Liputan6.com, Jakarta - Kanker payudara menjadi salah satu penyebab utama kematian akibat kanker di Indonesia, namun sayangnya, misinformasi tentang penyakit ini masih marak beredar. Berdasarkan survei Masyarakat Telekomunikasi pada tahun 2017, sekitar 41,2% berita palsu terkait informasi kesehatan, termasuk kanker payudara, ditemukan. Informasi yang keliru ini sering kali memperkuat stigma negatif yang menghambat deteksi dini dan penanganan tepat waktu.
“Misinformasi membuat banyak perempuan menunda deteksi dan pengobatan dini karena rasa takut terhadap prosedur medis, perasaan kehilangan kontrol, atau stigma terkait kanker payudara,” jelas Wakil Direktur Medis dan Konsultan Senior Onkologi Medis di Parkway Cancer Centre (PCC) Dr. Khoo Kei Siong, dikutip dari keterangan tertulis.
Advertisement
Stigma ini menambah beban layanan kesehatan di Indonesia, yang menjadi ancaman serius bagi upaya pengendalian kanker di tingkat global.
Salah satu kesalahpahaman yang paling umum adalah anggapan bahwa pasien kanker payudara memiliki harapan hidup yang rendah, dianggap tidak beruntung, atau merasa kurang sempurna secara fisik. Ini berdampak pada harga diri dan citra tubuh pasien. Selain itu, banyak orang yang masih mengira bahwa mastektomi (pengangkatan seluruh payudara) adalah satu-satunya pilihan pengobatan. Padahal, deteksi dini memungkinkan opsi perawatan lain seperti lumpektomi (pengangkatan sebagian jaringan) yang lebih ringan.
Menurut Kementerian Kesehatan, sekitar 43% kematian akibat kanker payudara dapat dicegah melalui deteksi dini yang didukung oleh keluarga dan lingkungan terdekat.
“Pengobatan kanker yang efektif harus mencakup pemahaman menyeluruh, serta perawatan holistik yang dapat meningkatkan kualitas pengalaman berobat pasien,” tambah Dr. Khoo.
CanHOPE Soroti Pentingnya Perawatan Psikososial bagi Pasien Kanker
Pasien kanker sering merasa cemas dan bingung, terlepas dari stadium penyakit mereka. Untuk itulah, pendekatan holistik yang mencakup perawatan dari berbagai disiplin ilmu, dukungan emosional, konseling, serta bantuan dari komunitas sangat dibutuhkan. Memiliki sistem dukungan yang kuat dapat membantu meringankan tekanan emosional pasien selama masa pengobatan.
CanHOPE, layanan dukungan kanker dari PCC, menekankan pentingnya perawatan psikososial bagi pasien kanker.
“Saat menjalani pengobatan, pasien menghadapi banyak tantangan, dan penting bagi mereka untuk tahu bahwa mereka tidak sendirian dalam perjuangan ini,” tambah Dr. Khoo.
Advertisement
Masa Depan Perawatan Kanker yang Lebih Baik dengan Pendekatan Holistik
Seorang penyintas kanker payudara berbagi pengalamannya mengenai perawatan holistik yang ia terima. “Saya belajar bahwa kanker bukanlah sesuatu yang harus dihadapi sendirian. Dukungan keluarga, teman, dan komunitas membuat saya bisa pulih dan menjalani hidup dengan pandangan yang lebih positif. Saya bersyukur memiliki sistem dukungan yang kuat sepanjang perjalanan ini,” ujarnya.
Mengakhiri pemaparannya, Dr. Khoo menyatakan keyakinannya terhadap masa depan perawatan kanker yang lebih baik melalui pendekatan holistik.
“Ini adalah langkah menuju era baru perawatan kanker payudara, dengan prospek pemulihan yang lebih baik melalui terapi yang personal dan efektif,” pungkasnya.