Liputan6.com, Garut - Fenomen migrasi dukungan yang diberikan kepada pasangan calon (Paslon) memasuki bulan November, sebagai momen pencoblosan Pilkada Garut 2024 mulai terjadi di Garut, Jawa Barat.
Pengalihan dukungan ini diawali pengalihan dukungan ratusan kader yang terdiri dari mantan calon legislatif (caleg), kader dan simpatisan pemenangan partai Perindo, kepada Paslon nomor urut dua yakni Abdusy Syakur Amin-Luthfianisa Putri Karlina (Santri).
Padahal sebelumnya pada pendaftaran Pilkada Garut 2024 lalu, mereka bareng-bareng mendukung paslon nomor urut satu Helmi Budiman-Yudi Nugraha (Someah).
Kondisi itu dibalas dengan perubahan sikap politik Nadiman, kader Partai Golkar sekaligus Ketua Kasgoro Garut, yang sebelumnya mencalonkan diri sebagai bakal calon dari partai Golkar, kini memberikan dukungan bagi paslon Someah.
Baca Juga
Advertisement
Padahal sebagai kader partai, Nadiman seharusnya memenangkan paslon Santri yang didukung Partai Golkar sesuai dengan Surat Keputusan B1KWK DPP Golkar, yang memberikan mandat kepada Abdusy Syakur Amin, maju dalam Pilkada Garut 2024.
Koordinator pengalihan dukungan partai perindu Garut Dindin Nasrudin menyatakan, pengalihan dukungan kepada pasangan Santri, sebagai bentuk protes kepada pengurus partai, yang kecewa tidak melibatkan mereka dalam proses penentuan dukungan di Pilkada Garut 2024.
“Mendukung 01 adalah keputusan sepihak dari pengurus, tanpa ada musyawarah serta kajian yang melibatkan seluruh elemen di Perindo,” ujar dia geram.
Tak ayal putusan itu, mematik amarah dan kekecewaan dari ratusan kader dan relawan partai besutan Hary Tanoesoedibjo tersebut. “Dan Syakur-Putri menurut kami adalah paslon yang sangat potensial untuk membawa Garut ke arah perubahan yang jauh lebih baik,” ujar Asep Suanda, kader lain dari Perindo menambahkan.
Simak Video Pilihan Ini:
Siapa Untung?
Meskipun belum berpengalaman ujar dia, latar belakang paslon Santri sebagai pasangan paket lengkap gabungan teknokrat, akademisi kampus, serta pengusaha muda yang ada di sosok Putri Karlina, memiliki syarat untuk perubahan Garut ke depan.
“Harapan kami itu bisa membawa Garut yang lebih hebat, dinamis dan membanggakan,” kata dia.
Sementara alasan peralihan dukungan yang disampaikan Nadiman, bagi pasangan Helmi - Yudi lebih didasarkan jejak karier Helmi Budiman yang sebelumnya sebagai Wakil Bupati Garut, dinilai lebih mumpuni dalam memimpin Garut lima tahun ke depan.
“Karena Helmi-Yudi memiliki visi yang jelas untuk pembangunan Kabupaten Garut,” ujar dia.
Dengan tambahan Perindo, paslon Santri mendapatkan dukungan menjadi 12 parpol parlemen dan non parlemen. Rinciannya, sebanyak tujuh partai parlemen yakni Golkar, Gerindra, PKB, PDIP, Demokrat, PAN dan NasDem. Serta lima partai non parlemen yakni Gelora, Buruh, Ummat, PBB, Hanura dan Perindo.
Sementara paslon Someah, hilangnya dukungan Perindo, membuat dukungan mereka berkurang hanya berasal dari tiga partai yakni PKS, PPP dan PSI. Namun pernyataan migrasi dukungan yang disampikan Didin dan Asep, disanggah Ketua DPD Partai Perindo Garut, Letkol (Purn) Cecep Wiaramulya.
Menurutnya, hingga kini dukungan partai Perindo masih tetap bagi paslon Helmi-Yudi, sesuai B1KWK dukungan DPP Partai Gerindo untuk Pilkada Garut 2024.
“Isu yang beredar tidak benar dan itu tidak bersumber dari kami. Perindo masih bersama dengan Paslon 01 Helmi-Yudi untuk memenangkan Pilkada Garut 2024,” ujar dia menegaskan.
Lantas dengan adanya fenomen migrasi dukungan menjelang pencoblosan itu, paslon manakah yang mendapatkan keuantungan dengan adanya perubahan dukungan itu, pada pencoblosan 27 November mendatang.
Advertisement