Liputan6.com, Jakarta Bullying merupakan masalah serius yang dapat berdampak negatif pada perkembangan anak, baik bagi korban maupun pelaku. Anak-anak yang terlibat dalam perilaku bullying sering kali menunjukkan ciri-ciri tertentu yang dapat dikenali oleh orang tua. Memahami tanda-tanda ini sangat penting agar orang tua dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi dan mencegah perilaku tersebut.
Salah satu ciri yang sering terlihat adalah keterlibatan anak dalam konflik dengan teman sebaya, baik di sekolah maupun di lingkungan sekitar. Anak-anak yang cenderung melakukan bullying sering kali merasa puas atau senang ketika berhasil membuat orang lain merasa tidak nyaman atau takut. Anak yang sering terlibat dalam perilaku bullying mungkin mengalami masalah emosional atau sosial yang mendasarinya.
Advertisement
Oleh karena itu, orang tua perlu peka terhadap perubahan perilaku anak dan berkomunikasi secara terbuka untuk mencari akar masalahnya. Dengan demikian, intervensi yang tepat dapat dilakukan untuk mencegah perilaku bullying dan membantu anak mengembangkan hubungan yang sehat dengan teman sebaya, dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Sabtu(26/10/2024).
1. Hubungan Teman dan Dinamika Sosial
Selain perubahan perilaku, tanda lain yang harus diwaspadai adalah perubahan dalam interaksi sosial anak. Anak yang terlibat dalam tindakan bullying cenderung menjauh dari kelompok teman yang positif dan malah mencari teman yang memiliki perilaku serupa. Mereka mungkin mulai bergabung dengan kelompok yang mendukung tindakan negatif atau kekerasan terhadap orang lain.
Menurut Stomp Out Bullying, anak yang sering mengejek atau merendahkan teman-temannya di depan umum mungkin sudah menunjukkan tanda-tanda menjadi pelaku bullying. Mereka merasa mendapatkan kekuatan atau validasi dengan menghina atau menekan orang lain, terutama teman yang dianggap lebih lemah.
Lebih lanjut, anak-anak ini sering mengisolasi teman-teman yang tidak setuju dengan tindakan mereka atau yang menolak untuk terlibat dalam perilaku bullying. Perubahan ini menunjukkan bahwa anak tersebut mulai membentuk pola sosial yang berbahaya, di mana kekuasaan dan intimidasi menjadi pusat dari hubungan mereka dengan orang lain.
Advertisement
2. Sulit Berempati dan Kerap Menyalahkan Pihak Lain
Anak-anak yang terlibat dalam perilaku bullying sering menunjukkan kesulitan dalam menampilkan empati. Mereka jarang merasa bersalah atau peduli terhadap perasaan orang yang mereka sakiti. Hal ini terlihat ketika mereka enggan mengakui bahwa tindakan mereka menyakiti orang lain atau bahkan menyalahkan korban atas situasi tersebut. Menurut Raising Children Network, perilaku ini menunjukkan ketidakmampuan anak untuk merasakan atau memahami dampak emosional dari tindakan mereka terhadap orang lain.
Pelaku bullying juga cenderung menyalahkan orang lain atas masalah yang mereka alami. Daripada bertanggung jawab atas tindakan mereka, mereka mungkin mengatakan bahwa korbanlah yang memicu atau pantas mendapatkan perlakuan buruk. Sikap defensif ini adalah ciri khas anak-anak yang merasa perlu mempertahankan citra diri sebagai "kuat" atau "tidak tersentuh," yang sebenarnya menunjukkan kelemahan dalam pengendalian diri dan emosi.
Dalam menghadapi situasi seperti ini, penting bagi orang tua untuk segera bertindak dan mendiskusikan perasaan serta perilaku anak. Mengenali tanda-tanda ini sejak dini memungkinkan intervensi yang lebih efektif dan membantu mencegah anak melanjutkan kebiasaan bullying ke tingkat yang lebih serius.