam menyebarkan ajaran Islam.


Kesimpulan

Sunan Ampel, dengan nama asli Raden Rahmat, merupakan salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara, khususnya di Pulau Jawa. Melalui pendekatan dakwah yang akomodatif terhadap budaya lokal, Sunan Ampel berhasil menanamkan nilai-nilai Islam secara damai dan diterima oleh masyarakat luas.

Warisan intelektual dan spiritual Sunan Ampel, seperti sistem pendidikan pesantren, ajaran moral Moh Limo, dan metode dakwah kultural, masih relevan dan memberikan pengaruh positif hingga saat ini. Peninggalan bersejarah seperti Masjid Ampel dan makam beliau menjadi saksi bisu atas perjuangan dan dedikasi Sunan Ampel dalam menyebarkan ajaran Islam.

Mempelajari dan menghayati kisah hidup serta ajaran Sunan Ampel tidak hanya penting dari segi sejarah, tetapi juga dapat memberikan inspirasi dan pedoman bagi generasi Muslim saat ini dalam menghadapi tantangan dakwah di era modern. Semangat toleransi, kearifan lokal, dan integrasi ilmu yang dicontohkan oleh Sunan Ampel masih sangat relevan untuk diterapkan dalam konteks masyarakat Indonesia yang multikultural.

Dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh Sunan Ampel, kita dapat berharap untuk terus membangun masyarakat Islam yang damai, toleran, dan berkemajuan, sesuai dengan cita-cita yang diperjuangkan oleh para Wali Songo, termasuk Sunan Ampel, berabad-abad yang lalu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya