Liputan6.com, Jakarta - Pertamina melalui PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) berusaha merampungkan proyek RDMP Kilang Pertamina Balikpapan (KPB). Upaya tersebut untuk mendorong semangat efisiensi energi dan pelopor kilang ramah lingkungan.
Direktur Utama PT KPB, Bambang Harimurti mengatakan, Pertamina berusaha mendukung program net zero emission yang telah dicanangkan pemerintah. Untuk itu, KPB berusaha menyelesaikan proyek RDMP kilang Pertamina Balikpapan.
Advertisement
“Kilang ini mendukung pengurangan emisi gas buang kendaraan bermotor dengan peningkatan kualitas produk bahan bakar minyak yang lebih ramah lingkungan dengan memproduksi BBM setara EURO V,” ujar Bambang Harimurti, Jumat (25/10/2024).
RDMP Balikpapan diyakini dapat meningkatkan kapasitas pengolahan minyak mentah dari 260.000 barel per hari, menjadi 360.000 barel per hari. RDMP Pertamina Balikpapan menjadi proyek penting untuk penguatan ketahanan energi nasional yang selaras dengan program transisi energi, dicanangkan Pertamina melalui dua inisiatif, yakni dekarbonisasi dan bisnis rendah karbon, serta carbon offset melalui desain dan teknologi pengembangan kilang modern yang ramah lingkungan.
“Proyek RDMP Balikpapan tidak hanya bertujuan meningkatkan kapasitas, kualitas dan kompleksitas kilang, tetapi memegang komitmen kuat terhadap keberlanjutan lingkungan,” jelas Bambang.
Proyek RDMP Balikpapan sedang menyelesaikan sejumlah unit proses baru yang berperan penting dalam mendukung transisi kilang, menuju green refinery atau kilang ramah lingkungan.
“Terdapat unit Diesel Hydrotreating (DHT), Naphtha Hydrotreating (NHT), Residual Fluid Catalytic Cracking Naphtha Hydrotreating (RFCC NHT), dan Sulphur Recovery Unit (SRU) yang kami bangun,” ucap Bambang.
Kontribusi Signifikan
Setiap unit, lanjut Bambang, memberikan kontribusi yang signifikan dalam beberapa hal. Adapun kontribusi tersebut meliputi pengurangan emisi, pengelolaan limbah, dan peningkatan efisiensi proses pengolahan.
“Unit DHT akan mengurangi kandungan sulfur dalam bahan bakar diesel,” terang Bambang.
Pada unit NHT dan RFCC NHT mengurangi kandungan sulfur dalam bahan bakar gasoline. Selain itu, unit tersebut akan menghasilkan bahan bakar yang lebih bersih dan sesuai dengan standar EURO V dan berperan dalam pengurangan emisi sulfur dioksida (SO₂) yang berbahaya bagi lingkungan.
“Kami mendukung kualitas udara yang lebih baik, serta meningkatkan efisiensi pembakaran bahan bakar,” kata Bambang.
Pada unit SRU memiliki fungsi meminimalkan emisi sulfur dioksida dengan mengolah gas asam mengandung hidrogen sulfida (H₂S), dihasilkan dari unit proses menjadi produk sulfur elemental dengan purity 99 persen. Hasil tersebut dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri lain, dibangunnya Unit SRU akan mengurangi emisi gas sulfur yang berpotensi merusak lingkungan dan meminimalkan risiko polusi udara.
“Teknologi pada unit-unit proses yang dibangun di Proyek RDMP Balikpapan, dirancang agar tetap memenuhi regulasi lingkungan baik nasional maupun internasional,” ungkap Bambang.
Advertisement
Kriteria Desain Proses
Bambang menuturkan, kriteria desain proses atau unit produksi kilang, dirancang untuk memenuhi standar emisi mengacu pada IFC Worldbank Guideline. Sejumlah penerapan teknologi yang digunakan untuk mengurangi emisi, yakni pemasangan teknologi De-NOx dan Scrubber untuk mengurangi kandungan NOx dan SOx pada gas buang Unit RFCC.
“Penggunaan burner tipe Low NOx, Penggunaan Fuel Gas pada Heater, pemanfaatan kembali panas yang dihasilkan dari gas buang turbin gas dan fired heater, untuk menghasilkan steam, serta memasang sistem proteksi tekanan (High Integrity Pressure Protection System/ HIPPS), instruments and Liquid separation system untuk mencegah pembakaran hidrokarbon ke lingkungan,” tutur Bambang.
Upaya yang dilakukan KPB dalam menerapkan tindakan mitigasi dan dekarbonisasi, telah berhasil secara substansial mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK). Pada skenario proyek, menunjukkan penggunaan teknologi yang telah diimplementasikan, memberikan dampak positif yang signifikan dalam mengurangi jejak karbon.
“Dengan usaha-usaha yang kita lakukan, total emisi GRK dalam skenario dasar proyek tercatat 30 persen lebih rendah dibandingkan dengan skenario tanpa mitigasi,” pungkas Bambang. Bambang.