Bukan Uang atau Berlian, UAH Ungkap Harta Paling Mahal di Dunia

UAH mengungkapkan bahwa salah satu nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada manusia bukanlah berupa materi seperti uang atau berlian, melainkan rasa gelisah ketika seseorang belum menunaikan sholat.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Okt 2024, 12:30 WIB
Ustadz adi Hidayat (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Umumnya, masyarakat sering menganggap bahwa harta paling berharga dalam hidup adalah uang dan berlian, yang diidentifikasi sebagai simbol status, kekayaan, dan kesuksesan.

Uang memungkinkan seseorang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, memperoleh barang-barang mewah, dan menikmati berbagai kenyamanan hidup. Sementara itu, berlian dan perhiasan lainnya sering kali dianggap sebagai investasi yang tidak hanya memiliki nilai material tetapi juga simbol kecantikan dan prestise.

Keduanya dianggap mampu memberikan keamanan finansial dan akses ke peluang yang lebih luas, sehingga menjadikan uang dan berlian sebagai harta yang paling dicari dalam berbagai lapisan masyarakat.

Ustadz Adi Hidayat (UAH) dalam sebuah ceramah yang menginspirasi tentang harta paling berharga dalam kehidupan manusia. Membedah persoalan tersebut.

Dalam video yang diunggah di kanal YouTube @arfantoprasetio1009, UAH mengungkapkan bahwa salah satu nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada manusia bukanlah berupa materi seperti uang atau berlian, melainkan rasa gelisah ketika seseorang belum menunaikan sholat.

Menurut UAH, rasa gelisah ini merupakan bentuk kasih sayang dari Allah SWT. Ketika seseorang merasa tidak nyaman sebelum menunaikan ibadah, itu menandakan bahwa Allah masih memperhatikan dan menginginkan hamba-Nya untuk kembali kepada-Nya.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Inilah Harta Paling Mahal Itu

Ilustrasi sholat /Fimela.com by Adrian Putra

"Rasa gelisah ini adalah harta paling mahal," ujar UAH. Ia menekankan bahwa banyak orang mungkin tidak menyadari betapa berharganya nikmat ini dalam menjaga keimanan.

Lebih lanjut, UAH menjelaskan bahwa banyak orang yang merasa tenang meski belum menunaikan sholat. Kondisi ini justru berbahaya karena menunjukkan bahwa hati sudah mulai mengeras dan jauh dari hidayah Allah.

Sebaliknya, rasa gelisah sebelum sholat adalah tanda bahwa Allah masih memberikan jalan untuk kembali kepada-Nya. "Jika hati kita masih gelisah ketika belum sholat, bersyukurlah karena itu tanda Allah masih memberi perhatian khusus."

Nikmat rasa gelisah sebelum menunaikan kewajiban ibadah, menurut UAH, jauh lebih berharga daripada harta dunia. Banyak orang yang mengejar kekayaan materi, namun lupa bahwa kesehatan hati dan jiwa adalah aset yang jauh lebih bernilai.

"Apa gunanya memiliki banyak harta jika hati tidak tenang?" UAH mengajak umat untuk lebih fokus menjaga hubungan dengan Allah SWT melalui ibadah dan rasa syukur.

Ia juga menjelaskan bahwa sholat adalah pilar utama dalam kehidupan seorang Muslim. Dengan sholat, manusia tidak hanya berkomunikasi langsung dengan Allah, tetapi juga membersihkan hati dari kotoran duniawi.

"Sholat itu tiang agama, dan rasa gelisah sebelum menunaikan sholat adalah bentuk peringatan dari Allah agar kita tidak lalai dalam kewajiban ini."

Rasa gelisah ini juga diibaratkan sebagai pengingat bahwa waktu kita di dunia terbatas. Menunda-nunda sholat atau meremehkannya sama dengan menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Allah untuk memperbaiki diri.


Cara Menjaga Hati Terus Terhubung dengan Allah SWT

Seorang Wanita Sedang Berdzikir (freepik/rawpixels.com)

UAH mengingatkan bahwa setiap detik dalam hidup adalah nikmat yang harus disyukuri dan diisi dengan amal ibadah, terutama sholat.

Dalam ceramahnya, UAH mengingatkan para jamaah untuk tidak terlena dengan kemewahan dunia. Ia menegaskan bahwa harta dunia hanyalah titipan, dan kebahagiaan sejati hanya bisa diraih dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

UAH juga memberikan tips bagaimana agar hati tetap peka terhadap peringatan Allah. Salah satunya adalah dengan selalu menjaga wudhu dan memperbanyak dzikir.

Menurutnya, dzikir adalah cara paling mudah untuk menjaga hati tetap terhubung dengan Allah sehingga tidak mudah lalai dalam menunaikan kewajiban, terutama sholat.

"Dengan dzikir, kita mengingat Allah, dan dengan mengingat Allah, hati kita akan selalu tenang," ujarnya.

Selain itu, UAH menekankan pentingnya lingkungan yang mendukung dalam menjaga keimanan. Berada di sekitar orang-orang yang taat ibadah akan mempengaruhi hati kita untuk selalu ingat kepada Allah dan menjaga sholat.

Sebaliknya, lingkungan yang jauh dari nilai-nilai agama akan membuat hati kita menjadi keras dan mudah lupa akan kewajiban kepada Allah.

UAH juga mengingatkan bahwa manusia sering kali terlalu fokus mengejar harta dunia hingga lupa bahwa kebahagiaan dan ketenangan batin tidak bisa dibeli dengan uang.

"Banyak orang yang kaya raya tapi hatinya kosong. Mereka lupa bahwa rasa tenang dalam beribadah adalah harta yang tak ternilai harganya," ungkapnya.

Menutup ceramahnya, UAH mengajak semua umat Islam untuk lebih bersyukur atas nikmat-nikmat kecil yang sering terabaikan, seperti rasa gelisah sebelum sholat.

"Bersyukur bukan hanya ketika kita mendapatkan harta atau rezeki, tapi juga saat kita diingatkan Allah untuk kembali kepada-Nya. Rasa gelisah itu adalah bentuk kasih sayang Allah," tutupnya.

Dengan ceramahnya, UAH berharap umat Muslim lebih sadar akan pentingnya menjaga hubungan dengan Allah SWT dan menjadikan ibadah sebagai prioritas utama dalam kehidupan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya