Israel Klaim Tewaskan Hashem Safieddine, Calon Pemimpin Hizbullah

Serangan udara Israel di Lebanon selatan dalam beberapa bulan terakhir telah menewaskan banyak pejabat tinggi Hizbullah.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 23 Okt 2024, 07:33 WIB
Kementerian Kesehatan Lebanon menyampaikan serangan udara Israel menghantam pusat Kota Beirut pada hari Kamis (10/10/2024) yang menyebabkan dua lingkungan, yakni Ras al-Nabaa dan daerah Burj Abi Haidar terbakar. (AP Photo/Hussein Malla)

Liputan6.com, Beirut - Israel mengatakan pada hari Selasa (22/10/2024) bahwa salah satu serangan udaranya di luar Beirut awal bulan ini menewaskan seorang pejabat Hizbullah yang secara luas diharapkan akan menggantikan pemimpin lama kelompok itu, yang tewas dalam serangan udara Israel bulan lalu.

Belum ada konfirmasi langsung dari Hizbullah tentang nasib Hashem Safieddine, seorang ulama berpengaruh yang diharapkan akan menggantikan Hassan Nasrallah, salah satu pendirinya.

Menurut Israel, Safieddine tewas pada awal Oktober dalam sebuah serangan yang juga menewaskan 25 pemimpin Hizbullah lainnya. Demikian seperti dilansir kantor berita AP, Rabu (23/10).

Pinggiran Kota Beirut tempat Safieddine disebut tewas digempur oleh serangkaian serangan udara baru pada hari Selasa, termasuk satu serangan yang menghancurkan sebuah bangunan yang menurut Israel menampung fasilitas Hizbullah. Runtuhnya bangunan tersebut menyebabkan asap dan puing-puing beterbangan ke udara beberapa ratus meter dari tempat juru bicara Hizbullah baru saja memberi pengarahan kepada wartawan tentang serangan drone akhir pekan yang merusak rumah Benjamin Netanyahu.

Serangan udara hari Selasa terjadi 40 menit setelah Israel mengeluarkan peringatan evakuasi untuk dua bangunan di daerah itu yang mereka klaim digunakan oleh Hizbullah. Konferensi pers Hizbullah di dekatnya dipersingkat dan seorang fotografer AP menangkap gambar sebuah rudal yang menuju ke gedung tersebut beberapa saat sebelum dihancurkan. Tidak ada laporan langsung tentang korban jiwa.

Juru bicara utama Hizbullah, Mohammed Afif, mengonfirmasi kelompoknya berada di balik serangan drone pada hari Sabtu (19/10) ke rumah Netanyahu di kota pesisir Caesarea. Israel mengatakan baik Netanyahu maupun istrinya tidak berada di rumah pada saat serangan itu.


Rumah Sakit di Lebanon Khawatir Jadi Target Israel

Ambulans yang membawa korban luka akibat ledakan pager tiba di luar rumah sakit Universitas Amerika, di Beirut, Lebanon, Selasa (17/9/2024). (Dok. AP/Hassan Ammar)

Sementara itu, serangan udara Israel pada Senin (21/10) malam di Beirut menghancurkan beberapa bangunan di seberang jalan dari rumah sakit umum terbesar di negara itu, menewaskan 18 orang dan melukai sedikitnya 60 lainnya. Militer Israel mengklaim mereka menyerang target Hizbullah tanpa menjelaskan lebih lanjut dan mengaku tidak menargetkan rumah sakit.

Reporter AP mengunjungi Rumah Sakit Universitas Rafik Hariri pada hari Selasa. Mereka melihat jendela-jendela pecah di apotek dan pusat dialisis rumah sakit, yang saat itu penuh dengan pasien.

Staf di rumah sakit Beirut lainnya khawatir rumah sakit akan menjadi sasaran setelah Israel menuduh Hizbullah menyembunyikan ratusan juta dolar dalam bentuk uang tunai dan emas di ruang bawah tanah Rumah Sakit Al-Sahel, tanpa memberikan bukti.

Direktur Rumah Sakit Umum Al-Sahel membantah tuduhan tersebut dan mengundang wartawan untuk mengunjungi rumah sakit dan dua lantai bawah tanahnya pada hari Selasa. Reporter AP tidak melihat tanda-tanda militan atau sesuatu yang tidak biasa.

Beberapa pasien yang tersisa telah dievakuasi setelah pengumuman militer Israel pada malam sebelumnya.

"Kami telah hidup dalam teror selama 24 jam terakhir," kata direktur rumah sakit Mazen Alame. "Tidak ada apa-apa di bawah rumah sakit."

Banyak orang di Lebanon khawatir Israel dapat menargetkan rumah sakitnya dengan cara yang sama seperti yang telah dilakukannya terhadap fasilitas medis di seluruh Jalur Gaza. Militer Israel menuduh Hamas dan militan lain menggunakan rumah sakit untuk keperluan militer, tuduhan yang telah dibantah oleh staf medis.

Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan pada hari Selasa bahwa 63 orang telah tewas selama 24 jam terakhir, sehingga jumlah korban tewas selama setahun terakhir akibat konflik antara Israel dan Hizbullah menjadi 2.546.

Militer Israel mengonfirmasi, tiga tentaranya tewas pada hari Selasa, satu di Jalur Gaza, satu di Lebanon, dan satu dalam serangan roket di Israel utara.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya