Liputan6.com, Jakarta Perhitungan weton dalam budaya Jawa merupakan tradisi yang kaya akan nilai filosofis dan spiritual. Meskipun masih dipraktikkan oleh sebagian masyarakat, penting untuk memahami bahwa weton sebaiknya dilihat sebagai salah satu aspek dalam mempertimbangkan kecocokan pasangan, bukan sebagai penentu utama.
Dalam konteks modern, perhitungan weton dapat dilihat sebagai sarana untuk melestarikan warisan budaya dan sebagai momen refleksi bagi pasangan. Namun, keberhasilan sebuah hubungan lebih ditentukan oleh faktor-faktor konkret seperti komunikasi yang baik, kesamaan nilai, dan komitmen untuk saling mendukung.
Advertisement
Bagi mereka yang memilih untuk mempertimbangkan weton dalam keputusan perjodohan atau pernikahan, penting untuk tetap bersikap bijaksana dan tidak mengabaikan aspek-aspek penting lainnya dalam membangun hubungan yang sehat dan harmonis. Pada akhirnya, kebahagiaan dan keberhasilan sebuah hubungan lebih bergantung pada usaha dan komitmen kedua belah pihak daripada ramalan berdasarkan hari kelahiran. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang cara menghitung weton, maknanya, serta penerapannya dalam konteks perjodohan dan pernikahan.
Pengertian Weton dalam Budaya Jawa
Weton adalah istilah dalam budaya Jawa yang mengacu pada perhitungan hari lahir seseorang berdasarkan kombinasi dari dua sistem penanggalan: hari dalam seminggu dan hari pasaran. Sistem ini digunakan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Jawa, termasuk dalam perjodohan, menentukan hari baik untuk acara penting, dan berbagai keperluan spiritual atau ritual.
Dalam konteks budaya Jawa, weton memiliki signifikansi sebagai perhitungan hari kelahiran yang menjadi landasan untuk meramal nasib dan kecocokan jodoh. Sistem ini memanfaatkan kombinasi hari dan pasaran dalam menentukan berbagai ramalan, serta digunakan untuk menetapkan tanggal yang dianggap baik dalam pelaksanaan acara untuk menghindari peruntungan buruk.
Weton dibuat berdasarkan hari Saptawara, yaitu tujuh hari dalam seminggu (Minggu hingga Sabtu), dan hari Pasaran yang terdiri dari lima hari (Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon). Kombinasi dari kedua sistem ini menghasilkan siklus 35 hari yang unik dalam penanggalan Jawa.
Advertisement
Komponen Utama dalam Perhitungan Weton
Untuk memahami cara menghitung weton, penting untuk mengenal dua komponen utama yang membentuk weton seseorang:
1. Hari dalam Seminggu (Saptawara)
Sama seperti kalender Masehi, kalender Jawa juga terdiri dari tujuh hari dalam seminggu. Setiap hari memiliki nilai numerik atau neptu tersendiri yang digunakan dalam perhitungan weton:
- Minggu (Ahad): 5
- Senin: 4
- Selasa: 3
- Rabu: 7
- Kamis: 8
- Jumat: 6
- Sabtu: 9
2. Hari Pasaran (Pancawara)
Selain hari dalam seminggu, kalender Jawa juga memiliki siklus lima hari yang disebut pasaran. Setiap hari pasaran juga memiliki nilai neptu tersendiri:
- Legi: 5
- Pahing: 9
- Pon: 7
- Wage: 4
- Kliwon: 8
Kombinasi dari hari dalam seminggu dan hari pasaran inilah yang membentuk weton seseorang. Misalnya, jika seseorang lahir pada hari Rabu Pon, maka weton orang tersebut adalah Rabu Pon.
Cara Menghitung Weton Jodoh
Setelah memahami komponen-komponen weton, mari kita bahas langkah-langkah untuk menghitung weton jodoh:
1. Menentukan Neptu Hari dan Pasaran
Langkah pertama adalah menentukan neptu dari hari pekan dan hari pasaran masing-masing orang. Gunakan tabel nilai hari dan pasaran yang telah disebutkan sebelumnya.
Contoh:
- Jika seseorang lahir pada Selasa Kliwon, maka neptunya adalah 3 (Selasa) + 8 (Kliwon) = 11
- Jika pasangannya lahir pada Jumat Pon, maka neptunya adalah 6 (Jumat) + 7 (Pon) = 13
2. Menjumlahkan Neptu Kedua Pihak
Setelah mendapatkan neptu masing-masing, langkah selanjutnya adalah menjumlahkan neptu kedua belah pihak. Menggunakan contoh di atas:
Neptu total = 11 (Selasa Kliwon) + 13 (Jumat Pon) = 24
3. Menentukan Sisa Pembagian
Hasil penjumlahan tersebut kemudian dibagi dengan angka tertentu untuk mendapatkan sisa. Ada dua metode umum yang digunakan:
- Metode 1: Bagi hasil penjumlahan dengan 10. Jika sisa lebih dari 7, maka bagi dengan 7.
- Metode 2: Bagi hasil penjumlahan dengan 5 (ada juga yang menggunakan angka 9).
Menggunakan contoh di atas dan metode 1:
24 : 10 = 2 sisa 4
Karena sisa kurang dari 7, maka hasilnya adalah 4.
4. Menginterpretasikan Hasil Perhitungan
Sisa pembagian tersebut kemudian diinterpretasikan untuk menentukan kecocokan jodoh. Interpretasi ini dapat bervariasi tergantung pada sumber primbon yang digunakan. Berikut adalah salah satu versi interpretasi umum:
- Sisa 1 = Wasesa Sagara: menandakan kehidupan yang berkecukupan dan bahagia, berwibawa, luas budinya, sabar, pemaaf.
- Sisa 2 = Tunggak Semi: murah rezeki
- Sisa 3 = Satriya Wibawa: mendapat keluhuran dan kemuliaan
- Sisa 4 = Sumur Sinaba: banyak yang datang berguru, hidup harmonis dan menjadi panutan
- Sisa 5 = Satriya Wirang: mengalami dukacita dan malu
- Sisa 6 = Bumi Kapetak: banyak mengalami kesulitan dalam hidup
- Sisa 7 = Lebu Katiyup Angin: tidak kesampaian cita-citanya, sering pindah rumah
Advertisement
Interpretasi Lain dalam Perhitungan Weton Jodoh
Selain interpretasi di atas, ada juga versi lain yang menggunakan hasil penjumlahan neptu tanpa pembagian. Berikut adalah beberapa interpretasi berdasarkan jumlah neptu:
1. Pegat (hasil penjumlahan 1, 9, 10, 18, 19, 27, 28, 36)
Pasangan dengan hasil perhitungan ini diperkirakan akan sering menghadapi tantangan dalam hubungan mereka. Masalah-masalah yang mungkin muncul meliputi kesulitan ekonomi, konflik kekuasaan, atau bahkan risiko perselingkuhan. Semua ini berpotensi mengarah pada perceraian atau pegatan. Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa ramalan ini bukanlah takdir yang pasti, melainkan peringatan untuk lebih waspada dan berusaha lebih keras dalam menjaga keharmonisan rumah tangga.
2. Ratu (hasil penjumlahan 2, 11, 20, 29)
Pasangan dengan hasil perhitungan Ratu diyakini memiliki kecocokan yang sangat baik. Mereka dipandang sebagai pasangan yang ditakdirkan untuk bersama. Kehidupan rumah tangga mereka diproyeksikan akan penuh dengan keharmonisan dan kebahagiaan. Lebih dari itu, pasangan ini diperkirakan akan mendapat penghormatan dan pengakuan dari lingkungan sekitar mereka. Keselarasan dan keberhasilan dalam hubungan mereka bahkan mungkin menginspirasi atau membuat iri orang-orang di sekitar mereka.
3. Jodoh (hasil penjumlahan 3, 12, 21, 30)
Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa pasangan tersebut benar-benar cocok dan berjodoh. Mereka dipercaya memiliki kemampuan untuk saling menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing dengan baik. Hubungan mereka diproyeksikan akan bertahan lama, bahkan hingga usia senja. Pasangan dengan hasil Jodoh diharapkan dapat menjalani kehidupan rumah tangga yang rukun, harmonis, dan penuh dengan cinta kasih sepanjang hidup mereka.
4. Topo (hasil penjumlahan 4, 13, 22, 31)
Pasangan dengan hasil Topo mungkin akan menghadapi beberapa tantangan di awal pernikahan mereka. Kesulitan ini sering kali berkaitan dengan masalah ekonomi atau proses adaptasi dalam memahami satu sama lain. Namun, jika mereka dapat bertahan melewati masa-masa sulit ini, kehidupan mereka diproyeksikan akan membaik seiring waktu. Kehadiran anak-anak dan perjalanan panjang pernikahan diyakini akan membawa mereka pada kebahagiaan dan kesuksesan dalam rumah tangga. Hasil ini mengajarkan pentingnya kesabaran dan ketekunan dalam menghadapi cobaan awal pernikahan.
5. Tinari (hasil penjumlahan 5, 14, 23, 32)
Pasangan dengan hasil Tinari diprediksi akan menemui banyak kebahagiaan dalam perjalanan hidup mereka. Mereka diperkirakan akan diberkahi dengan kemudahan dalam mencari rezeki dan memiliki kondisi keuangan yang stabil. Lebih dari itu, pasangan ini diyakini akan selalu mendapat kemudahan dalam menghadapi berbagai permasalahan yang mungkin muncul dalam kehidupan mereka. Tinari melambangkan keberuntungan dan kelancaran dalam berbagai aspek kehidupan rumah tangga.
6. Padu (hasil penjumlahan 6, 15, 24, 33)
Pasangan dengan hasil Padu mungkin akan sering mengalami perselisihan dalam kehidupan rumah tangga mereka. Namun, yang menarik adalah bahwa meskipun sering berselisih, hubungan mereka diprediksi tidak akan berujung pada perceraian. Perselisihan yang terjadi biasanya dipicu oleh hal-hal sepele atau perbedaan pendapat kecil. Hasil ini mengajarkan pentingnya komunikasi yang baik dan kemampuan untuk menyelesaikan konflik secara konstruktif dalam hubungan.
7. Sujana (hasil penjumlahan 7, 16, 25, 34)
Pasangan dengan hasil Sujana perlu waspada terhadap potensi perselingkuhan dalam hubungan mereka. Ramalan ini menunjukkan bahwa salah satu atau kedua pihak mungkin menghadapi godaan atau cobaan dalam hal kesetiaan. Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa ramalan ini bukan berarti perselingkuhan pasti terjadi. Sebaliknya, ini bisa dilihat sebagai peringatan untuk menjaga kepercayaan dan komunikasi yang terbuka dalam hubungan, serta selalu berusaha untuk memperkuat ikatan emosional antara pasangan.
8. Pesthi (hasil penjumlahan 8, 17, 26, 35)
Pasangan dengan hasil Pesthi diprediksi akan menjalani kehidupan rumah tangga yang harmonis dan langgeng. Mereka diperkirakan akan hidup rukun, tenteram, dan damai hingga usia lanjut. Bahkan ketika menghadapi berbagai tantangan atau masalah dalam perjalanan hidup mereka, keharmonisan dan kekuatan hubungan mereka diyakini tidak akan goyah. Pesthi melambangkan takdir yang baik dan kestabilan dalam hubungan, memberikan harapan akan masa depan yang cerah bagi pasangan.
Penerapan Weton dalam Konteks Modern
Meskipun perhitungan weton masih dipraktikkan oleh sebagian masyarakat Jawa, penting untuk memahami konteks dan relevansinya dalam kehidupan modern. Berikut beberapa poin penting untuk dipertimbangkan:
1. Weton sebagai Tradisi Budaya
Perhitungan weton merupakan bagian dari kekayaan budaya Jawa yang telah diwariskan selama berabad-abad. Bagi banyak orang, mempraktikkan tradisi ini adalah cara untuk menghormati dan melestarikan warisan budaya leluhur. Dalam konteks ini, weton bisa dilihat sebagai sarana untuk mempertahankan identitas budaya di tengah arus modernisasi.
2. Weton sebagai Panduan, Bukan Aturan Mutlak
Penting untuk memahami bahwa hasil perhitungan weton sebaiknya dilihat sebagai panduan, bukan sebagai aturan yang mutlak atau takdir yang tidak bisa diubah. Banyak pasangan yang hasil perhitungan wetonnya kurang baik tetapi mampu membangun rumah tangga yang harmonis, dan sebaliknya. Keberhasilan sebuah hubungan lebih ditentukan oleh komitmen, komunikasi, dan usaha kedua belah pihak.
3. Integrasi dengan Nilai-nilai Modern
Dalam masyarakat modern, perhitungan weton bisa diintegrasikan dengan pendekatan yang lebih rasional dalam memilih pasangan. Misalnya, selain mempertimbangkan weton, pasangan juga perlu memperhatikan faktor-faktor seperti kecocokan kepribadian, tujuan hidup, dan nilai-nilai yang dianut. Pendekatan holistik ini dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang potensi kecocokan pasangan.
4. Weton sebagai Alat Refleksi
Terlepas dari kepercayaan akan akurasi ramalannya, proses menghitung weton dapat menjadi momen refleksi bagi pasangan. Ini bisa menjadi kesempatan untuk mendiskusikan harapan, ketakutan, dan aspirasi masing-masing terkait hubungan mereka. Diskusi semacam ini bisa sangat bermanfaat dalam membangun pemahaman dan komunikasi yang lebih baik antara pasangan.
5. Menghormati Perbedaan Pandangan
Dalam masyarakat yang semakin plural, penting untuk menghormati perbedaan pandangan terkait tradisi seperti perhitungan weton. Bagi yang mempercayainya, weton bisa menjadi sumber kenyamanan dan panduan. Bagi yang tidak, penting untuk tetap menghargai tradisi ini sebagai bagian dari kekayaan budaya, tanpa merasa terikat untuk mengikutinya.
Advertisement
Faktor-faktor Lain dalam Menentukan Kecocokan Pasangan
Meskipun perhitungan weton masih dianggap penting oleh sebagian masyarakat, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain yang lebih konkret dalam menentukan kecocokan pasangan. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Kesamaan Nilai dan Tujuan Hidup
Pasangan yang memiliki nilai-nilai dan tujuan hidup yang sejalan cenderung lebih mudah membangun hubungan yang harmonis. Ini mencakup pandangan tentang agama, pendidikan, karir, dan bagaimana membesarkan anak.
2. Komunikasi yang Efektif
Kemampuan untuk berkomunikasi secara terbuka, jujur, dan efektif adalah kunci keberhasilan hubungan jangka panjang. Pasangan perlu mampu mengekspresikan perasaan, kebutuhan, dan harapan mereka dengan baik.
3. Kematangan Emosional
Pasangan yang memiliki kematangan emosional lebih mampu mengatasi konflik dan stres dalam hubungan. Ini termasuk kemampuan untuk mengendalikan emosi, berempati, dan menyelesaikan masalah secara konstruktif.
4. Kompatibilitas Finansial
Pandangan dan kebiasaan terkait pengelolaan keuangan dapat menjadi sumber konflik dalam hubungan. Pasangan perlu memiliki pemahaman dan kesepakatan yang jelas tentang bagaimana mereka akan mengelola keuangan bersama.
5. Keseimbangan antara Kemandirian dan Ketergantungan
Hubungan yang sehat membutuhkan keseimbangan antara kemandirian individu dan ketergantungan pada pasangan. Masing-masing pihak harus mampu mempertahankan identitas dan minat pribadi sambil membangun kehidupan bersama.
6. Kesesuaian Gaya Hidup
Pasangan dengan gaya hidup yang serupa atau saling melengkapi cenderung lebih mudah menyesuaikan diri dalam kehidupan sehari-hari. Ini bisa mencakup preferensi dalam mengisi waktu luang, kebiasaan sosial, atau tingkat aktivitas fisik.
7. Dukungan Keluarga dan Lingkungan Sosial
Dukungan dari keluarga dan lingkungan sosial dapat mempengaruhi keberhasilan hubungan. Pasangan perlu mempertimbangkan bagaimana mereka akan mengelola hubungan dengan keluarga besar dan lingkungan sosial masing-masing.
8. Kesiapan untuk Berkomitmen
Kecocokan dalam hal kesiapan untuk berkomitmen jangka panjang sangat penting. Pasangan perlu memiliki ekspektasi yang sejalan tentang masa depan hubungan mereka, termasuk rencana pernikahan dan membangun keluarga.
Peran Weton dalam Menentukan Hari Baik untuk Pernikahan
Selain untuk menghitung kecocokan jodoh, weton juga sering digunakan untuk menentukan hari baik untuk melangsungkan pernikahan. Proses ini melibatkan perhitungan yang lebih kompleks dan biasanya dilakukan oleh seseorang yang ahli dalam ilmu titen (ilmu perhitungan hari baik dan buruk). Berikut adalah beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan:
1. Neptu Calon Pengantin
Neptu dari weton kedua calon pengantin dijumlahkan dan dianalisis untuk menentukan hari yang paling cocok untuk pernikahan mereka.
2. Bulan dalam Kalender Jawa
Beberapa bulan dalam kalender Jawa dianggap lebih baik untuk melangsungkan pernikahan dibandingkan bulan lainnya. Misalnya, bulan Besar sering dihindari karena dianggap kurang baik untuk acara pernikahan.
3. Hari Pantangan
Ada hari-hari tertentu yang dianggap pantang untuk melangsungkan pernikahan, seperti hari peringatan kematian leluhur atau hari-hari yang dianggap keramat dalam tradisi Jawa.
4. Posisi Bulan
Dalam tradisi Jawa, posisi bulan juga dipertimbangkan dalam menentukan hari baik. Misalnya, pernikahan sering diadakan saat bulan purnama karena dianggap membawa keberuntungan.
5. Musim
Faktor musim juga dipertimbangkan, terutama jika pernikahan akan diadakan di luar ruangan. Musim kemarau biasanya lebih disukai untuk menghindari gangguan hujan.
Advertisement
Kritik dan Kontroversi Seputar Perhitungan Weton
Meskipun masih dipraktikkan oleh sebagian masyarakat, perhitungan weton juga menghadapi berbagai kritik dan kontroversi, terutama di era modern ini. Beberapa kritik tersebut antara lain:
1. Kurangnya Dasar Ilmiah
Banyak pihak mengkritik bahwa perhitungan weton tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. Kritik ini menyoroti bahwa tidak ada bukti empiris yang menunjukkan korelasi antara hari kelahiran seseorang dengan nasib atau kecocokan dalam hubungan.
2. Potensi Membatasi Pilihan
Ada kekhawatiran bahwa terlalu bergantung pada perhitungan weton dapat membatasi pilihan seseorang dalam memilih pasangan hidup. Hal ini bisa menjadi masalah terutama jika seseorang menolak pasangan yang sebenarnya cocok hanya karena hasil perhitungan weton yang kurang baik.
3. Konflik dengan Nilai-nilai Modern
Beberapa kritikus berpendapat bahwa praktik perhitungan weton bertentangan dengan nilai-nilai modern seperti kesetaraan gender dan kebebasan individu dalam memilih pasangan.
4. Potensi Menciptakan Kecemasan
Bagi pasangan yang hasil perhitungan wetonnya kurang baik, hal ini bisa menciptakan kecemasan yang tidak perlu tentang masa depan hubungan mereka.
5. Variasi dalam Interpretasi
Adanya berbagai versi interpretasi hasil perhitungan weton dapat menimbulkan kebingungan dan inkonsistensi dalam penerapannya.