Harga Emas Terus Berkilau, Bagaimana Prospek Saham Emas?

Harga emas tengah berada dalam tren naik, bahkan beberapa kali catatkan rekor baru. Harga emas mencapai puncak tertinggi sepanjang masa pada hari Selasa karena beberapa faktor.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 26 Okt 2024, 15:17 WIB
Ilustrasi harga emas dunia. Harga emas tengah berada dalam tren naik, bahkan beberapa kali catatkan rekor baru. Harga emas mencapai puncak tertinggi sepanjang masa pada hari Selasa karena beberapa faktor. (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta Harga emas tengah berada dalam tren naik, bahkan beberapa kali catatkan rekor baru. Harga emas mencapai puncak tertinggi sepanjang masa pada hari Selasa karena beberapa faktor, termasuk permintaan aset safe-haven yang dipicu oleh ketidakpastian pemilu AS dan perang di Timur Tengah.

Selain itu, yang mempengaruhi harga emas lainnya juga ekspektasi pelonggaran moneter lebih lanjut yang memperkuat lonjakan harga emas.

Saat itu, harga emas spot naik 0,7% menjadi USD 2.739,81 per ounce setelah mencapai rekor USD 2.744,08 sebelumnya dalam sesi perdagangan. Kontrak berjangka emas AS naik 0,6% menjadi USD 2.754,30.

Emas, yang dianggap sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian geopolitik dan ekonomi, telah naik lebih dari 32% tahun ini, mencapai beberapa rekor tertinggi. Suku bunga yang lebih rendah juga meningkatkan daya tarik emas sebagai aset investasi.

"Prospek emiten emas pada kuartal IV berpeluang untuk mencetak kinerja yang bagus, karena masih uptrendnya harga komoditas emas. Hal ini menjadikan Average Selling Price (ASP) bisa meningkat," kata Equity Analyst Kanaka Hita Solvera, Andhika Cipta Labora kepada Liputan6.com, Sabtu (26/10/2024).

Sentimen untuk sektor ini adalah memanasnya hubungan geopolitik di timur Tengah. Bersamaan dengan itu, juga adanya potensi pemangkasan suku bunga lanjutan. "Sektor Basis Industry pergerakannya masih uptrend secara teknikal," imbu Andhika.

Untuk sektor ini, Andhika memiliki beberapa saham jagoan yang bisa dipertimbangkan investor. Antara lain, BRMS, PSAB, MDKA, dan ANTM.

 


Sentimen Industri Emas

Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Pengamat Pasar Modal Lanjar Nafi menilai sentimen untuk industri emas salah satunya ketidakpastian terhadap perekonomian antara hard landing ekonomi atau soft landing di AS. Kondisi tersebut memicu naiknya permintaan aset safe haven secara global.

Selain itu, tren dekarbonisasi dan peningkatan permintaan emas dari industri elektronik. Lanjar mencatat, saat ini banyak teknologi membutuhkan komponen elektronik yang menggunakan emas karena sifatnya yang konduktif dan tahan korosi. Misalnya, emas digunakan dalam konektor, sirkuit, dan komponen elektronik di kendaraan listrik serta perangkat energi terbarukan.

"Jadi peningkatan untuk teknologi rendah karbon dapat memicu juga permintaan emas," kata Lanjar.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya