Kata Tidak Baku: Pengertian, Ciri, dan Contoh Lengkap

Pelajari pengertian, ciri-ciri, dan contoh kata tidak baku dalam bahasa Indonesia. Pahami perbedaannya dengan kata baku untuk penggunaan bahasa yang tepat.

oleh Liputan6 diperbarui 25 Okt 2024, 15:50 WIB
kata tidak baku ©Ilustrasi dibuat Stable Diffusion

Liputan6.com, Jakarta Dalam berkomunikasi sehari-hari, kita sering menggunakan kata-kata yang tidak baku tanpa disadari. Meski terdengar lebih santai dan akrab, penggunaan kata tidak baku perlu dibatasi terutama dalam situasi formal. Lalu apa sebenarnya kata tidak baku itu? Bagaimana ciri-cirinya dan apa saja contohnya? Mari kita bahas secara lengkap dalam artikel berikut ini.


Pengertian Kata Tidak Baku

Kata tidak baku adalah kata yang penulisan dan pengucapannya tidak sesuai dengan kaidah atau pedoman bahasa Indonesia yang telah ditetapkan. Pedoman yang dimaksud adalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Kata tidak baku umumnya muncul karena pengaruh bahasa daerah, bahasa asing, atau perkembangan bahasa di masyarakat. Bentuknya bisa berubah-ubah seiring waktu dan sering digunakan dalam percakapan informal sehari-hari.

Berbeda dengan kata baku yang memiliki bentuk tetap dan digunakan dalam situasi resmi, kata tidak baku lebih fleksibel penggunaannya. Meski demikian, kata tidak baku tetap memiliki arti atau makna yang sama dengan padanan bakunya.

Beberapa faktor yang menyebabkan munculnya kata tidak baku antara lain:

  • Pengaruh dialek atau bahasa daerah
  • Serapan dari bahasa asing yang belum dibakukan
  • Kebiasaan pengucapan yang salah
  • Perkembangan bahasa gaul atau slang
  • Kesalahan penulisan yang sering terjadi
  • Penyederhanaan kata untuk kemudahan pengucapan

Meski penggunaannya wajar dalam percakapan sehari-hari, kata tidak baku sebaiknya dihindari dalam tulisan resmi, karya ilmiah, atau situasi formal lainnya. Penggunaan kata baku akan membuat tulisan atau pembicaraan terkesan lebih sopan dan profesional.


Ciri-Ciri Kata Tidak Baku

Untuk membedakan kata baku dan tidak baku, kita perlu memahami ciri-ciri kata tidak baku. Berikut ini adalah beberapa karakteristik utama kata tidak baku:

1. Tidak Sesuai Kaidah PUEBI

Ciri utama kata tidak baku adalah penulisan atau pengucapannya yang tidak mengikuti aturan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Misalnya penulisan yang tidak sesuai kaidah ejaan, pemenggalan kata yang salah, atau penggunaan tanda baca yang tidak tepat.

2. Tidak Tercantum dalam KBBI

Kata tidak baku umumnya tidak terdaftar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kalaupun ada, biasanya diberi keterangan "cakapan" yang menandakan kata tersebut hanya digunakan dalam percakapan informal.

3. Dipengaruhi Bahasa Daerah

Banyak kata tidak baku yang berasal dari serapan bahasa daerah yang belum dibakukan. Misalnya kata "nganter" yang berasal dari bahasa Jawa, atau "bilang" yang umum digunakan di daerah Jakarta.

4. Mengandung Unsur Asing

Kata serapan dari bahasa asing yang belum disesuaikan ejaannya juga termasuk kata tidak baku. Contohnya "computer" (seharusnya komputer), atau "management" (seharusnya manajemen).

5. Bentuk yang Berubah-ubah

Tidak seperti kata baku yang memiliki bentuk tetap, kata tidak baku cenderung berubah-ubah seiring perkembangan bahasa di masyarakat. Misalnya kata "enggak" yang bisa berubah menjadi "nggak", "gak", atau "kagak".

6. Digunakan dalam Konteks Informal

Kata tidak baku lebih sering digunakan dalam percakapan sehari-hari atau situasi santai. Penggunaannya dalam konteks resmi dianggap kurang sopan atau tidak profesional.

7. Penyederhanaan Kata

Beberapa kata tidak baku merupakan bentuk penyederhanaan dari kata baku untuk memudahkan pengucapan. Misalnya "udah" (sudah), "aja" (saja), atau "tapi" (tetapi).

8. Pengucapan yang Berbeda

Kata tidak baku sering memiliki pengucapan yang berbeda dari bentuk bakunya, meski memiliki arti yang sama. Contohnya "dapet" (dapat), "malem" (malam), atau "pinter" (pintar).

9. Mengandung Pleonasme

Beberapa kata tidak baku mengandung pleonasme atau penggunaan kata-kata yang berlebihan. Misalnya "naik ke atas" atau "turun ke bawah".

10. Tidak Konsisten

Penggunaan kata tidak baku cenderung tidak konsisten dan bervariasi antar individu atau kelompok masyarakat. Hal ini berbeda dengan kata baku yang memiliki standar penggunaan yang sama.

Dengan memahami ciri-ciri di atas, kita dapat lebih mudah mengidentifikasi kata tidak baku dan menggantinya dengan padanan baku yang tepat saat diperlukan.


Contoh Kata Tidak Baku dan Kata Bakunya

Untuk lebih memahami perbedaan kata baku dan tidak baku, berikut ini adalah daftar contoh kata tidak baku beserta padanan bakunya:

A

  • Abis - Habis
  • Abjat - Abjad
  • Adpokat - Advokat
  • Afdol - Afdal
  • Aherat - Akhirat
  • Ajeg - Ajek
  • Akil balig - Akil baligh
  • Aktip - Aktif
  • Aktuil - Aktual
  • Alpa - Alfa
  • Ambeyen - Ambeien
  • Ampe - Sampai
  • Anggep - Anggap
  • Antri - Antre
  • Apotik - Apotek
  • Asik - Asyik
  • Ato - Atau
  • Azas - Asas

B

  • Bahlul - Bahalul
  • Bejat - Bejad
  • Berantas - Brantas
  • Berfikir - Berpikir
  • Bete - Bosan
  • Bilang - Berkata
  • Bimbang - Bimbang
  • Bingung - Bingung
  • Blokir - Blokade
  • Bobok - Tidur
  • Bokap - Ayah
  • Bosen - Bosan
  • Brankas - Berankas
  • Buanyak - Banyak
  • Buatin - Buatkan
  • Buka - Membuka
  • Bukti'in - Buktikan
  • Bungkus - Membungkus

C

  • Cabe - Cabai
  • Cape - Capai
  • Cari'in - Carikan
  • Catet - Catat
  • Cemburu - Cemburu
  • Cengeng - Cengeng
  • Cepet - Cepat
  • Cerai - Bercerai
  • Cere - Cerai
  • Cewek - Perempuan
  • Cidera - Cedera
  • Cium - Mencium
  • Coba'in - Mencoba
  • Coklat - Cokelat
  • Cowok - Laki-laki
  • Cuci - Mencuci
  • Cuma - Hanya
  • Curi - Mencuri

D

  • Dapet - Dapat
  • Denger - Dengar
  • Dengerin - Dengarkan
  • Depan - Di depan
  • Derita - Menderita
  • Desa - Desa
  • Dikit - Sedikit
  • Dimana - Di mana
  • Disini - Di sini
  • Disitu - Di situ
  • Doang - Saja
  • Doyan - Suka
  • Duit - Uang
  • Duluan - Lebih dulu
  • Duren - Durian

E

  • Eceran - Ecer
  • Efektip - Efektif
  • Ekskul - Ekstrakurikuler
  • Eksport - Ekspor
  • Ekstrim - Ekstrem
  • Emang - Memang
  • Emangnya - Memangnya
  • Enggak - Tidak
  • Enteng - Ringan

F

  • Faham - Paham
  • Faksin - Vaksin
  • Februari - Februari
  • Feri - Feri
  • Figur - Figur
  • Fisik - Fisik
  • Foto - Foto
  • Fotokopi - Fotokopi

G

  • Gak - Tidak
  • Ganti'in - Gantikan
  • Gede - Besar
  • Gelar - Menggelar
  • Gendut - Gemuk
  • Gini - Begini
  • Gitu - Begitu
  • Goblok - Bodoh
  • Gojek - Ojek online
  • Gokil - Keren
  • Gombal - Rayuan
  • Grebek - Gerebek
  • Gua - Saya
  • Gubug - Gubuk
  • Gue - Saya

H

  • Habisin - Habiskan
  • Hadap - Menghadap
  • Hadeuh - Aduh
  • Hafal - Hapal
  • Hakekat - Hakikat
  • Halo - Halo
  • Handal - Andal
  • Hape - Telepon genggam
  • Harap - Berharap
  • Harus'in - Haruskan
  • Hati-hati - Berhati-hati
  • Heboh - Heboh
  • Hemat - Berhemat
  • Himbau - Menghimbau
  • Hobi - Hobi

I

  • Ibu-ibu - Para ibu
  • Ijasah - Ijazah
  • Ijin - Izin
  • Iklan - Iklan
  • Ikut - Mengikuti
  • Ilang - Hilang
  • Ilmu - Ilmu
  • Inget - Ingat
  • Ingetin - Ingatkan
  • Ini - Ini
  • Insyaf - Insaf
  • Intip - Mengintip
  • Iseng - Iseng
  • Istirahat - Beristirahat
  • Itung - Hitung

J

  • Jadiin - Jadikan
  • Jaga - Menjaga
  • Jagain - Jagakan
  • Jajan - Membeli jajanan
  • Jalan-jalan - Berjalan-jalan
  • Jaman - Zaman
  • Jatoh - Jatuh
  • Jemput - Menjemput
  • Jendral - Jenderal
  • Jerawat - Jerawat
  • Jijik - Jijik
  • Jodoh - Jodoh
  • Jualan - Berjualan
  • Judes - Galak
  • Jumat - Jumat

K

  • Kabur - Melarikan diri
  • Kacau - Kacau
  • Kadang-kadang - Kadang kala
  • Kagak - Tidak
  • Kaget - Terkejut
  • Kalo - Kalau
  • Kamar - Kamar
  • Kangen - Rindu
  • Kapan - Kapan
  • Karir - Karier
  • Kasih - Memberi
  • Kawin - Menikah
  • Kayak - Seperti
  • Kebayang - Terbayang
  • Kecil - Kecil
  • Keliatan - Kelihatan
  • Kemana - Ke mana
  • Kenapa - Mengapa
  • Keren - Keren
  • Ketawa - Tertawa

L

  • Lagi - Sedang
  • Laku - Laris
  • Lama - Lama
  • Lambat - Lambat
  • Lancar - Lancar
  • Langsung - Langsung
  • Laper - Lapar
  • Lari - Berlari
  • Laut - Laut
  • Lebay - Berlebihan
  • Lelet - Lambat
  • Lemah - Lemah
  • Lembab - Lembap
  • Liat - Lihat
  • Lupa - Lupa

M

  • Maaf - Maaf
  • Maen - Main
  • Mahal - Mahal
  • Malem - Malam
  • Malu - Malu
  • Mampu - Mampu
  • Mana - Mana
  • Mandiin - Memandikan
  • Mangkir - Absen
  • Marah - Marah
  • Masak - Memasak
  • Masih - Masih
  • Mau - Ingin
  • Mending - Lebih baik
  • Mesti - Harus
  • Mikir - Berpikir
  • Minta - Meminta
  • Murah - Murah
  • Musim - Musim
  • Musti - Harus

N

  • Nafas - Napas
  • Naik - Menaiki
  • Nambah - Menambah
  • Nangis - Menangis
  • Nanya - Bertanya
  • Napa - Kenapa
  • Naruh - Menaruh
  • Nasehat - Nasihat
  • Nempel - Menempel
  • Ngajar - Mengajar
  • Ngambil - Mengambil
  • Ngebut - Mengebut
  • Ngelamar - Melamar
  • Ngerti - Mengerti
  • Ngga - Tidak
  • Nggak - Tidak
  • Ngomong - Berbicara
  • Niat - Berniat
  • Ninggalin - Meninggalkan
  • Nulis - Menulis

O

  • Obat - Obat
  • Ogah - Tidak mau
  • Olahraga - Berolahraga
  • Omong - Bicara
  • Ongkos - Biaya
  • Orang - Orang
  • Otomatis - Otomatis

P

  • Pacaran - Berpacaran
  • Paham - Memahami
  • Pake - Memakai
  • Paling - Paling
  • Panas - Panas
  • Panggil - Memanggil
  • Pantes - Pantas
  • Papah - Ayah
  • Parah - Parah
  • Pas - Ketika
  • Pasti - Pasti
  • Pede - Percaya diri
  • Pegel - Pegal
  • Pelajaran - Pelajaran
  • Pengen - Ingin
  • Penting - Penting
  • Pergi - Pergi
  • Pesen - Pesan
  • Pinter - Pintar
  • Pulang - Pulang

R

  • Ragu - Ragu
  • Rahasia - Rahasia
  • Rajin - Rajin
  • Rame - Ramai
  • Rapi - Rapi
  • Rapih - Rapi
  • Rasa - Rasa
  • Rasanya - Rasanya
  • Rela - Rela
  • Remaja - Remaja
  • Resep - Resep
  • Resiko - Risiko
  • Ribut - Ribut
  • Ringan - Ringan
  • Rombongan - Rombongan
  • Rumah - Rumah
  • Rusak - Rusak

S

  • Sabar - Bersabar
  • Sakit - Sakit
  • Salah - Salah
  • Sama - Sama
  • Sambil - Sambil
  • Sampai - Sampai
  • Santai - Santai
  • Sapu - Menyapu
  • Satu - Satu
  • Sebel - Sebal
  • Sedih - Sedih
  • Seger - Segar
  • Sekarang - Sekarang
  • Sekolah - Bersekolah
  • Selalu - Selalu
  • Senang - Senang
  • Sering - Sering
  • Sholat - Salat
  • Siapin - Siapkan
  • Siap-siap - Bersiap-siap

T

  • Tahu - Tahu
  • Takut - Takut
  • Tanya - Bertanya
  • Tapi - Tetapi
  • Tau - Tahu
  • Tebel - Tebal
  • Telat - Terlambat
  • Temen - Teman
  • Tengah - Di tengah
  • Tentu - Tentu
  • Tepat - Tepat
  • Terima - Menerima
  • Terlalu - Terlalu
  • Ternyata - Ternyata
  • Tetangga - Tetangga
  • Tetep - Tetap
  • Tidur - Tidur
  • Tinggal - Tinggal
  • Tolong - Menolong
  • Tugas - Tugas

U

  • Ucapin - Ucapkan
  • Udah - Sudah
  • Ujan - Hujan
  • Ujian - Ujian
  • Ukuran - Ukuran
  • Ulang - Mengulang
  • Umur - Umur
  • Undang - Mengundang
  • Untung - Beruntung
  • Usaha - Berusaha
  • Utang - Hutang

W

  • Wajib - Wajib
  • Waktu - Waktu
  • Warna - Warna
  • Watak - Watak
  • Wawancara - Wawancara

Y

  • Yakin - Yakin
  • Yang - Yang

Penggunaan Kata Tidak Baku dalam Kehidupan Sehari-hari

Meski tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baku, kata tidak baku memiliki peran penting dalam komunikasi sehari-hari. Berikut beberapa situasi dimana penggunaan kata tidak baku masih dapat diterima:

1. Percakapan Informal

Dalam obrolan santai dengan teman atau keluarga, penggunaan kata tidak baku justru dapat menciptakan suasana yang lebih akrab dan rileks. Misalnya menggunakan kata "gue" dan "lu" alih-alih "saya" dan "kamu".

2. Media Sosial

Platform media sosial seperti Twitter, Instagram, atau TikTok sering menggunakan bahasa yang lebih santai dan informal. Penggunaan kata tidak baku di sini dapat membuat konten terasa lebih natural dan mudah dicerna.

3. Iklan dan Kampanye

Beberapa iklan atau kampanye sengaja menggunakan kata tidak baku untuk menarik perhatian audiens atau menciptakan kesan yang lebih dekat dengan target pasar tertentu.

4. Karya Sastra

Dalam novel, puisi, atau naskah drama, penggunaan kata tidak baku dapat menjadi bagian dari gaya penulisan untuk menggambarkan karakter atau situasi tertentu.

5. Humor dan Komedi

Lawakan atau konten humor seringkali memanfaatkan kata tidak baku untuk menciptakan efek lucu atau mengundang tawa.

6. Bahasa Gaul

Di kalangan remaja atau komunitas tertentu, penggunaan kata tidak baku atau bahasa gaul menjadi identitas dan cara untuk menunjukkan keanggotaan dalam kelompok.

7. Situasi Darurat

Dalam keadaan mendesak atau darurat, penggunaan kata tidak baku yang lebih singkat dan cepat diucapkan bisa dimaklumi.

Meski demikian, penting untuk tetap memahami konteks dan audiens saat menggunakan kata tidak baku. Dalam situasi formal atau profesional, penggunaan kata baku tetap menjadi pilihan yang lebih tepat.


Pentingnya Memahami Perbedaan Kata Baku dan Tidak Baku

Memahami perbedaan antara kata baku dan tidak baku memiliki beberapa manfaat penting:

1. Meningkatkan Kemampuan Berbahasa

Dengan mengetahui bentuk baku dari suatu kata, kita dapat meningkatkan kualitas berbahasa Indonesia kita, terutama dalam situasi formal.

2. Memudahkan Komunikasi Formal

Penggunaan kata baku yang tepat akan membantu kita berkomunikasi dengan lebih efektif dalam situasi resmi seperti di lingkungan kerja atau akademis.

3. Menghindari Kesalahpahaman

Kata baku memiliki makna yang jelas dan terstandar, sehingga dapat mengurangi risiko kesalahpahaman dalam komunikasi.

4. Meningkatkan Profesionalisme

Kemampuan menggunakan kata baku dengan tepat dapat meningkatkan citra profesional kita di mata orang lain.

5. Membantu dalam Penulisan Formal

Penguasaan kata baku sangat penting dalam menulis dokumen resmi, laporan, atau karya ilmiah.

6. Melestarikan Bahasa Indonesia

Dengan menggunakan kata baku, kita turut berperan dalam menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

7. Meningkatkan Nilai Akademis

Dalam dunia akademis, kemampuan menggunakan kata baku dengan tepat dapat meningkatkan nilai dan kualitas tulisan atau presentasi kita.


Cara Membedakan Kata Baku dan Tidak Baku

Untuk dapat membedakan kata baku dan tidak baku dengan lebih mudah, berikut beberapa tips yang bisa diterapkan:

1. Periksa KBBI

Cara paling akurat untuk memastikan apakah suatu kata termasuk baku atau tidak adalah dengan mengeceknya di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jika kata tersebut terdaftar tanpa keterangan khusus, maka itu adalah kata baku. KBBI daring dapat diakses secara gratis melalui website resmi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

2. Perhatikan Ejaan

Kata baku umumnya mengikuti aturan ejaan yang berlaku dalam PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia). Perhatikan penggunaan huruf, tanda baca, dan penulisan kata. Misalnya, kata "foto" adalah bentuk baku, sedangkan "photo" adalah bentuk tidak baku karena menggunakan ejaan asing.

3. Hindari Singkatan Tidak Resmi

Singkatan atau akronim yang tidak resmi biasanya termasuk dalam kategori tidak baku. Contohnya, "mantan" (bekas), "curhat" (curahan hati), atau "ortu" (orang tua) adalah bentuk tidak baku. Gunakan bentuk lengkapnya dalam situasi formal.

4. Perhatikan Imbuhan

Kata baku menggunakan imbuhan yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Misalnya, "berterimakasih" adalah bentuk tidak baku, sedangkan "berterima kasih" adalah bentuk baku yang benar.

5. Hindari Pengaruh Bahasa Daerah

Kata-kata yang berasal dari bahasa daerah dan belum diserap secara resmi ke dalam bahasa Indonesia umumnya termasuk kata tidak baku. Contohnya, "ngopi" (minum kopi) atau "nyokap" (ibu) adalah bentuk tidak baku.

6. Perhatikan Konteks Penggunaan

Dalam situasi formal seperti pidato resmi, dokumen pemerintah, atau karya ilmiah, penggunaan kata baku adalah keharusan. Jika menemukan kata yang terasa terlalu santai atau informal dalam konteks tersebut, kemungkinan besar itu adalah kata tidak baku.

7. Gunakan Alat Bantu Digital

Beberapa aplikasi atau ekstensi peramban web dapat membantu mengidentifikasi dan mengoreksi penggunaan kata tidak baku. Meski demikian, tetap perlu berhati-hati dan memverifikasi hasilnya dengan sumber resmi seperti KBBI.

8. Perhatikan Perkembangan Bahasa

Bahasa terus berkembang, dan beberapa kata yang dulunya dianggap tidak baku mungkin sudah diterima sebagai kata baku. Sebaliknya, ada juga kata baku yang mulai jarang digunakan. Penting untuk terus memperbarui pengetahuan kita tentang perkembangan bahasa Indonesia.

9. Konsultasikan dengan Ahli Bahasa

Jika ragu, jangan segan untuk berkonsultasi dengan guru bahasa Indonesia, dosen, atau ahli bahasa lainnya. Mereka dapat memberikan penjelasan lebih mendalam tentang penggunaan kata yang tepat.

10. Latihan Rutin

Semakin sering kita berlatih menggunakan kata baku, semakin mudah pula kita membedakannya dengan kata tidak baku. Cobalah untuk selalu menggunakan kata baku dalam tulisan formal atau saat berbicara dalam situasi resmi.


Dampak Penggunaan Kata Tidak Baku dalam Situasi Formal

Meski penggunaan kata tidak baku wajar dalam percakapan sehari-hari, menggunakannya dalam situasi formal dapat menimbulkan beberapa dampak negatif:

1. Mengurangi Profesionalisme

Penggunaan kata tidak baku dalam dokumen resmi atau presentasi bisnis dapat mengurangi kesan profesional dan menurunkan kredibilitas pembicara atau penulis. Hal ini dapat mempengaruhi penilaian orang lain terhadap kompetensi dan keseriusan kita dalam bekerja atau berkarya.

2. Kesalahpahaman Komunikasi

Kata tidak baku seringkali memiliki makna yang ambigu atau berbeda-beda tergantung konteks dan daerah penggunaannya. Dalam komunikasi formal yang membutuhkan kejelasan dan presisi, penggunaan kata tidak baku dapat menyebabkan kesalahpahaman atau interpretasi yang keliru.

3. Menurunkan Kualitas Tulisan

Dalam karya tulis ilmiah, artikel, atau laporan resmi, penggunaan kata tidak baku dapat menurunkan kualitas dan nilai akademis tulisan tersebut. Hal ini dapat berdampak pada penilaian atau kredibilitas karya tersebut di mata pembaca atau penilai.

4. Mencerminkan Kurangnya Persiapan

Ketika seseorang menggunakan kata tidak baku dalam pidato atau presentasi formal, hal ini dapat mencerminkan kurangnya persiapan atau pemahaman tentang konteks acara tersebut. Akibatnya, audiens mungkin tidak akan menganggap serius pesan yang disampaikan.

5. Menghambat Karier

Dalam dunia kerja, kemampuan berkomunikasi dengan baik menggunakan bahasa baku sering menjadi salah satu kriteria penilaian. Kebiasaan menggunakan kata tidak baku dalam situasi formal dapat menghambat kemajuan karier seseorang.

6. Mempengaruhi Citra Institusi

Jika sebuah institusi atau organisasi menggunakan kata tidak baku dalam komunikasi resminya, hal ini dapat mempengaruhi citra dan reputasi institusi tersebut. Publik mungkin akan menganggap institusi tersebut kurang profesional atau tidak memperhatikan detail.

7. Mengurangi Efektivitas Pesan

Dalam situasi formal seperti kampanye publik atau sosialisasi kebijakan, penggunaan kata tidak baku dapat mengurangi efektivitas pesan yang ingin disampaikan. Audiens mungkin akan lebih fokus pada penggunaan bahasa yang tidak tepat daripada isi pesannya.


Strategi Meningkatkan Penggunaan Kata Baku

Untuk meningkatkan kemampuan menggunakan kata baku, terutama dalam situasi formal, berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan:

1. Membaca Secara Teratur

Membaca sumber-sumber yang menggunakan bahasa Indonesia baku seperti buku ilmiah, artikel berita resmi, atau dokumen pemerintah dapat membantu kita membiasakan diri dengan penggunaan kata baku. Semakin sering kita terpapar dengan kata-kata baku, semakin mudah pula kita menggunakannya dalam komunikasi sehari-hari.

2. Berlatih Menulis Formal

Cobalah untuk menulis esai, artikel, atau laporan menggunakan bahasa baku secara rutin. Setelah menulis, periksa kembali dan ganti kata-kata tidak baku yang mungkin terselip. Proses ini akan membantu meningkatkan kesadaran kita terhadap penggunaan kata baku.

3. Menggunakan Kamus dan Tesaurus

Manfaatkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan tesaurus bahasa Indonesia. Ketika ragu dengan suatu kata, periksa di kamus untuk memastikan bentuk bakunya. Tesaurus dapat membantu menemukan padanan kata baku yang lebih tepat untuk mengekspresikan ide kita.

4. Mengikuti Perkembangan Bahasa

Ikuti perkembangan bahasa Indonesia melalui sumber-sumber resmi seperti website Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Perhatikan kata-kata baru yang diterima ke dalam bahasa Indonesia atau perubahan ejaan yang mungkin terjadi.

5. Berpartisipasi dalam Diskusi Formal

Ambil bagian dalam diskusi atau forum yang mengharuskan penggunaan bahasa formal. Ini bisa berupa seminar, debat, atau presentasi akademis. Pengalaman berbicara dalam situasi formal akan membantu meningkatkan kemampuan menggunakan kata baku secara spontan.

6. Memanfaatkan Teknologi

Gunakan fitur pemeriksaan ejaan dan tata bahasa yang tersedia di berbagai aplikasi pengolah kata. Meski tidak selalu sempurna, fitur ini dapat membantu mengidentifikasi penggunaan kata tidak baku. Selain itu, ada juga aplikasi khusus untuk belajar bahasa Indonesia baku yang bisa dimanfaatkan.

7. Meminta Umpan Balik

Mintalah teman, kolega, atau mentor untuk memberikan umpan balik terhadap penggunaan bahasa kita, terutama dalam konteks formal. Kritik konstruktif dapat membantu kita menyadari kebiasaan menggunakan kata tidak baku yang mungkin tidak kita sadari.


Peran Kata Baku dalam Pendidikan

Dalam dunia pendidikan, penggunaan kata baku memiliki peran yang sangat penting. Berikut beberapa aspek yang menunjukkan pentingnya penguasaan kata baku dalam konteks pendidikan:

1. Standarisasi Materi Pembelajaran

Penggunaan kata baku dalam buku teks, modul pembelajaran, dan materi pendidikan lainnya membantu menciptakan standarisasi dalam sistem pendidikan. Hal ini memastikan bahwa siswa di seluruh Indonesia menerima informasi yang konsisten dan akurat, terlepas dari latar belakang daerah atau dialek mereka. Standarisasi ini penting untuk menjaga kualitas pendidikan dan memudahkan evaluasi hasil belajar secara nasional.

2. Pengembangan Keterampilan Akademis

Kemampuan menggunakan kata baku dengan tepat merupakan bagian penting dari keterampilan akademis. Dalam menulis esai, laporan penelitian, atau menyampaikan presentasi ilmiah, penggunaan bahasa baku menunjukkan tingkat pemahaman dan profesionalisme siswa. Keterampilan ini tidak hanya penting selama masa pendidikan, tetapi juga akan bermanfaat dalam karier profesional mereka di masa depan.

3. Persiapan untuk Dunia Kerja

Sekolah dan perguruan tinggi berperan dalam mempersiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja. Kemampuan berkomunikasi secara efektif menggunakan bahasa baku adalah salah satu keterampilan yang sangat dihargai oleh pemberi kerja. Dengan membiasakan penggunaan kata baku sejak masa pendidikan, siswa akan lebih siap menghadapi tuntutan komunikasi profesional di tempat kerja.

4. Peningkatan Pemahaman Konsep

Kata baku umumnya memiliki definisi yang jelas dan terstandar. Penggunaan kata baku dalam menjelaskan konsep-konsep ilmiah atau akademis dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Hal ini terutama penting dalam mata pelajaran atau bidang studi yang memiliki banyak istilah teknis.

5. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis

Memahami perbedaan antara kata baku dan tidak baku dapat merangsang kemampuan berpikir kritis siswa. Mereka belajar untuk memilih kata yang tepat sesuai konteks, mempertimbangkan audiens, dan menyampaikan ide dengan lebih presisi. Keterampilan ini penting tidak hanya dalam konteks akademis, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari dan karier profesional.

6. Pelestarian Bahasa Indonesia

Dengan mengajarkan dan menekankan penggunaan kata baku di sekolah, institusi pendidikan berperan dalam melestarikan dan mengembangkan bahasa Indonesia. Hal ini penting untuk menjaga identitas nasional dan memastikan bahwa bahasa Indonesia tetap relevan di tengah arus globalisasi dan pengaruh bahasa asing.

7. Peningkatan Literasi

Penguasaan kata baku berkaitan erat dengan peningkatan literasi. Siswa yang terbiasa dengan kata baku cenderung lebih mudah memahami teks-teks formal atau ilmiah. Hal ini dapat meningkatkan minat baca mereka terhadap berbagai jenis literatur, yang pada gilirannya akan memperluas wawasan dan pengetahuan mereka.


Tantangan dalam Penggunaan Kata Baku

Meski penggunaan kata baku penting dalam berbagai aspek kehidupan, terutama dalam situasi formal, ada beberapa tantangan yang sering dihadapi. Berikut ini beberapa tantangan umum dalam penggunaan kata baku beserta cara mengatasinya:

1. Pengaruh Bahasa Daerah

Indonesia memiliki ratusan bahasa daerah yang dapat mempengaruhi cara berbahasa seseorang. Seringkali, kata-kata atau struktur kalimat dari bahasa daerah tercampur dalam penggunaan bahasa Indonesia, menghasilkan kata atau ungkapan yang tidak baku. Untuk mengatasi hal ini, penting untuk meningkatkan kesadaran akan perbedaan antara bahasa daerah dan bahasa Indonesia baku. Latihan secara konsisten untuk memisahkan penggunaan keduanya dalam konteks yang berbeda juga dapat membantu.

2. Perkembangan Bahasa Gaul

Bahasa gaul atau slang yang populer di kalangan anak muda seringkali menggunakan kata-kata tidak baku. Tren ini dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menggunakan kata baku dalam situasi formal. Solusinya adalah dengan membiasakan diri untuk "mengalihkode" atau beralih antara bahasa informal dan formal sesuai situasi. Penting juga untuk menyadari bahwa bahasa gaul memiliki tempatnya sendiri dan tidak sesuai untuk semua konteks.

3. Pengaruh Media Sosial

Platform media sosial sering menjadi tempat berkembangnya kata-kata tidak baku atau singkatan yang tidak resmi. Paparan terus-menerus terhadap bahasa informal di media sosial dapat mempengaruhi kebiasaan berbahasa seseorang. Untuk mengatasinya, cobalah untuk mengikuti akun-akun yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, seperti akun resmi institusi pendidikan atau media berita terpercaya.

4. Kesulitan Menemukan Padanan Kata

Terkadang, sulit menemukan padanan kata baku untuk istilah-istilah tertentu, terutama yang berkaitan dengan teknologi atau konsep baru. Dalam situasi seperti ini, konsultasikan dengan sumber-sumber resmi seperti KBBI atau lembaga bahasa. Jika belum ada padanan resmi, gunakan istilah asli dengan penjelasan dalam bahasa Indonesia yang baku.

5. Kebiasaan yang Sudah Terbentuk

Bagi banyak orang, menggunakan kata tidak baku sudah menjadi kebiasaan yang sulit diubah. Mengubah kebiasaan ini membutuhkan kesadaran dan upaya yang konsisten. Mulailah dengan mengoreksi diri sendiri secara rutin dan meminta bantuan orang lain untuk mengingatkan jika menggunakan kata tidak baku dalam situasi formal.

6. Kurangnya Pemahaman Konteks

Beberapa orang mungkin kesulitan membedakan kapan harus menggunakan kata baku dan tidak baku karena kurang memahami konteks situasi. Penting untuk meningkatkan kepekaan terhadap situasi dan audiens. Latihan menganalisis berbagai situasi komunikasi dapat membantu meningkatkan kemampuan ini.

7. Keterbatasan Kosakata

Keterbatasan penguasaan kosakata baku dapat menyulitkan seseorang untuk mengekspresikan diri dengan tepat dalam situasi formal. Solusinya adalah dengan memperkaya kosakata melalui membaca, mendengarkan, dan berlatih menggunakan kata-kata baku secara aktif.


Perkembangan Kata Baku dalam Era Digital

Era digital telah membawa perubahan signifikan dalam penggunaan bahasa, termasuk dalam konteks kata baku bahasa Indonesia. Berikut beberapa aspek perkembangan kata baku di era digital:

1. Munculnya Istilah Baru

Perkembangan teknologi dan media digital telah memunculkan banyak istilah baru yang perlu distandarisasi. Lembaga bahasa seperti Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa terus bekerja untuk menciptakan padanan kata baku untuk istilah-istilah teknologi dan digital. Misalnya, "unggah" untuk "upload" atau "unduh" untuk "download". Proses ini terus berlangsung seiring dengan munculnya konsep dan teknologi baru.

2. Aksesibilitas Informasi

Era digital telah meningkatkan aksesibilitas terhadap informasi tentang penggunaan kata baku. Kamus online, aplikasi pembelajaran bahasa, dan sumber daya digital lainnya memudahkan masyarakat untuk memeriksa dan mempelajari penggunaan kata baku. KBBI Daring, misalnya, menjadi alat yang sangat berguna untuk mengecek kata baku dengan cepat dan mudah.

3. Pengaruh Media Sosial

Media sosial telah menciptakan ruang baru untuk penggunaan bahasa yang lebih informal dan kreatif. Meski hal ini dapat mengancam penggunaan kata baku, media sosial juga bisa menjadi platform untuk mempromosikan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Banyak akun edukatif di media sosial yang fokus pada pengajaran kata baku dan tata bahasa Indonesia.

4. Otomatisasi Pengecekan Bahasa

Perkembangan teknologi telah menghasilkan alat-alat otomatis untuk memeriksa ejaan dan tata bahasa, termasuk penggunaan kata baku. Meski belum sempurna, alat-alat ini membantu pengguna untuk lebih sadar akan penggunaan kata baku dalam tulisan mereka.

5. Perubahan Gaya Komunikasi

Komunikasi digital yang serba cepat terkadang mendorong penggunaan singkatan atau kata-kata tidak baku. Namun, di sisi lain, kebutuhan untuk komunikasi yang jelas dan efektif dalam konteks profesional online juga mendorong penggunaan kata baku yang tepat.

6. Globalisasi Bahasa

Era digital telah membuka pintu bagi masuknya lebih banyak kata serapan dari bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Ini menciptakan tantangan baru dalam standardisasi dan pembakuan kata-kata tersebut ke dalam bahasa Indonesia.

7. Pembelajaran Online

Meningkatnya popularitas pembelajaran online telah membuka peluang baru untuk pengajaran dan penyebaran penggunaan kata baku. Kursus bahasa Indonesia online, webinar, dan sumber belajar digital lainnya membantu mempromosikan penggunaan kata baku kepada audiens yang lebih luas.


Kesimpulan

Pemahaman dan penggunaan kata baku merupakan aspek penting dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Meski penggunaan kata tidak baku wajar dalam percakapan sehari-hari, kemampuan menggunakan kata baku dengan tepat tetap penting, terutama dalam konteks formal, akademis, dan profesional.

Perbedaan antara kata baku dan tidak baku tidak hanya terletak pada ejaan atau pengucapan, tetapi juga pada konteks penggunaannya. Kata baku memiliki standar yang jelas dan diakui secara resmi, sementara kata tidak baku lebih fleksibel dan informal.

Dalam era digital, tantangan dan peluang baru muncul dalam penggunaan dan pengembangan kata baku. Di satu sisi, pengaruh media sosial dan komunikasi digital dapat mengancam penggunaan kata baku. Namun di sisi lain, teknologi juga menyediakan alat dan sumber daya yang memudahkan pembelajaran dan pengecekan kata baku.

Penting bagi kita untuk terus meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia, termasuk dalam penggunaan kata baku. Hal ini tidak hanya berkaitan dengan keterampilan komunikasi, tetapi juga dengan pelestarian dan pengembangan bahasa Indonesia sebagai identitas nasional.

Dengan memahami konteks, berlatih secara konsisten, dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, kita dapat meningkatkan kemampuan menggunakan kata baku secara tepat. Pada akhirnya, kemampuan ini akan membantu kita berkomunikasi dengan lebih efektif dan profesional dalam berbagai situasi kehidupan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya