Dikritik Kurang Efektif Tekan Overtourism, Venesia Malah Perpanjang Pajak Wisata Harian pada 2025

Venesia akan memperpanjang pajak wisata harian pada 2025, menggandakan biaya untuk pemesanan menit terakhir menjadi 10 Euro atau setara Rp170 ribu untuk mengatasi overtourism dan lonjakan turis.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 28 Okt 2024, 09:00 WIB
Suasana kemeriahan Karnaval Venesia saat perahu-perahu berlayar dalam parade dayung tradisional. (AP Photo/Luca Bruno)

Liputan6.com, Jakarta - Venesia akan memperpanjang penerapan pajak wisata harian pada 2025. Kebijakan ini akan menggandakan biaya untuk pemesanan menit terakhir menjadi 10 Euro atau setara Rp170 ribu yang diumumkan oleh pejabat kota pada Kamis, 24 Oktober 2024.

Mengutip laman Euro News, Sabtu, 26 Oktober 2024, langkah ini diambil setelah program percontohan yang diluncurkan awal 2024, menunjukkan hasil yang signifikan meskipun menuai berbagai kritik. Wali Kota Venesia, Luigi Brugnaro, menegaskan bahwa pajak ini bertujuan untuk membantu kota dan warganya dalam memerangi overtourism.

Pihaknya juga menghindari lonjakan pengunjung selama liburan dan akhir pekan yang ramai. "Venesia adalah kota pertama di dunia yang mencoba mengelola masalah kelebihan turis. Kami memperoleh hasil yang penting," ujar Brugnaro.

Pajak perjalanan harian ini akan diberlakukan setiap hari Jumat hingga Minggu dan pada hari libur, mulai 18 April hingga 27 Juli 2025, dengan total 54 hari. Jumlah ini hampir dua kali lipat dari jumlah hari yang diberlakukan tahun ini.

Turis yang tidak melakukan reservasi hingga empat hari sebelumnya akan dikenakan biaya 10 Euro atau 170 ribu, bukan 5 Euro seperti biasanya. Pajak akan berlaku selama jam sibuk, mulai pukul 08.30 hingga 16.00.

Pengecualian pajak diberikan kepada penduduk, pengunjung kelahiran Venesia, pelajar, dan pekerja, serta wisatawan yang memiliki reservasi hotel atau penginapan lainnya. Selain itu, pengecualian juga diberikan untuk berbagai alasan, termasuk akses untuk bekerja, sekolah, perawatan medis, serta bagi orang-orang yang lahir di Venesia dan penduduk wilayah Veneto. 

 


Bakal Didenda Jika Melanggar

Ilustrasi venesia (Henrique Ferreira/Unsplash)

Siapa pun yang ditemukan di luar titik kontrol yang ditentukan tanpa dokumen yang diperlukan akan dikenakan denda antara 50 Euro (Rp850 ribu) hingga 300 Euro (Rp5 juta), ditambah biaya masuk maksimum yang diizinkan oleh undang-undang, yang ditetapkan sebesar 10 Euro (Rp170 ribu).

Venesia telah lama menghadapi tekanan pariwisata yang berlebihan. Sebelum pandemi, perkiraan pengunjung harian berkisar antara 25 hingga 30 juta per tahun, termasuk wisatawan harian.

Namun, angka ini dianggap tidak dapat diandalkan. Proyek percontohan ini juga bertujuan untuk menghasilkan data yang lebih akurat guna membantu mengelola fenomena tersebut dengan lebih baik. Pandemi menunda rencana Venesia untuk meluncurkan pajak wisatawan harian, yang telah menjadi landasan utama upaya kota tersebut untuk mengatasi pariwisata berlebihan.

UNESCO mencatat rencana ini ketika memutuskan untuk tidak memasukkan Venesia ke dalam daftar situs warisan dunia yang terancam punah pada September lalu. Larangan kapal pesiar melalui Cekungan St. Mark dan Terusan Giudecca juga membantu kota ini menghindari status tersebut. 


Sempat Uji Coba

Venesia pada hari Kamis kembali lolos dari daftar situs warisan dunia yang terancam punah versi UNESCO, yang mengundang sorak-sorai kemenangan dari sang wali kota. (AP Photo/Luca Bruno)

Pada akhir fase uji coba pertama pada bulan Juli, para pejabat mengungkapkan bahwa pajak tersebut telah menjaring 2,4 juta Euro, mencakup sekitar 1.000 pintu masuk pada setiap hari uji coba. Namun, beberapa kelompok warga dan anggota dewan oposisi menilai bahwa biaya akses ini gagal mengendalikan kelebihan turis.

Giovanni Andrea Martini, seorang anggota dewan oposisi, menyatakan bahwa selama periode penerapan biaya, terdapat peningkatan sekitar 7.000 turis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Meskipun demikian, para pejabat menekankan bahwa program ini bertujuan untuk mengurangi keramaian pada hari-hari sibuk, mendorong kunjungan yang lebih lama, dan meningkatkan kualitas hidup penduduk.

Biaya tersebut tidak diwajibkan bagi siapa pun yang menginap di Venesia, termasuk distrik daratan Marghera dan Mestre. Pulau-pulau di Venesia, seperti Murano, juga berada di luar program percontohan. Dengan langkah ini, Venesia berharap dapat menemukan keseimbangan antara mendukung industri pariwisata yang vital dan menjaga keberlanjutan hidup bagi penduduk lokal.

 


Larangan Loudspeaker dan Wisata Rombongan

Wali Kota Luigi Brugnaro menyambut baik keputusan tersebut sebagai bukti bahwa "Venesia tidak dalam bahaya," dan menyebut rekomendasi para ahli itu "menyesatkan." (AP Photo/Luca Bruno)

Mengutip dari kanal Global Liputan6.com, sebelumnya Venesia juga menerapkan aturan baru yang melarang pengeras suara (loudspeaker) dan membatasi jumlah rombongan tur hingga 25 orang. Mengutip laman BBC, Minggu, 6 Juni 2024, langkah-langkah tersebut diberlakukan untuk membatasi dampak pariwisata berlebihan atau overtourism terhadap kota itu.

Kanal-kanal di kawasan bersejarah Venesia menjadikan kota ini salah satu tempat yang paling banyak dikunjungi di Eropa.  Venesia memperkenalkan biaya masuk harian sebesar 5 euro atau sekitar Rp88.236 awal tahun 2024, setelah awalnya melarang kapal pesiar berlabuh pada kuartal 2021.

Overtourism secara luas dianggap sebagai salah satu masalah paling mendesak bagi Venesia, yang memiliki populasi sekitar 250.000 orang dan dikunjungi lebih dari 13 juta pengunjung pada tahun 2019.

Jumlah pengunjung telah menurun sejak saat itu, namun jumlah tersebut diperkirakan akan melebihi jumlah sebelum pandemi pada tahun-tahun mendatang. Venesia telah menyaksikan eksodus penduduk setempat lantaran kekhawatiran wisatawan bakal membanjiri kota pulau bersejarah itu.

Infografis Destinasi Wisata Berkelanjutan di Indonesia dan Dunia (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya