Pendapatan Naik, Laba Wilmar Cahaya Indonesia Tumbuh 78,61% hingga September 2024

PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (CEKA) mengumumkan kinerja sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024. Pada periode tersebut, perseroan membukukan pertumbuhan positif baik dari sisi pendapatan maupun laba.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 24 Okt 2024, 15:08 WIB
Layar komputer menunjukkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (CEKA) mengumumkan kinerja sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024. Pada periode tersebut, perseroan membukukan pertumbuhan positif baik dari sisi pendapatan maupun laba.

Hingga September 2024, perseroan membukukan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan senilai Rp 5,57 triliun. Pendapatan itu naik 18,21 persen dibandingkan pendapatan per September 2023 yang tercatat sebesar Rp 4,71 triliun.

Seiring naiknya pendapatan, beban pokok pendapatan pada periode sembilan bulan 2024 naik menjadi Rp 5,17 triliun dari Rp 4,42 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Meski begitu, laba bruto per September 2024 naik menjadi Rp 399,81 miliar dari Rp 292,1 miliar pada September 2023.

Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa, Kamis (24/10/2024), beban usaha perseroan sampai dengan September 2024 tercatat sebesar Rp 139,46 miliar, turun dari Rp 142,27 miliar pada September 2023. Sehingga perseroan berhasil mengukuhkan laba usaha Rp 260,35 miliar, naik dari Rp 149,83 miliar pada September 2023.

Pada periode ini, perseroan membukukan pendapatan lain-lain sebesar Rp 16,72 miliar. Naik signifikan dibanding pendapatan lain-lain pada periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 5,01 miliar.

Setelah memperhitungkan beban pajak, perseroan membukukan laba periode berjalan sebesar Rp 218,06 miliar. Laba itu naik 78,61 persen dibandingkan laba per September 2023 yang tercatat sebesar Rp 122,09 miliar. Laba per saham dasar naik menjadi Rp 366 dari sebelumnya Rp 205.

Dari sisi aset perseroan sampai dengan 30 September 2024 tercatat sebesar Rp 2,23 triliun, naik dari RP 1,89 triliun pada akhir tahun lalu. Liabilitas per September 2024 naik menjadi Rp 432,73 miliar dibanding Rp 251,28 miliar pada akhir tahun lalu. Sementara ekuitas sampai dengan 30 September 2024 naik menjadi Rp 1,8 triliun dibandingkan posisi akhir tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 1,64 triliun.


Saham CEKA Naik 16,85% Usai Rilis Kinerja Semester I 2024

Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG menguat 0,34 persen atau 21 poin ke level 6.296 pada penutupan perdagangan Senin (13/1) sore ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

PT Wilmar Cahaya Indonesia (CEKA) telah mengumumkan kinerja paruh pertama pada Kamis, 25 Juli 2024 kemarin. Dalam periode yang berakhir pada 30 Juni 2024, itu, perseroan membukukan pertumbuhan positif baik dari sisi pendapatan maupun laba.

Seiring dengan pengumuman itu, saham CEKA ditutup positif. Saham CEKA naik 16,85 persen ke posisi 2.150 pada penutupan hari Kamis. Frekuensi perdagangan sata itu tercatat sebanyak 2.592 kali. Volume saham yang ditransaksikan yakni 2,8 juta lembar senilai Rp 5,87 miliar.

Namun harga saham CEKA mengalami pelemahan pada perdagangan Jumat (26/6). Pada sesi II, saham CEKA terkoreksi 2,33 persen ke posisi 2.100. Frekuensi perdagangan saham CEKA tercatat sebanyak 522 kali saat berita ini ditulis. Volume saham yang ditransaksikan sebanyak 531,50 ribu lembar senilai Rp 1,1 miliar. Dalam sepekan, saham CEKA naik 15,07 persen. Sedangkan sejak awal tahun atau secara year to date (YTD), saham CEKA naik 13,82 persen.

Melansir keterbukaan informasi Bursa, pendapatan perseroan pada semester I 2024 naik 15,13 persen menjadi Rp 3,49 triliun dibanding pendapatan semester I tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 3,03 triliun. Bersamaan dengan itu, beban pokok penjualan naik menjadi RP 2,23 triliun dari Rp 2,84 triliun yang dicatatkan pada semester I 2023.

Alhasil, perseroan membukukan laba bruto sebesar Rp 258,8 miliar pada semester I 2024, naik dari RP 185,5 miliar yang dicatatkan pada semester I 2023. Bersamaan dengan itu, perseroan berhasil menekan beban usaha menjadi Rp 170,97 miliar pada semester I 2024 dibanding Rp 90,74 miliar pada semester I 2023.

Pada semester I 2024, perseroan membukukan pendapatan bunga bersih sebesar Rp 10,9 miliar. Setelah memperhitungkan beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba periode berjalan sebesar Rp 143,8 miliar. Laba itu naik hampir dua kali lipat atau 98,96 persen dari laba semester I 2023 yang tercatat sebesar Rp 72,27 triliun.

Aset sampai dengan 30 Juni 2024 naik menjadi Rp 2,3 triliun dari Rp 1,89 triliun yang dicatatkan pada akhir tahun lalu. Liabilitas naik cukup signifikan menjadi Rp 573,31 miliar pada Juni 2024 dibanding posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 251,28 miliar. Sementara ekuitas sampai dengan akhir Juni 2024 naik menjadi Rp 1,73 triliun dari Rp 1,64 triliun yang dicatatkan pada akhir tahun lalu.


Daftar Terbaru Indeks LQ45: Emiten Sandiaga Uno Out, Ada BUMN In

Pejalan kaki duduk di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan daftar terbaru konstituen indeks LQ45 setelah melakukan evaluasi mayor. Konstituen baru LQ45 ini akan berlaku efektif pada 01 Agustus 2024 sampai dengan 31 Oktober 2024.

Berdasarkan pengumuman Bursa No. Peng-00163/BEI.POP/07-2024, terdapat satu saham baru yang bergabung dalam konstituen LQ45, yakni PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR). Sementara atau saham yang terdepak dari konstituen LQ45 adalah PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG).

Indeks LQ45 merupakan indeks yang mengukur kinerja harga dari 45 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik. Indeks ini biasanya digunakan sebagai salah satu acuan oleh banyak investor institusi.

Dengan demikian, perubahan susunan anggota emiten berpotensi menyebabkan perubahan volume transaksi yang signifikan pada emiten tersebut, hingga dapat mempengaruhi harga saham. MErujuk pengumuman Bursa, berikut daftar lengkap penghuni LQ45 periode 01 Agustus 2024 sampai dengan 31 Oktober 2024:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya