Liputan6.com, Jakarta - Banyak peristiwa miris terutama yang berhubungan dengan anak-anak selama aksi genosida Israel di Gaza maupun di wilayah lainnya di Palestina. Seperti sebuah video terbaru yang memperlihatkan seorang anak perempuan Palestina yang menggendong adiknya karena terluka.
Video viral itu diunggah sejumlah akun di Twitter atau X, seperti akun @WikiLeaks dan @tamerqdh pada Senin, 21 Oktober 2024. Seorang bocah perempuan terlihat berjalan kaki sambil menggendong anak kecil yang terluka yang ternyata merupakan adiknya sendiri.
Advertisement
Momen pilu itu terjadi ketika seorang Jurnalis Palestina, Alaa Hamouda merekam dan menolong kedua anak kecil tersebut. Dilansir dari news.com.au, Selasa, 22 Oktober 2024. bocah ini merupakan seorang pengungsi yang kehilangan rumahnya karena kebrutalan Israel. Dia menggendong adiknya di punggungnya di tengah cuaca yang sangat terik. Parahnya lagi, gadis kecil itu sama sekali tidak memakai alas kaki.
"Kenapa kamu gendong saudaramu?" tanya Hamouda. Dia ditabrak mobil," jawab gadis kecil itu. "Saya membawanya untuk mendapatkan pengobatan," lanjut anak tersebut.
Anak ini juga mengaku lelah menggendong adiknya selama satu jam lebih. Hamouda kemudian membawa dua bocah ini menggunakan mobil ke kamp pengungsi Al-Bureij, setelah mengatakan tujuannya. "Ayo, saya akan mengantar kamu," ujar Hamouda.
Dia meminta dua bocah perempuan itu naik ke mobil untuk kemudian diantar ke kamp Al Burei Mereka terlihat lebih tenang saat berada di dalam mobil. Mereka akhirnya tiba di kamp yang dituju dan kedua bocah itu kabarnya segera mendapatkan perawatan.
Video tersebut sontak mendapat berbagai reaksi dari para pengguna Twitter. Banyak yang merasa patah hati melihat penderitaan anak-anak di Palestina akibat perang di kawasan tersebut. Tidak sedikit yang menyebut bahwa penderitaan anak-anak Palestina timbul akibat serangan brutal Israel yang suda terjadi lebih dari satu tahun.
Masa Kecil Anak-anak Palestina Telah Dicuri
"Masa kecil mereka telah dicuri. Video ini menghancurkan hati saya, saya patah hati melihatnya," komentar seorang warganet.
"Ya Tuhan, masa kanak-kanak yang tertindas, betapa cantiknya anak-anak Gaza. Semoga Tuhan memberi mereka kesabaran dan meringankan kesusahan mereka,” tulis warganet lain.
"Ini yang paling menyedihkan dari aksi genosida Israel, anak-anaklah yang paling menderita. Jiwa dan raga mereka benar-benar hancur," sebut warganet lainnya.
Kepala WHO cabang Eropa baru saja mengatakan akan mengevakuasi orang-orang di Gaza yang memerlukan perawatan medis. "Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan mengevakuasi 1.000 perempuan dan anak-anak Gaza yang dianggap memerlukan perawatan medis ke Eropa," ujar Kepala WHO cabang Eropa, Hans Kluge dalam pernyataan yang dirilis pada Senin, 21 Oktober 2024, seperti dikutip dari VOA Indonesia dan kanal Global Liputan6.com.
"Israel berkomitmen untuk melakukan 1.000 evakuasi medis tambahan dalam beberapa bulan ke depan ke Uni Eropa," ucap Hans Kluge dalam wawancaranya dengan AFP.Hans Kluge mengatakan evakuasi akan difasilitasi oleh WHO dan negara-negara Eropa yang terlibat.
Penyelidik PBB pada Kamis, 17 Oktober 2024, menuding Israel sengaja menargetkan fasilitas kesehatan di Gaza, serta membunuh dan menyiksa tenaga medis di sana, dan menyatakan bahwa negara tersebut melakukan "kejahatan terhadap kemanusiaan".
Advertisement
Perwakilan WHO di Palestina
Perwakilan WHO di wilayah Palestina yang diduduki, Rik Peeperkorn, mengatakan bahwa sekitar 10.000 orang perlu dievakuasi dari Gaza untuk mendapatkan perawatan medis darurat. WHO Eropa telah memfasilitasi 600 evakuasi medis dari Gaza ke tujuh negara Eropa sejak perang berkobar pada Oktober 2023."Ini tidak akan pernah terjadi jika kita tidak menjaga dialog tetap terbuka," kata Kluge.
"Hal yang sama (berlaku) untuk Ukraina," tambahnya. "Saya menjaga dialog (terbuka) dengan semua mitra."Sekarang, 15.000 pasien HIV-AIDS di Donbas, wilayah yang diduduki (Ukraina), mendapatkan pengobatan HIV-AIDS," kata pria Belgia berusia 55 tahun itu. ia menekankan pentingnya untuk "tidak mempolitisasi kesehatan."
"Obat yang paling penting adalah perdamaian," katanya, seraya menegaskan petugas kesehatan tetap harus diizinkan menjalankan tugas mereka di zona konflik.
Sementara itu, MER-C Indonesia telah mengeluarkan pernyataan terkait serangan Israel ke RS Indonesia di Gaza bertajuk "Pernyataan Sikap MER-C Indonesia terhadap Serangan Militer Penjajah ke Rumah Sakit Indonesia".
"Gaza Utara kembali mengalami kerusakan massal sejak 7 Oktober 2024 dan tiga fasilitas kesehatan terakhir yang masih beroperasi, yaitu RS Indonesia, RS Al-Awda, dan RS Kamal Adwan, juga menjadi target yang direncanakan," papar pihak MER-C Indonesia dalam pernyataan yang dikutip dari akun Instagram @mercindonesia tertanggal 21 Oktober 2024.
Kondisi RS Indonesia di Gaza
"Relawan medis MER-C dari Indonesia telah bertugas selama 2 bulan terakhir di RS Indonesia untuk memberikan bantuan medis khususnya kasus trauma kepada masyarakat terlantar di Gaza Utara, seluruh relawan MER-C di utara telah dievakuasi ke Gaza Tengah, mereka menyaksikan sendiri bahwa selama ini RS Indonesia digunakan untuk kegiatan medis kemanusiaan," jelas MER-C Indonesia soal para relawannya.
Dalam keterangan terbaru terkait kondisi di Gaza Utara yang dikutip dari mer-c.org, Rabu (23/10/2024), MER-C Indonesia menyorot soal kabar pembakaran RS Indonesia di sana.
"Kondisi RS Indonesia tidak terbakar, namun sempat dikhawatirkan sebaran api mencapai ruang generator yang dekat dengan sekolah. Gambar dan info yang beredar tentang RS Indonesia terbakar (lantai 3 dan 4) adalah kejadian Desember 2023," jelas Divisi Humas MER-C Indonesia dalam keterangannya. Saat ini, sambung pernyataan tersebut, seluruh staf medik dan pasien (sekitar 50 orang warga palestina) tanpa pasokan makan, air dan obat-obatan.
"Selasa pagi (22 Oktober waktu Gaza) generator RS berhasil dihidupkan dan sedang diusahakan mendapatkan sumber air dari sumur dekat rumah sakit," imbuh Divisi Humas MER-C Indonesia.
Dalam pernyataan tersebut tersebut, MER-C Indonesia juga menyorot musim dingin akan datang di Gaza Utara yang dilanda krisis. "Pihak penjajah terus mengusir semua masyarakat Palestina di sekolah dekat RS Indonesia, diikuti pembakaran. Informasi evakuasi terbaru adalah, warga yang terusir diminta berkumpul oleh militer penjajah di sekitar RS Indonesia," jelas pihak MER-C Indonesia.
Advertisement