Liputan6.com, Cilacap - Sukses secara sederhana dapat diartikulasikan sebagai kondisi hidup seseorang saat mencapai keberhasilan atau keberuntungan dalam hidupnya.
Sejatinya, sukses tidak dapat dilekatkan hanya pada pancapaian materi atau prestasi yang menggembirakan, namun jauh lebih luas lagi.
Oleh sebab itu, sukses dalam kacamata agama tidak hanya pencapaian yang sifatnya duniawi saja, namun, juga mencakup sukses di akhirat.
Baca Juga
Advertisement
Perihal penyebab sukses, Pengasuh Quantum Akhyar Institute, Ustadz Adi Hidayat (UAH) membeberkah saham terbesar yang menyebabkan seseorang bisa sukses.
Simak Video Pilihan Ini:
Saham Terbesar Orang Bisa Sukses
UAH mengingatkan untuk tidak lupa diri ketika kita telah mencapai kehidupan yang sukses. Sebab boleh jadi kesuksesan kita tidak semata-mata jerih payah kita sendiri, tapi ada peran serta orang lain.
“Makanya ketika kamu sukses, bahkan usia 40 tahun sudah sukses, dapat ini dapat itu, “Kamu jangan lupakan, @Azzamfirmansyah18, Rabu (23/10/2024).
Bahkan menurut UAH boleh jadi penyebab utama atau dalam istilahnya ialah saham terbesar kesuksesan kita berasal dari doa ibu dan perjuangan dari seorang ayah yang rela susah payah bekerja untuk mendapatkah harta yang halal
“Mungkin, terbesar kesuksesan kamu itu, itulah doa ibu kamu yang menangis di setiap malam,” terangnya.
“Itu keberkahan bapak kamu yang walaupun cuma menggarap sawah, kebun, serabutan kerjanya tapi halal,” sambungnya.
Advertisement
Kunci Sukses Tergantung Orang Tua
Menukil alkamalblitar.com setiap orang tua mendambakan anak yang sukses. Begitu juga sebaliknya, seorang anak juga menghendaki sukses melalui wasilah orang tuanya. Tentu, kesuksesan yang dimaksud oleh banyak orang tua tidak hanya berkutat pada sukses harta dan karir saja yang bersifat dunawi, tetapi mereka juga mendambakan anaknya sukses ukhrawi. Salah satunya ialah shalih/shalihah.
Setiap orang tua pasti mendoakan anaknya agar menjadi anak yang salih/salihah.Apa itu salih? Salih secara etimologi memiliki makna “layak, baik, atau patut”. Secara terminologi, Syekh Abi Bakar Syatha menyebutkannya dalam Kifayat al-Atqiya’:
وَالصَّالِحُوْنَ هُمُ الْقَائِمُوْنَ بِحُقُوْقِ اللهِ وَحُقُوْقِ الْعِبَادِ
“Orang-orang salih ialah mereka yang menjalankan hak-hak Allah dan hak-hak hamba-Nya”.
Ketika relasi anak dengan Allah dan manusia baik, maka kesuksesan akan mudah digapai dan diraih, sehingga cita-cita apapun yang ia kehendaki, atas izin Allah akan dikabulkan. Inilah hakikat salih sesungguhnya.Ada sosok orang tua dibalik kesuksesan seorang anak.
Kita lihat misalnya, Imam Syafi’i sebegitu alimnya dan menjadi mujtahid mutlak hingga mendirikan mazhab tak lepas dari rida ibunya. Beliau sendiri juga sangat berbakti kepada ibunya. Di Indonesia, ada Mbah Kyai Abdul Karim, atau dikenal dengan sebutan Mbah Manab, pendiri pondok Lirboyo kediri.
Konon, kesuksesan beliau juga tidak luput dari tirakat dan riyadlah dari ibundanya.Contoh lain, suatu ketika sahabat Abdullah bin Umar Ra melihat seorang lelaki menggendong ibunya di punggungnya untuk tawaf mengelilingi ka’bah. Laki-laki itu bertanya kepada Ibn Umar: “Wahai Ibnu Umar, apakah anda menilai aku telah memenuhi hak ibuku?” Ibnu Umar menjawab:
وَلَا بِطَلْقَةٍ وَاحِدَةٍ مِنْ طَلْقَتِهَا، وَلٰكِنْ قَدْ أَحْسَنْتَ، وَاللهُ يُثِيْبُكَ عَلَى الْقَلِيْلِ كَثِيْرًا
“Belum, bahkan sama sekali tidak sebanding dengan satu di antara sekian kali rasa sakit yang dialaminya saat melahirkan. Akan tetapi, engkau telah berbuat baik kepadanya. Mudah-mudahan Allah memabalasmu atas kebaikan yang sedikit ini dengan balasan yang banyak”.
Lantas pemuda tersebut menjadi sukses berkat kebaktiannya kepada ibunya, meskipun tidak dapat menggantikan rasa sakit ketika ibu melahirkannya. Tetapi, naluri seorang ibu, terutama orang tua akan sangat senang ketika melihat anaknya berbakti dan berbuat baik kepadanya.
Sehingga, memang benar maqalah yang berbunyi, “orang tua adalah keramat kehidupan bagi sang anak.” Di sisi lain, terdapat maqalah masyhur yang biasa dinukil oleh para ulama kita yang berbunyi:
كَمْ مِنْ مَشْهُوْرٍ بِبَرَكَةِ الْمَسْتُوْرِ
Berapa banyak orang yang masyhur dengan wasilah keberkahan orang yang tertutup (tidak masyhur)
Penulis: Khazim Mahrur/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul