Starting XI Terbaik Manchester United Versi Roy Keane: Tidak Dilatih Alex Ferguson

Manchester United (MU) merupakan klub tersukses pada era Premier League atau sejak 1992. Dalam periode itu, Setan Merah sukses menjadi juara liga dalam 13 kesempatan. Salah satu sosok yang sangat berpengaruh dalam kesuksesan Manchester United di masa lalu adalah Roy Keane.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 27 Okt 2024, 00:01 WIB
Cristiano Ronaldo dan Wayne Rooney pernah menjadi duo yang memukau saat bermain bersama di Manchester United.

Liputan6.com, Jakarta - Manchester United (MU) merupakan klub tersukses pada era Premier League atau sejak 1992. Dalam periode itu, Setan Merah sukses menjadi juara liga dalam 13 kesempatan.

Salah satu sosok yang sangat berpengaruh dalam kesuksesan Manchester United di masa lalu adalah Roy Keane. Sosok yang kini berusia 53 tahun itubergabung dengan MU pada tahun 1993 dan meninggalkan klub pada 2005. Selama periode tersebut, Keane dikenal sebagai kapten yang tegas dan berhasil meraih banyak gelar, baik di kompetisi domestik maupun Eropa.

Penghormatan terhadap Roy Keane tetap kuat di kalangan penggemar setia Red Devils, tidak peduli generasi mana mereka berasal. Keane tentunya merasakan keprihatinan terhadap kondisi mantan timnya saat ini. Sebagai seorang legenda, ia berharap agar Erik ten Hag dan timnya segera menemukan kembali performa terbaik mereka.

Sambil menunggu kebangkitan Manchester United, Roy Keane meluangkan waktu untuk bernostalgia dengan menyusun daftar pemain terbaik MU versi dirinya, termasuk pelatih yang dianggapnya layak. Berikut adalah Best XI Manchester United menurut Roy Keane, seperti yang dilansir oleh Givemesport:


Penjaga Gawang: Peter Schmeichel

Peter Schmeichel bergabung dengan Manchester United dari Brondby dengan biaya transfer sebesar 750 ribu poundsterling. Selama kariernya di klub, ia tampil sebanyak 292 kali untuk Setan Merah. (AFP/Eric Cabanis)

Meskipun pernah memperkuat Manchester City, Peter Schmeichel tetap menjadi sosok yang dihormati oleh para penggemar Manchester United di Old Trafford. Keane, mantan rekan satu timnya, mengungkapkan pandangannya tentang kiper legendaris asal Denmark ini. Meskipun mereka tidak selalu sejalan dalam pendapat, Keane tetap memilih Schmeichel sebagai kiper terbaik yang pernah ada.

Keane menyatakan, "Dia sangat bagus. Mungkin tidak sebaik yang dipikirkan banyak orang, tetapi dia sangat, sangat bagus. Saya memiliki banyak kenangan indah bersamanya. Dia adalah sosok yang positif di ruang ganti." Meskipun hubungan mereka tidak bisa dibilang dekat, rasa hormat Keane terhadap Schmeichel sangat besar.

Keane melanjutkan, "Peter bukan hanya seorang kiper biasa. Dia tampil luar biasa di momen-momen penting dan berkontribusi besar dalam kemenangan kami." Kiper yang dikenal dengan postur tubuh besarnya ini sering kali menjadi pahlawan di pertandingan krusial, membantu tim meraih trofi.

Keane menambahkan, "Meskipun tidak selalu dipanggil, ketika dia mendapatkan kesempatan, dia selalu tampil gemilang. Beberapa penyelamatan yang dia lakukan sangat luar biasa." Dengan dedikasi dan kemampuannya, Schmeichel telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam sejarah Manchester United.

Dengan demikian, Peter Schmeichel tidak hanya dikenang sebagai mantan pemain, tetapi juga sebagai salah satu penjaga gawang terbaik yang pernah ada, berkontribusi besar dalam kesuksesan tim di pentas sepak bola dunia.


Bek Kanan: Gary Neville

Pada pertandingan Premier League yang berlangsung pada 21 Maret 2010, wasit Howard Webb mengambil tindakan tegas dengan menghalangi kapten Manchester United, Gary Neville, agar tidak terlibat konfrontasi dengan bek Liverpool, Jamie Carragher. Keputusan ini menunjukkan peran penting wasit dalam menjaga ketertiban di lapangan selama pertandingan yang penuh emosi ini.

Gary Neville kini dikenal luas sebagai seorang pakar sepak bola, tetapi banyak penggemar Manchester United mungkin lupa akan bakat luar biasanya sebagai pemain. Neville adalah contoh langka dari seorang atlet yang setia kepada satu klub sepanjang kariernya.

Pria asal Inggris ini merupakan anggota dari generasi legendaris yang dikenal dengan sebutan Class of '92. Sepanjang kariernya, Neville mencatatkan lebih dari 600 penampilan untuk Manchester United, di mana 322 di antaranya ia habiskan bermain bersama Roy Keane.

Roy Keane, salah satu rekan setimnya, memberikan pujian yang tinggi kepada Neville. "Saya sering mengkritik Nev, tetapi saya akan tetap memilihnya. Anda harus memiliki kualitas untuk melakukan apa yang dilakukan Gary. Dia adalah pemain yang sangat bagus dan rekan setim yang luar biasa," ungkap Keane.

Keane juga mengungkapkan kebiasaan Neville yang disiplin, "Gary biasa tidur pada pukul setengah delapan setiap malam, dan kami sering mengkritiknya. Namun, dia adalah seorang profesional sejati. Cintanya kepada klub sangat jelas terlihat, dan kami semua mendukungnya. Kami semua menyukainya."

Dengan dedikasi dan komitmennya, Gary Neville telah meninggalkan jejak yang mendalam di Manchester United, menjadikannya salah satu ikon yang tak terlupakan dalam sejarah klub.


Bek Tengah: Jaap Stam

Jaap Stam, pemain dengan ciri khas kepala plontos, bergabung dengan Manchester United pada tahun 1998. Keberadaannya di lini belakang memberikan ketangguhan yang signifikan, membuat para penyerang lawan kesulitan untuk menembus pertahanan. Pada musim pertamanya, Stam menunjukkan performa yang mengesankan dan menjadi salah satu pilar penting dalam tim. Kekuatan fisik dan kemampuan membaca permainan yang baik menjadikannya sebagai salah satu bek terbaik dalam sejarah klub.

Jaap Stam, bek tangguh asal Belanda, diambil dari klub Eredivisie, PSV Eindhoven, dan menjadi salah satu pemain yang paling dikenang dalam sejarah Liga Inggris. Musim debutnya di Manchester United sangat mengesankan, di mana ia berhasil meraih tiga gelar sekaligus, sebuah prestasi yang jarang terjadi.

Walaupun hanya tampil dalam 106 pertandingan bersama Roy Keane, dampak yang ditinggalkan Stam sangat mendalam. Keane sendiri mengungkapkan, "Saya tidak bisa mengabaikan Jaap Stam. Meskipun dia tidak sebanyak bermain seperti pemain lain, dia memiliki kekuatan dan keahlian luar biasa dalam duel satu lawan satu."

Keane menambahkan, "Apakah dia memiliki kelemahan yang nyata? Dia sangat mahir dalam menyundul bola, memiliki kemampuan melompat yang luar biasa, dan mampu membaca permainan dengan baik. Agresivitasnya membuatnya menjadi pemain yang sangat berharga."

Perpisahan antara Stam dan Manchester United tidak mengejutkan Keane. Cedera yang dialami Stam menjadi salah satu faktor utama. "Ketika berada di klub papan atas, pemain datang dan pergi. Namun, Stam adalah sosok yang brilian untuk Manchester United," kata Keane.

Dengan kontribusinya yang besar, Jaap Stam tetap dikenang sebagai salah satu bek terbaik yang pernah bermain di Liga Inggris, meninggalkan jejak yang tak terlupakan bagi penggemar dan rekan-rekannya.


Bek Tengah: Gary Pallister

Gary Pallister merupakan salah satu pemain kunci yang memperkuat Manchester United selama sembilan musim, dari tahun 1989 hingga 1998. Selama periode tersebut, ia berkontribusi besar terhadap kesuksesan tim, termasuk meraih berbagai gelar bergengsi. Keberadaan Pallister di lini belakang memberikan stabilitas dan kekuatan yang sangat dibutuhkan oleh klub.

Gary Pallister sering kali tidak mendapatkan pengakuan yang layak, meskipun ia merupakan bagian dari tim yang telah meraih 20 gelar juara di Inggris. Kualitas dan kemampuan bermainnya seharusnya membuatnya dikenang, namun namanya sering kali tenggelam di balik sosok bek-bek hebat Manchester United lainnya seperti Nemanja Vidic, Rio Ferdinand, dan Jaap Stam.

Dalam sebuah acara di MNF, Roy Keane mengungkapkan pandangannya mengenai hubungan profesionalnya dengan Pallister. Keduanya telah bermain bersama dalam 144 pertandingan. Keane menjelaskan, “Salah satu dari kami mungkin menjadi masalah, tetapi saya memilih Gary Pallister. Brucey adalah pemain yang luar biasa, namun saya harus memilih satu. Rio jelas adalah atlet yang sangat baik dan memiliki pemahaman permainan yang mendalam, tetapi hubungan saya dengan Pally juga sangat solid.”

Keane menambahkan, “Banyak pemain di Manchester United berusaha keras untuk saling mendukung. Pallister jelas merupakan pemain yang sangat berbakat. Meskipun sering terlihat lelah, saya tetap akan memasukkannya ke dalam daftar pemain yang berpengaruh.”

Dengan dedikasi dan kemampuannya, Gary Pallister seharusnya mendapatkan tempat yang lebih dihargai di sejarah Manchester United. Meskipun sering diabaikan, kontribusinya tetap menjadi bagian penting dari kesuksesan tim.


Bek Kiri: Denis Irwin

Denis Irwin, yang merupakan rekan senegara Roy Keane, tidak pernah berkesempatan untuk tampil bersama Timnas Irlandia di ajang Piala Eropa. Ia memperkuat Timnas Republik Irlandia dari tahun 1990 hingga 1999. Meskipun memiliki karier internasional yang cukup panjang, kehadirannya di Piala Eropa tetap menjadi momen yang tidak pernah terwujud.

 

Dalam dunia sepak bola, keputusan seorang manajer dalam memilih pemain kerap menjadi sorotan. Meskipun banyak yang mengharapkan Patrice Evra sebagai bek kiri utama, manajer Roy Keane justru menjatuhkan pilihannya kepada Denis Irwin, seorang pemain berpengalaman.

 

Denis Irwin dikenal sebagai pemain yang mampu beradaptasi di kedua sisi pertahanan. Keahlian ini menjadikannya aset berharga bagi Sir Alex Ferguson, yang selalu mengutamakan profesionalisme dan performa konsisten. Irwin menunjukkan kemampuannya setiap pekan, menjadikannya salah satu pemain kunci di Manchester United.

 

Roy Keane mengungkapkan pengalaman pribadinya saat bersebelahan dengan Irwin di dalam kamar, baik di Manchester United maupun tim nasional Irlandia. "Dia bisa bermain sebagai bek kanan, namun saya juga pernah menempatkannya di posisi bek kiri," ujarnya. Keane memuji Irwin sebagai pemain yang brilian, dengan catatan jarang mengalami cedera dan selalu tampil di pertandingan-pertandingan penting.

 

Dengan segala keunggulan yang dimilikinya, Denis Irwin memang layak menjadi pilihan utama Keane, membuktikan bahwa pengalaman dan kemampuan adaptasi adalah kunci dalam dunia sepak bola yang kompetitif.


Sayap Kanan: David Beckham

David Beckham diakui sebagai salah satu gelandang terhebat dalam sejarah sepak bola. Selama masa baktinya di Old Trafford, ia berhasil mengantarkan tim meraih enam gelar Liga Inggris, satu trofi Liga Champions, serta enam piala lainnya. Kontribusinya yang signifikan dalam permainan dan kemampuannya dalam mencetak gol membuatnya menjadi sosok yang tak terlupakan di dunia sepak bola.

 

Keane menyoroti bahwa bakat David Beckham sering kali terhalang oleh statusnya sebagai superstar, tidak hanya dalam dunia sepak bola, tetapi juga di luar itu. Mantan kapten tim nasional Inggris ini dikenal mampu memberikan kontribusi signifikan bagi timnya, baik di level domestik maupun Eropa. Selain itu, Keane juga mengagumi etos kerja Beckham yang luar biasa.

 

"Jika berbicara tentang pemain sayap kanan, saya harus memilih Beckham. Dia adalah pemain yang sangat berbakat. Dari mana saya harus memulai? Dia memiliki kemampuan untuk memberikan assist, mencetak gol, dan sangat mahir dalam situasi bola mati. Dia mampu berlari tanpa henti untuk mendukung timnya," ungkap Keane.

 

Keane juga mencatat bahwa Beckham, yang lebih muda dan berasal dari London, memiliki gaya hidup yang mencolok, termasuk kecintaan pada mobil dan perlengkapan mewah. Namun, dia menekankan bahwa hal-hal tersebut bukanlah yang terpenting.

 

"Apa yang kita cari dari pemain muda adalah dedikasi mereka dalam berlatih dan apakah mereka memberikan segalanya untuk mencapai tujuan tim. Beckham selalu menunjukkan komitmen itu," tambah Keane.

 

Keane menegaskan bahwa dedikasi dan kerja keras Beckham adalah faktor utama yang membuatnya menonjol, terlepas dari segala hal lain yang mungkin mengganggu. "Jika ada yang mengganggu, sebaiknya Anda mempertimbangkan untuk mengeluarkan pemain muda tersebut. Namun, Beckham selalu bekerja keras," tutup Keane.


Gelandang Tengah: Bryan Robson

Bryan Robson, yang berkarier di Manchester United dari tahun 1982 hingga 1994, adalah sosok yang tak terlupakan meskipun ada banyak pemain lain yang mengantongi lebih banyak trofi. Gelandang asal Inggris ini menjadi simbol inspirasi bagi klub dan penggemarnya. Keberanian dan dedikasinya di lapangan menjadikannya panutan bagi generasi pemain berikutnya. Robson tidak hanya dikenal karena keterampilannya, tetapi juga karena semangat juangnya yang tak kenal lelah.

 

Dalam dunia sepak bola, setiap pemain memiliki perannya masing-masing. Ketika berbicara tentang gelandang legendaris Manchester United, Paul Scholes, ada satu nama yang selalu muncul sebagai pengganti yang layak: Bryan Robson. Robson, yang dikenal dengan julukan 'Captain Marvel', memiliki karakter yang sangat kompetitif dan diingat karena keahliannya dalam mengolah bola.

 

Roy Keane, mantan kapten Manchester United, memberikan pujian tinggi kepada Robson. Ia menyatakan, "Bryan Robson harus masuk ke dalam daftar. Dia adalah pemain hebat bagi Manchester United, dikenal karena keberaniannya dan kemampuan mencetak gol penting saat tim tidak dalam performa terbaik." Keane mengingat pengalaman bermain melawan Robson saat masih di Nottingham Forest, yang selalu menjadi tantangan karena ketangguhan Robson di lapangan.

 

Keane menekankan bahwa salah satu kata yang paling tepat untuk menggambarkan Robson adalah 'berani'. Robson tidak hanya aktif dalam menyerang, tetapi juga berani memasuki kotak penalti lawan, menunjukkan dedikasi dan semangat juang yang tinggi. Keberanian inilah yang membuatnya menjadi salah satu gelandang terhebat dalam sejarah klub.

 

Warisan Bryan Robson di Manchester United tidak hanya terletak pada statistiknya, tetapi juga pada pengaruh yang ia berikan kepada generasi pemain setelahnya. Keberanian dan keterampilan yang ia tunjukkan di lapangan menjadi inspirasi bagi banyak pemain muda yang bercita-cita untuk mengikuti jejaknya.

Dengan demikian, Bryan Robson tetap menjadi sosok yang tak terlupakan dalam sejarah Manchester United, terutama sebagai pengganti yang ideal bagi Paul Scholes.


Gelandang Tengah: Paul Ince

Pada laga final Piala FA 1994/1995 yang berlangsung di Wembley Stadium, London, pada tanggal 20 Mei 1995, gelandang Manchester United, Paul Ince, terlibat dalam perebutan bola yang sengit dengan gelandang Everton, Barry Horne. Pertandingan ini menjadi salah satu momen penting dalam sejarah sepak bola Inggris, menampilkan kedua tim yang berjuang keras untuk meraih trofi bergengsi tersebut. Paul Ince, yang dikenal sebagai pemain kunci di lini tengah, menunjukkan kemampuan dan ketangguhannya di lapangan dalam menghadapi tekanan dari lawan.

 

Paul Ince, meskipun hanya bermain sebanyak 77 kali di lini tengah bersama Roy Keane, tetap diingat sebagai salah satu pemain yang berpengaruh di Manchester United. Keberadaannya di tim memberikan kontribusi yang signifikan, menjadikannya lebih unggul dibandingkan dengan beberapa pemain hebat lainnya dalam sejarah klub.

Ince dikenal sebagai seorang pemain yang pekerja keras, mampu menjalankan tugasnya baik dalam aspek defensif maupun ofensif. Ia merupakan bagian integral dari awal kejayaan Sir Alex Ferguson di Manchester United. Keane pernah mengungkapkan, "Incey adalah pemain yang sangat bagus. Meskipun mungkin reputasinya sedikit tercoreng karena bermain untuk Liverpool, dia adalah rekan setim yang luar biasa."

 

Keane melanjutkan, "Sulit untuk mengesampingkan Paul Scholes dan Nicky Butt, yang merupakan pemain dan karakter brilian. Namun, saya percaya Incey memiliki peran penting di musim pertama saya di klub, ketika kami meraih dua gelar juara. Dia tampil sangat baik di lini tengah."

Ince bukan hanya sekadar pemain biasa; ia memiliki kemampuan untuk menyundul, bertahan, dan mencetak gol. Keane menambahkan, "Menjadi rekan setimnya adalah pengalaman yang menyenangkan."

 

Warisan Paul Ince di Manchester United tetap hidup, dan kontribusinya di lapangan tidak akan terlupakan. Sebagai bagian dari tim yang meraih kesuksesan, Ince menunjukkan bahwa dedikasi dan keterampilan dapat membuat perbedaan besar dalam perjalanan sebuah klub.


Sayap Kiri: Ryan Giggs

Ryan Giggs, sosok legendaris dari Manchester United, mengakhiri kariernya di klub tersebut pada Juli 2014. Ia mencetak gol terakhir di Liga Inggris pada usia 39 tahun dan 2 bulan. Momen tersebut terjadi pada 23 Februari 2013, saat pertandingan pekan ke-27, di mana Giggs menunjukkan kemampuannya yang luar biasa di lapangan. Keberhasilan dan dedikasinya selama bertahun-tahun menjadikannya salah satu ikon terbesar dalam sejarah sepak bola Inggris.

 

Ryan Giggs, seorang legenda sejati Manchester United, dikenal sebagai pembuat assist sepanjang masa di Liga Inggris. Keberadaannya di lapangan selama 379 pertandingan memberikan bukti nyata akan bakat luar biasanya. Sebagai salah satu pemain sayap terbaik dalam sejarah Liga Champions, posisinya dalam tim terbaik Manchester United versi Roy Keane tidak tergantikan.

 

Roy Keane, yang pernah bermain bersama Giggs, mengungkapkan betapa pentingnya sosok ini dalam sejarah klub. "Anda tidak bisa memilih tim Manchester United tanpa menyertakan Giggsy. Ketika manajer berbicara tentang pemain yang konsisten, Giggs pasti ada di dalam daftar," jelas Keane. Pernyataan ini menunjukkan betapa Giggs telah menjadi simbol ketekunan dan dedikasi di dunia sepak bola.

 

Giggs bukan hanya dikenal karena keterampilannya di lapangan, tetapi juga komitmennya yang tinggi terhadap sepak bola. "Dia ada di tim sebelum saya dan memiliki banyak komitmen di luar lapangan. Dia adalah seorang superstar dalam arti tertentu, tetapi prioritas utamanya adalah sepak bola," tambah Keane.

 

Warisan Ryan Giggs sebagai salah satu pemain sayap terhebat tidak hanya diakui oleh rekan-rekannya, tetapi juga oleh penggemar dan analis sepak bola. Dengan kontribusi yang luar biasa untuk Manchester United, Giggs akan selalu dikenang sebagai salah satu ikon terbesar dalam sejarah Liga Inggris.


Penyerang: Cristiano Ronaldo

Manchester United memulai musim Liga Inggris 2022/2023 dengan hasil yang kurang memuaskan, yaitu dua kekalahan berturut-turut. Salah satu faktor yang berkontribusi pada hasil ini adalah penurunan performa dari penyerang utama mereka, Cristiano Ronaldo. Beberapa momen penting dalam pertandingan menunjukkan bahwa tim kesulitan mencetak gol, yang berpengaruh pada hasil akhir. Peningkatan performa Ronaldo dan koordinasi tim menjadi kunci untuk memperbaiki hasil di pertandingan mendatang.

 

Saat Cristiano Ronaldo yang masih muda bergabung dengan Manchester United, Roy Keane menjadi salah satu sosok kunci di ruang ganti yang siap menghadapi berbagai tantangan. Meskipun bakat Ronaldo sudah terlihat, Keane berkomitmen untuk mengatasi setiap tanda-tanda perilaku negatif yang mungkin muncul. Setelah menjalani periode awalnya di Old Trafford, Ronaldo berkembang menjadi salah satu pesepak bola terhebat sepanjang masa.

 

Ronaldo, yang saat itu masih belia, menunjukkan potensi luar biasa dengan dedikasi dan semangat kerja yang tinggi. Keane mengungkapkan, "Ketika ia datang ke United, ia masih anak-anak. Namun, Anda bisa melihat potensi dalam dirinya, tingkat kerja keras, dan hasratnya." Meskipun tidak semua orang percaya bahwa Ronaldo akan mencapai prestasi luar biasa dalam hal gol dan assist, banyak yang yakin ia memiliki peluang untuk menjadi salah satu pemain terbaik dalam sejarah sepak bola.

 

Keane juga menyadari bahwa perjalanan Ronaldo tidak selalu mulus. "Banyak hal bisa terjadi, seperti cedera dan gangguan. Namun, lihatlah Ronaldo. Untuk semua hal yang dilakukannya di luar lapangan, saya rasa itu tidak pernah menjadi gangguan," ujarnya. Ini menunjukkan betapa fokus dan komitmennya terhadap permainan tetap menjadi prioritas utama.

 

Keane menambahkan, "Kita semua menyukainya. Ia memiliki kepolosan itu. Ia luar biasa dan saya masih suka menontonnya." Pernyataan ini mencerminkan rasa hormat dan kekaguman yang dimiliki rekan-rekan setim terhadap Ronaldo, yang telah meninggalkan jejak mendalam di dunia sepak bola.

Dengan perjalanan karier yang mengesankan, Cristiano Ronaldo tidak hanya menjadi bintang di Manchester United, tetapi juga di pentas sepak bola global. Perpaduan antara bakat, kerja keras, dan ketekunan menjadikannya sebagai salah satu ikon olahraga yang tak terlupakan.


Penyerang: Wayne Rooney

Wayne Rooney merayakan golnya setelah berhasil menjebol gawang Swansea City dalam pertandingan Liga Inggris musim 2015/2016 yang berlangsung di Stadion Old Trafford, Manchester, pada tanggal 2 Januari 2016. Gol tersebut menambah koleksi prestasi Rooney sebagai salah satu striker terkemuka di Manchester United.

 

Wayne Rooney, salah satu pemain terbaik yang pernah dimiliki Manchester United, mencatatkan prestasi luar biasa dengan mencetak tiga gol dalam pertandingan Liga Champions. Momen tersebut menjadi bagian penting dalam sejarah klub. Rooney dan Roy Keane, dua legenda sepak bola, berbagi lapangan dalam 39 pertandingan yang berbeda, meski terdapat perbedaan usia di antara mereka.

 

Rooney memiliki karakter yang khas. Sebelum bergabung dengan Manchester United, ia mengawali karirnya di Everton, di mana ia tampil dalam banyak pertandingan. Keane menggambarkan Rooney sebagai sosok yang ceria dan energik, mencerminkan kepribadiannya sebagai seorang Scouser. Meskipun Keane tidak merasa sejalan dengan Rooney seperti halnya dengan Cristiano Ronaldo, ia tetap mengakui bakat luar biasa yang dimiliki Rooney.

 

Dalam perjalanan karirnya, Keane dan Rooney pernah mengalami beberapa ketegangan. Keane mengingat momen ketika Rooney lebih memilih menonton acara X-Factor, sementara ia sendiri menyaksikan liga rugby. Meskipun ada perbedaan pendapat, Keane menilai bahwa perselisihan kecil seperti itu justru penting untuk mengurangi ketegangan di dalam tim.

 

Interaksi antara pemain, baik yang positif maupun negatif, berkontribusi pada dinamika tim yang sehat. Keberadaan perbedaan pendapat dapat menciptakan suasana yang lebih hidup, yang pada gilirannya dapat meningkatkan performa tim di lapangan. Wayne Rooney, dengan segala keunikannya, tetap menjadi sosok yang tak terlupakan dalam sejarah sepak bola, khususnya bagi Manchester United.


Pelatih: Ron Atkinson

Mantan Manajer MU Ron Atkinson (AFP/Paul Barker)

 

Dalam sebuah wawancara, Jamie Carragher meminta Roy Keane untuk menyebutkan nama manajernya. Dengan senyum yang mengisyaratkan keraguan, Keane menjawab, "Eh... Ron Atkinson yang hebat." Pernyataan ini cukup menarik, terutama bagi mereka yang mengetahui dinamika Keane dengan Sir Alex Ferguson, sehingga tidak mengherankan jika Ferguson tidak disebutkan.

 

Ron Atkinson, seorang manajer asal Inggris yang kini berusia di atas 80 tahun, memiliki catatan yang cukup signifikan di Manchester United. Ia menjabat sebagai manajer klub dari tahun 1981 hingga 1986, mengawasi total 260 pertandingan. Dalam periode tersebut, Atkinson berhasil meraih 124 kemenangan, mengalami 62 kekalahan, dan mencatat 74 hasil imbang. Dengan rata-rata poin per pertandingan sebesar 1,72, ia juga berhasil mengantarkan tim meraih Piala FA dua kali, yaitu pada musim 1982/83 dan 1984/85. Sayangnya, Atkinson tidak pernah berhasil meraih trofi divisi pertama selama masa jabatannya.

 

Menarik untuk dicatat, meskipun Atkinson memiliki pengaruh besar di klub, Roy Keane tidak pernah bermain di bawah kepemimpinannya. Hal ini menunjukkan betapa kompleksnya sejarah dan hubungan antar manajer serta pemain di dunia sepak bola.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya