Benarkah Israel Itu Hebat? Gus Baha Ungkap Kelemahannya

menanggapi perang Israel-Palestina ini, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menolak anggapan Israel itu hebat dan tidak bisa dikalahkan

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Okt 2024, 05:30 WIB
Gus Baha (SS: YT. @NgajiGusBaha)

Liputan6.com, Cilacap - Perang Israel-Palestina hingga detik ini masih berkecamuk. Banyak korban berjatuhan akibat tragedi yang menjadi sorotan mata dunia ini.

Melansir Antara, korban dari pihak Palestina sebagaimana diinformasikan Otoritas Kesehatan yang berbasis di Gaza menyatakan bahwa pada Kamis (24/10/2024) jumlah warga Palestina yang tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza meningkat menjadi 42.847 orang.

Melihat banyak korban yang terus berjatuhan di pihak Palestina, mungkin saja ada yang beranggapan bahwa Israel itu hebat dan tidak bisa dikalahkan.

Namun, menanggapi perang Israel-Palestina ini, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menolak anggapan Israel itu hebat dan tidak bisa dikalahkan.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Palestina Tak Pernah Kalah

Gus Baha (SS: YT. Lentera Santri Indonesia)

Gus Baha membantah statemen Israel tidak bisa dikalahkan. Menurutnya Israel tidak hebat, jikalau kehebatannya ini diukur dari soal kalah menang, Palestina pun hingga kini belum bisa dikalahkan.

“Misalnya orang bilang Israel enggak bisa dikalahkan sebetulnya hingga sekarang pun Palestina enggak bisa dikalahkan, hebatnya apa Israel?” terangnya dikutip dari tayangan YouTube Short @Penna1, Minggu(25/10/2024).

Jikalau Israel memang hebat, menurut Gus Baha tentu saja dengan mudah akan mengalahkan Israel. Namun hal ini sama sekali tidak terbukti.

Jikalau berhasil menghilangkan Palestina pun menurut murid Mbah Moen ini hanya bisa via Google, secara de facto Palestina masih ada.

“Nyatanya gak bisa menghilangkan Palestina paling di Google dihapus gitu saja” ujarnya.`


Bagaimana Muslim Indonesia Seharusnya Menyikapi Konflik Israel-Palestina?

Orang-orang berjalan di dekat puing-puing gedung al-Jalaa menyusul gencatan senjata yang dicapai setelah perang 11 hari antara Hamas dan Israel, di Kota Gaza, Jumat (21/5/2021). Bangunan itu menampung biro Associated Press di Kota Gaza selama 15 tahun. (AP Photo/John Minchillo)

Menukil Republika, Indonesia memiliki hubungan yang sangat kuat dengan Palestina. Selain hubungan akidah antara umat Islam Indonesia yang membentuk populasi Muslim terbesar di dunia dan Muslim Palestina, keberadaan Masjidil Aqsha pun menjadi salah satu pengikat kuat relasi Muslim Indonesia dan Palestina.

Secara historis, Palestina telah berjasa dengan menjadi salah satu negara yang pertama mengakui kemerdekaan Indonesia. Pada sisi lain, konstitusi Indonesia mendorong terwujudnya kemerdekaan setiap bangsa tak terkecuali Palestina. 

Menurut Pimpinan Pondok Pesantren Al Mizan, Majalengka, sekaligus anggota Komisi VIII DPR, KH Maman Imanulhaq, Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia telah mengambil sikap tegas mengecam kebrutalan Israel kepada bangsa Palestina. Selain itu, Indonesia menjadi negara yang konsisten dalam mendorong kemerdekaan bagi Palestina.

Akan tetapi, menurut dia, perjuangan untuk menyelesaikan persoalan Palestina perlu dilakukan secara kompak, terutama antarnegara-negara Muslim.

Kiai Maman mengungkapkan, kasus antara Palestina dan Israel sesungguhnya harus dilihat dari perspektif yang lebih komprehensif. Yang pasti, tidak boleh ada pelanggaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan, baik dilakukan oleh Zionis Israel ataupun oleh kelompok dari Palestina itu sendiri.

“Di sinilah pentingnya kita melihat persoalan Palestina dan Israel itu dengan cara menguatkan diplomasi, terutama dari negara-negara Muslim. Jangan sampai ada kesan persoalan Palestina itu dibiarkan oleh kelompok-kelompok seperti negara Arab yang lain," kata Kiai Maman kepada Republika, beberapa waktu lalu.

Ini harus dibawa ke persoalan internasional lewat PBB dan juga lewat OKI agar tidak boleh ada masyarakat sipil yang menjadi korban kekerasan oleh tentara Israel dan juga perampasan hak milik seseorang," katanya.


Mendorong Diplomasi kepada Dunia Internasional

Sekitar 160 Anak Terbunuh Setiap Harinya dalam Perang Israel-Palestina

Menurut dia, sangat tidak etis dan keterlaluan bila terdapat komunitas Muslim atau bangsa dengan populasi Muslim hanya bungkam menyaksikan penindasan dan serangan yang dilancarkan kepada bangsa Palestina. Salah satu yang bisa dilakukan adalah mendorong diplomasi dan memberikan tekanan kepada dunia internasional untuk menggunakan pengaruhnya dalam menghentikan persoalan dua negara tersebut.

"Pemerintah sudah bersuara keras, begitu juga DPR, tetapi tidak cukup. Kita harus melakukan langkah-langkah diplomasi yang lebih tegas agar tidak terjadi kembali kekerasan, diskriminasi, perampasan yang dilakukan oleh pihak-pihak Zionis Israel di sana. Dan kita pun meminta agar Hamas dan Fatah segera untuk keduanya bisa bersatu untuk kepentingan Palestina. Jadi, jangan sampai ada orang yang mengambil keuntungan di balik kekisruhan yang terjadi di Palestina dan Israel," kata dia.

Sementara itu, gempuran membabi buta Israel telah menuai reaksi keras banyak negara. Serangan Israel telah menewaskan banyak warga sipil Palestina, termasuk anak-anak. Menurut Kiai Maman, Islam menghendaki perdamaian. Namun demikian, peperangan menjadi alternatif ketika diplomasi tidak berhasil dilakukan dengan musuh.  

"Dalam Islam, peperangan menjadi salah satu alternatif setelah diplomasi gagal dilakukan. Tetapi, perang dalam Islam harus memenuhi unsur larangan yang sangat tegas, misalnya tidak boleh membunuh warga sipil, tidak boleh membunuh perempuan dan anak-anak, juga tidak boleh merusak tumbuhan. Itu penting," katanya.

Dalam sejumlah hadis diterangkan tentang aturan peperangan, yaitu tidak membunuh perempuan, anak-anak, dan orang tua. Selain itu, dilarang juga membunuh rahib. Islam juga mengajarkan agar tidak melanggar perjanjian dalam perang serta tidak memutilasi mayat.

Selain itu, Islam juga mengajarkan agar tidak merusak alam dan lingkungan dalam perang, bahkan sekalipun menebang pohon kurma dan membakarnya. Dilarang juga membunuh hewan ternak, menebang pohon yang berbuah, dan merobohkan bangunan.

Penulis: Khazim Mahrur/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya