Studi Ungkap Alasan Aurora Jupiter Lebih Berwarna

Bumi bukan satu-satunya planet yang memiliki aurora. Ada beberapa planet di Bima Sakti yang juga memiliki aurora di atmosfernya, salah satunya Jupiter.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 24 Okt 2024, 18:27 WIB
Aurora di Planet Jupiter (Sumber: Mirror)

Liputan6.com, Jakarta - Aurora adalah fenomena alam yang menghasilkan pancaran cahaya berwarna-warni dan terlihat menari-nari di langit malam. Aurora terjadi akibat adanya interaksi antara medan magnet planet dengan partikel bermuatan yang dipancarkan matahari.

Bumi bukan satu-satunya planet yang memiliki aurora. Ada beberapa planet di Bima Sakti yang juga memiliki aurora di atmosfernya, salah satunya Jupiter.

Bahkan Jupiter juga memiliki aurora yang lebih menakjubkan. Menariknya, planet terbesar di Bima Sakti ini tidak hanya memiliki satu jenis aurora, melainkan dua aurora sekaligus.

Dikutip dari laman NASA pada Rabu (23/10/2024), para astronom menggunakan Teleskop Antariksa Hubble milik NASA/ESA untuk mempelajari aurora di kutub planet terbesar tata surya ini. Program pengamatan ini juga didukung oleh pengukuran yang dilakukan oleh pesawat antariksa Juno milik NASA, ketika menempuh perjalanan untuk mencapai Jupiter.

Gambar aurora di atas merupakan komposit dari dua pengamatan berbeda oleh Hubble. Gambar ini diambil selama serangkaian pemotretan oleh pencitra spectrograph dalam spektrum cahaya ultraviolet.

Hal ini dilakukan bersamaan dengan pengamatan oleh pesawat antariksa Juno ketika memasuki orbit di sekitar Jupiter. Aurora Jupiter sangat dramatis dan merupakan aurora paling aktif yang pernah diamati.

Tidak hanya berukuran besar, aurora Jupiter juga ratusan kali lebih energik daripada aurora di bumi. Tidak seperti aurora di Bumi, aurora Jupiter terjadi secara permanen.

Aurora paling intens di bumi disebabkan oleh badai Matahari, ketika partikel bermuatan menghujani atmosfer bagian atas, dan menyebabkan gas di atmosfer bersinar merah, hijau dan ungu. Mamun, Jupiter memiliki sumber tambahan untuk auroranya.

Medan magnet yang kuat dari raksasa gas mengambil partikel-partikel bermuatan di sekitarnya, bukan hanya partikel bermuatan dari angin matahari saja. Namun juga partikel-partikel lain yang dilemparkan ke luar angkasa oleh Io, satelit alami Jupiter, yang diketahui memiliki gunung-gunung berapi besar dalam jumlah yang banyak.

 


Aurora di Kutub

Para astronom juga menemukan aurora sinar x di kutub Utara dan Selatan Jupiter. Aurora di kutub ini berperilaku independen dan tidak terkait satu sama lain.

melalui penelitian terbaru menggunakan Observatorium Sinar-X Chandra milik NASA dan Observatorium XMM-Newton milik ESA, para ahli berhasil membuat peta emisi sinar-X Jupiter. Bahkan, para ahli mengidentifikasi titik panas sinar-X di setiap kutub.

Setiap titik panas ini dapat menutupi area yang setara dengan sekitar setengah permukaan bumi. Tim peneliti menemukan bahwa kedua titik panas memiliki karakteristik yang sangat berbeda.

Emisi sinar-X di kutub Selatan Jupiter secara konsisten berdenyut setiap 11 menit. Sedangkan sinar-X yang terlihat di kutub Utara tidak menentu sebab kecerahannya meningkat dan menurun, sehingga tampaknya tidak bergantung pada emisi dari kutub Selatan.

Aurora sinar-X belum pernah terdeteksi dari raksasa-raksasa gas tata surya kita lainnya, termasuk Saturnus. Aurora Jupiter juga tidak seperti bumi yang saling mencerminkan satu sama lain karena medan magnetnya mirip.

Untuk memahami bagaimana Jupiter dapat menghasilkan aurora sinar-X, para peneliti berencana untuk mengkombinasikan data sinar-X, antara data dari Chandra dan XMM-Newton dengan informasi dari misi pesawat antariksa Juno milik NASA. Jika dapat menghubungkan aktivitas sinar-X dengan perubahan fisik yang diamati secara bersamaan dengan Juno, para ilmuwan kemungkinan dapat menentukan proses yang menghasilkan aurora Jupiter dan mengasosiasikannya dengan aurora sinar-X di planet-planet lain.

(Tifani)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya