Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akhirnya bergerak menguat pada perdagangan Kamis, 24 Oktober 2024. Penguatan rupiah ini setelah ada komentar baru dari salah satu pejabat Bank Sentral AS atau Federal Reserve (Fed).
Pada Kamis (24/10/2024), rupiah ditutup menguat 42,5 poin terhadap Dolar Amerika Serikat (USD), setelah sebelumnya sempat melemah 10 poin. Rupiah ditutup di level Rp 15.584 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.626,5.
Advertisement
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 15.540 - Rp15.600," ungkap Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta.
USD menguat setelah keluarnya komentar terbaru dari pejabat The Fed yang mengindikasikan akan mengambil pendekatan bertahap untuk memangkas suku bunga.
"Beige Book" bank sentral AS yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan aktivitas ekonomi sedikit berubah dari September hingga awal Oktober, sementara perusahaan melihat peningkatan dalam perekrutan, melanjutkan tren baru-baru ini yang telah memperkuat ekspektasi bahwa Fed akan memutuskan pemotongan yang lebih kecil sebesar 25 basis poin pada pertemuan November.
FedWatch Tool CME kini menunjukkan, pasar memperkirakan peluang 88,9% untuk pemotongan 25 basis poin pada pertemuan Fed November, dengan peluang 11,1% bahwa bank sentral mempertahankan suku bunga tetap stabil. Pasar sepenuhnya memperkirakan penurunan setidaknya 25 bps sebulan lalu, dengan peluang 53% untuk penurunan 50 bps.
Adapun Bank Sentral Eropa (ECB) yang mengungkapkan bahwa pihaknya perlu berhati-hati ketika memutuskan penurunan suku bunga lebih lanjut dan mengambil isyarat dari data yang masuk.
Selain itu, pasar juga masih mengamati perkembangan konflik di Timur Tengah yang meluas. Adapun di AS, calon dari Partai Republik Donald Trump terlihat mengungguli Wakil Presiden Kamala Harris dalam pemilihan umum mendatang, yang akan berlangsung kurang dari dua minggu lagi.
"Namun, pasar masih memperkirakan persaingan yang sengit, yang membuat ketidakpastian tetap tinggi atas masa depan politik AS," papar Ibrahim.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan pribadi seorang pengamat. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor transaksi terkait.
Sesuai dengan UU PBK No.32 Tahun 1997 yang diperbaharui dengan UU No.10 Tahun 2011 bahwa transaksi di Valas beresiko tinggi dan keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
Rupiah Makin Lesu ke Level 15.600 per Dolar AS, Ada Apa?
Diwartakan sebelumnya, Rupiah ditutup melemah 59,5 poin terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan Rabu sore, 23 Oktober 2024 setelah melemah 80 poin di level Rp15.626,5 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.567.
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp.15.610 - Rp.15.720," ungkap Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Rabu (23/10/2024).
Pelemahan Rupiah terjadi ketika Amerika Serikat (AS) mencatat imbal hasil obligasi yang lebih tinggi, arus masuk aset safe haven di tengah ketegangan geopolitik, dan ekonomi AS yang relatif tangguh.
Namun, Ibrahim menuturkan, faktor-faktor ini diperkirakan segera berakhir, sehingga menghambat pergerakan dolar AS.
"Tanda-tanda ketahanan terkini dalam ekonomi AS memicu peningkatan taruhan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan November, lebih kecil dari pemangkasan 50 bps yang terlihat pada bulan September. Pedagang juga terlihat memperkirakan suku bunga terminal yang lebih tinggi," bebernya.
Saat ini, para pedagang telah bersiap untuk melihat hasil pemilihan presiden di AS. Sejauh ini, calon presiden dari Partai Republik Donald Trump terlihat mengungguli calon dari Partai Demokrat Kamala Harris, menurut beberapa jajak pendapat terbaru dan pasar prediksi daring.
"Namun para analis masih melihat persaingan terlalu ketat untuk diprediksi, dengan sekitar dua minggu tersisa hingga pemungutan suara," ungkap Ibrahim.
Advertisement