Cerita Nurul dan Zahra Usai Ikut Digital Talent Scholarship, Banjir Job!

DTS telah menjadi tempat bagi talenta digital Indonesia untuk berkembang dan meraih kesuksesan.

oleh Fachri pada 28 Okt 2024, 17:10 WIB
Pelatihan DTS yang dilakukan oleh Kominfo. (Foto: Kominfo)

Liputan6.com, Jakarta "Siapa yang menguasai teknologi, akan menangkap peluang." Pepatah ini sangat relevan di era revolusi industri 4.0, di mana segalanya berbasis internet dan kemampuan digital menjadi kunci sukses.

Dua gadis, Nurul Uswatun dan Zahra Nabila Falenanda, membuktikan hal ini setelah mengikuti Digital Talent Scholarship (DTS). Mereka berhasil meraih peluang di dunia digital saat banyak orang kesulitan mencari pekerjaan.

Nurul dan Zahra mengikuti program beasiswa pelatihan yang diadakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika pada tahun 2020. Nurul mulai pada bulan Juni, diikuti Zahra tiga bulan kemudian. Saat itu, keduanya masih menjadi mahasiswi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

"Kami mengikuti Talent Scouting Academy (TSA) dan pelatihan cloud computing," kata Nurul dalam video YouTube Digitalent Media Kominfo. TSA merupakan salah satu bagian dari program DTS yang meningkatkan keahlian digital mereka.

Berkat pelatihan tersebut, Nurul kini bekerja di sebuah bank swasta dan juga menjalani pekerjaan sampingan.

"Saya bekerja di bank swasta dan juga freelance," ungkapnya.

Zahra pun memiliki pengalaman serupa. Meskipun belum lulus kuliah, ia sudah mendapatkan pekerjaan freelance mengelola media sosial untuk sebuah kampus saat menyusun skripsi.

"Saya memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk menambah pengalaman dan mengembangkan keterampilan," jelas Zahra.

"Dengan mengikuti pelatihan, saya mendapat sertifikat dan portofolio yang sangat berguna, baik untuk freelance maupun mencari pekerjaan," imbuhnya.

Tanpa kemampuan digital, Nurul dan Zahra mungkin sulit mendapatkan peluang tersebut. Beruntung, mereka mengikuti program DTS dari Kemenkominfo, yang kini menjadi Kementerian Komunikasi dan Digital. DTS telah menjadi tempat bagi talenta digital Indonesia untuk berkembang dan meraih kesuksesan.


Potensi Ekonomi Digital Besar

Presiden Jokowi meresmikan Indonesia Digital Test House, di Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT), di Kota Depok, Jawa Barat, Selasa(07/05/2024). (Foto: BPMI Setpres/Kris)

Potensi ekonomi digital memang besar. Kini semua memang serba internet. Miliaran orang meriung di sana. Data We Are Social menyebut pengguna internet global mencapai 5,35 miliar pada Januari 2024.

Jumlah itu setara 66,2% populasi dunia yang totalnya 8,08 miliar. Sementara, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat pengguna internet di Tanah Air pada 2024 mencapai 221,56 juta orang.

Catatan itu bukan cuma angka mati. Data-data itu menunjukkan betapa besarnya kue ekonomi digital dunia. Saat menghadiri Festival Ekonomi Keuangan Digital dan Karya Kreatif Indonesia di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan pada 1 Agustus lalu, Presiden Joko Widodo mengatakan potensi ekonomi digital mencapai Rp5.800 triliun.

“Saya sudah berulang kali menyampaikan soal potensi, peluang digital Indonesia ke depan. Ekonomi digital akan tumbuh empat kali lipat di tahun 2030, mencapai USD210-360 billion atau kalau  dirupiahkan bisa di angka Rp5.800 triliun,” kata Jokowi.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menambahkan, pembayaran digital juga akan tumbuh 2,5 kali lipat di tahun 2030, mencapai USD760 billion atau setara Rp12.300 triliun. Pertumbuhan tersebut, kata dia, bisa dicapai karena Indonesia didukung oleh puncak bonus demografi di tahun 2030, yaitu 68% berusia produktif.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) di JCC Senayan, Jakarta, Senin (8/5/2023). Jokowi melihat adanya peluang pertumbuhan dari sektor ekonomi dan keuangan digital. Dia pun membidik sektor ini mampu berkontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

Selain itu, lanjut dia, saat ini jumlah ponsel aktif di Indonesia mencapai 354 juta, artinya melebihi jumlah penduduk saat ini yang mencapai 280 juta.

“Artinya, satu orang bisa memiliki ponsel lebih dari satu. Dengan jumlah pengguna internet yang sudah mencapai 185 juta, juga jumlah yang sangat besar sekali. Potensinya besar sekali,” ujar Jokowi.

Besarnya potensi ekonomi digital itu berarti peluang terbuka lebar. Pada 2016, Bank Dunia menyampaikan bahwa Indonesia membutuhkan sekitar sembilan juta talenta digital antara tahun 2015 hingga 2030 untuk mendongkrak ekonomi digital.

Sedangkan survei World Economic Forum pada 2023 menunjukkan lebih dari 75% perusahaan berencana mengadopsi teknologi seperti big data, cloud computing, dan artificial intelligence, dalam lima tahun ke depan.

“Kontribusi ekonomi digital terhadap PDB bisa lebih tinggi kalau digital talent bisa kita siapkan dengan baik,” kata Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika, Nezar Patria.

Secara global, tambah Nezar, kontribusi ekonomi digital didominasi negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan China yang sudah mencapai di atas 50% terhadap PDB. Sedangkan, kontribusi ekonomi digital Indonesia pada PDB masih sangat kecil, bahkan di bawah 10%.

“Dengan negara-negara ASEAN sekali pun kontribusi kita juga masih di bawah Singapura, Vietnam, dan di bawah Thailand,” imbuh Nezar.

Namun Nezar yakin Indonesia punya potensi besar dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi digital. Pada tahun 2030, kontribusi ekonomi digital ASEAN diproyeksikan mencapai kurang lebih USD1 triliun.

“Dan dari Indonesia sendiri itu berkontribusi hampir 40% sekitar USD366 miliar. Jadi kita bisa bayangkan bahwa kita adalah kekuatan yang besar di ASEAN,” tandas Nezar.


Penuhi Kebutuhan Talenta Digital

Digital Talent Scholarship yang dihadirkan Kominfo. (Foto: Kominfo)

Program DTS hadir untuk memenuhi kebutuhan talenta digital lewat pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan daya saing, produktivitas, serta profesionalisme SDM bidang teknologi informasi dan komunikasi, kepada berbagai lapisan masyarakat seperti, angkatan kerja muda, masyarakat umum, aparatur sipil negara, hingga entrepreneur.

DTS merupakan pelatihan pengembangan kompetensi yang telah diberikan kepada talenta digital Indonesia sejak tahun 2018. Program ini berperan penting mencetak talenta digital Indonesia.

Lewat pelatihan ini, peserta dapat mengembangkan kompetensi di area baru, khususnya di bidang digital, untuk bekal dalam menghadapi tantangan industri 4.0 dan otomatisasi yang semakin luas.

Ada delapan Akademi dalam program DTS, yaitu Fresh Graduate Academy (FGA), Vocational School Graduate Academy (VSGA), Thematic Academy (TA), Professional Academy (ProA), Government Transformation Academy (GTA), Digital Entrepreneurship Academy (DEA), Digital Leadership Academy (DLA), dan Talent Scouting Academy (TSA).

DTS punya target 100 ribu peserta saban tahun. Program ini telah bekerja sama dengan 130 lebih mitra pelatihan, seperti Glotech, Edutech, serta perguruan tinggi dari dalam dan luar negeri. Sejak diluncurkan pada 2018, telah ribuan peserta ikut DTS.


Jumlah Peserta DTS

Digital Talent Scholarship yang dihadirkan Kominfo. (Foto: Kominfo)

Menurut data Kemenkominfo, sebanyak 964 peserta mengikuti DTS. Pada 2019 naik menjadi 26.826 peserta, setahun berselang menjadi 58.116 peserta, pada 2021 meningkat lagi menjadi 123.412 peserta.

Tahun 2022, peserta DTS melonjak menjadi 242.862. Pada tahun 2023, peserta DTS tercatat sebanyak 11409 dan hingga Agustus 2024, peserta DTS tercatat 94.533 peserta.

Lihat pula data-data statistik para lulusan DTS. Menurut catatan Kemenkominfo, 25% alumni DTS telah berubah status dari tidak bekerja menjadi bekerja. Sementara 6% alumni yang sudah bekerja saat ikut DTS beralih untuk mempersiapkan usaha.

Program DTS juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan penghasilan para alumninya. Setidaknya sekitar 64,2% alumni DTS mengalami kenaikan penghasilan. Rata-rata penghasilan alumni DTS mengalami kenaikan 9,7% hingga 11% atau sebesar Rp457.000 hingga Rp549.000.

Cerita Nurul dan Zahra telah membuktikan bahwa angka-angka itu bukan hanya laporan di atas kertas belaka. Dua dara itu telah mampu menangkap peluang setelah mengikuti DTS pada 2020. Pelatihan itulah yang mengantarnya ke dunia kerja.

“Pelatihan ini yang justru mengantar ke dunia kerja, karena kan kalau dunia kerja kita tidak ada pengalaman apa-apa atau skill yang ada sertifikatnya, ibaratnya kan kayak kurang dipandang gitu,” tutur Nurul.

Demikian pula Zahra. Meski selama di kampus selalu berkutat dengan mata kuliah IT, dia mendapat ilmu baru lewat program DTS. Dia bisa belajar ilmu desain. Dan inilah yang membuatnya kini banjir job.

“Saya minatnya di desain, terus belajar-belajar sedikit, terus bikin portofolio, jadi orang-orang tahu kalau saya ini bisa desain. Dari situ orang-orang minta tolong,” tutur Zahra.

 

(*)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya