Rentan Alami Masalah Mental, Anak dengan Kanker Perlu Dukungan Psikososial

Penanganan kanker pada anak membutuhkan peran dari berbagai pihak, terutama dalam memberikan dukungan psikososial cegah masalah mental.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 23 Okt 2024, 19:00 WIB
Penanganan kanker pada anak membutuhkan peran dari berbagai pihak, terutama dalam memberikan dukungan psikososial. (Ilustrasi by AI)

Liputan6.com, Jakarta Anak dengan kanker rentan mengalami masalah mental. Menurut laporan Kementerian Kesehatan pada tahun 2015, 59 persen anak dengan kanker mengalami masalah mental, seperti gangguan kecemasan, depresi, hingga gangguan stres pasca trauma (PTSD).

Memahami ada kerentanan hal tersebut, Ketua Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia, Tyas Amalia, menyatakan bahwa penanganan kanker pada anak membutuhkan peran dari berbagai pihak, terutama dalam memberikan dukungan psikososial.

"Di sinilah pentingnya peran berbagai macam ahli dan pihak dalam menangani kanker pada anak, seperti melibatkan pekerja sosial profesional dalam kebutuhan keseharian," kata Tyas.

Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia sejak 2016 berusaha memberikan pendampingan psikososial holistik dan berkelanjutan untuk anak dan keluarga dengan hadirnya pekerja sosial profesional.

Di yayasan tersebut, pekerja sosial yang tersertifikasi berperan untuk memberikan asesmen fisik dan psikologis, advokasi, sosialisasi, dan menghubungkan keluarga dengan ahli seperti psikolog dan psikiater.

Pendampingan ini bertujuan untuk mendukung kelancaran pengobatan dan mengurangi dampak psikososial dari perawatan medis anak-anak penderita kanker.

 

Penyebab Anak dengan Kanker Alami Masalah Mental

Dalam sebuah publikasi untuk memahami kebutuhan psikososial anak dengan kanker yang ditulis Datta pada 2019 mengungkapkan ada tantangan kesehatan mental yang dialami terjadi karena setidaknya tiga hal:

1. Prosedur Pengobatan

Kecemasan dapat dialami oleh anak dengan kanker pada setiap tahap pengobatan. Sebagai contoh pada tahap awal anak baru saja terdiagnosis kanker, prosedur yang menyakitkan seperti pengambilan sampel dari sumsum tulang belakang dapat menyebabkan anak merasa takut yang berat.

Anak-anak pejuang kanker menjadi lebih mudah merasa panik ketika akan ke rumah sakit dan tidak berani bertemu dengan staf kesehatan. 


2. Perubahan Aktivitas Sosial

Anak dengan kanker lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sakit dan menjalani pengobatan, alhasil perubahan aktivitas sosial berubah drastis. Anak-anak yang sebelumnya aktif bermain, kehilangan momen berinteraksi dengan teman sebayanya.

Sebagian besar anak-anak harus berhenti bersekolah dan tidak dapat mengikuti kegiatan yang biasa anak lakukan. Perubahan kondisi yang tidak pasti ini mengakibatkan anak mengalami berbagai macam kondisi masalah mental, seperti stress, perubahan mood, hingga depresi.


3. Perubahan Fisik

Anak dengan kanker juga rentan dengan kesehatan mental karena perubahan fisiknya. Beberapa anak mengalami masalah terhadap citra tubuhnya (body image problems) mendapati tubuhnya berubah akibat pengobatan, seperti kebotakan dan kehilangan anggota badan karena amputasi.

Kondisi itu membuat anak-anak dengan kanker merasa berbeda dan kurang percaya diri.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya