Liputan6.com, Moskow - Dalam percakapannya dengan Presiden Vladimir Putin, Presiden Xi Jinping menekankan bahwa meskipun situasi internasional sedang kacau, kemitraan strategis antara China dan Rusia menjadi kekuatan yang menstabilkan di tengah perubahan besar yang belum pernah terjadi dalam seabad terakhir.
Xi Jinping dan Putin pada bulan Mei menjanjikan "era baru" kemitraan antara dua rival terkuat Amerika Serikat (AS), yang mereka gambarkan sebagai hegemon Perang Dingin yang agresif yang menebar kekacauan di seluruh dunia.
Advertisement
"Saat ini, dunia sedang mengalami perubahan yang tak terlihat dalam 100 tahun, situasi internasional terjalin dengan kekacauan," ujar Xi Jinping kepada Putin di Kota Kazan, Rusia, pada pembukaan KTT BRICS, Selasa (22/10/2024), seperti dilansir CNA, Rabu (23/10).
"Namun, saya sangat yakin bahwa persahabatan antara China dan Rusia akan terus berlanjut selama beberapa generasi dan tanggung jawab negara-negara besar terhadap rakyatnya tidak akan berubah."
AS menganggap China sebagai pesaing terbesarnya dan Rusia sebagai ancaman negara-bangsa terbesarnya. Presiden Joe Biden mengatakan bahwa demokrasi menghadapi tantangan dari negara-negara otokratis seperti China dan Rusia.
Biden menyebut Xi Jinping sebagai "diktator" dan Putin sebagai "pembunuh" dan bahkan "bajingan gila". China dan Rusia menegur Biden atas pernyataan tersebut.
Adapun Putin menggambarkan Xi Jinping sebagai "sahabat karib" dan mengatakan kemitraan dengan China merupakan kekuatan untuk stabilitas di dunia.
"Kerja sama Rusia-China dalam urusan dunia merupakan salah satu faktor stabilisasi utama di panggung dunia," kata Putin.
"Kami bermaksud lebih meningkatkan koordinasi di semua platform multilateral guna memastikan keamanan global dan tatanan dunia yang adil."
Xi Jinping mengungkapkan kerja sama dalam kelompok BRICS merupakan "platform terpenting untuk solidaritas dan kerja sama antara negara-negara pasar berkembang dan negara-negara berkembang di dunia saat ini".
Hal itu, kata Xi Jinping, adalah "kekuatan utama dalam mendorong terwujudnya multipolaritas global yang setara dan teratur, serta globalisasi ekonomi yang inklusif dan toleran".