Liputan6.com, Jakarta - Orang kaya sejati bukanlah mereka yang memiliki banyak harta, tetapi mereka yang mampu menempatkan kekayaan hanya di tangannya, bukan di hatinya.
Pesan ini disampaikan oleh KH Yahya Zainul Ma'arif atau yang dikenal dengan Buya Yahya dalam salah satu ceramahnya. Buya Yahya mengingatkan bahwa kekayaan sejati terletak pada kemampuan untuk mengendalikan harta tanpa terikat secara emosional. Ceramah ini disampaikan di kanal YouTube @buyayahyaofficial.
Buya Yahya menekankan bahwa ketika kekayaan sudah masuk ke dalam hati, seseorang cenderung menjadi budak dari kekayaannya sendiri.
Ia menjelaskan bahwa dalam doa-doa yang dianjurkan, terdapat permohonan agar Allah menempatkan dunia di tangan, bukan di hati. “Jadikan dunia di tangan kami, bukan di hati kami,” demikian pesan Buya Yahya mengutip doa yang diajarkan dalam Islam.
Menurut Buya Yahya, seseorang yang memiliki dunia di tangannya tetapi tidak mencintai dunia adalah contoh nyata dari konsep zuhud dalam tasawuf.
Orang yang zuhud, jelasnya, bukanlah orang yang tidak memiliki apa-apa, melainkan orang yang meski kaya, ia tidak dikuasai oleh hartanya.
Ia mengingatkan agar tidak salah paham mengenai zuhud, karena sering dianggap sebagai keadaan di mana seseorang tidak memiliki harta.
Buya Yahya mengungkapkan bahwa orang kaya sesungguhnya adalah orang yang mampu mengendalikan kekayaannya dan tidak menjadikan kekayaan sebagai tujuan hidup.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Definisi Kaya Sejati
Seseorang yang memegang prinsip zuhud tidak akan terikat pada harta, walaupun memiliki banyak. Bagi orang zuhud, harta adalah alat untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, bukan sesuatu yang harus dipuja dan disimpan di hati.
Dalam pandangan Buya Yahya, kekayaan yang sesuai dengan ajaran agama adalah kekayaan yang tidak memperbudak pemiliknya. Orang yang memiliki banyak harta namun tetap sederhana dan rendah hati adalah contoh nyata orang kaya sejati.
Buya Yahya mencontohkan bahwa banyak orang kaya raya yang tidak diperbudak oleh hartanya dan tetap menjalani kehidupan penuh kasih dan pengabdian.
Konsep ini, menurut Buya Yahya, dapat membantu seseorang untuk tetap rendah hati dan tidak sombong meski memiliki banyak kekayaan.
Dengan menjadikan harta di tangan, seseorang akan lebih mudah untuk berbagi dan tidak terjebak dalam gaya hidup mewah yang berlebihan. Kekayaan, jika dikelola dengan baik, dapat menjadi jalan menuju kebahagiaan dan keberkahan.
Buya Yahya menambahkan bahwa orang yang menempatkan dunia di hati justru akan selalu merasa kurang, meskipun harta yang dimiliki sudah melimpah.
Orang yang dikuasai oleh harta cenderung kehilangan ketenangan batin karena selalu khawatir tentang kehilangan atau kekurangan. Hal ini berbeda dengan orang yang menjadikan harta hanya sebagai alat di tangannya, yang akan tetap merasa tenang dan bersyukur.
Advertisement
Begini Orang Kaya Hati
Lebih jauh, Buya Yahya menjelaskan bahwa orang yang kaya hati memiliki kebijaksanaan dalam menggunakan harta untuk hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
Ia tidak merasa perlu menguasai atau menimbun harta, tetapi menggunakannya sesuai kebutuhan dan untuk membantu sesama. Sifat zuhud inilah yang menurut Buya Yahya menjadi kunci dari ketenangan batin dan kebahagiaan sejati.
Buya Yahya menegaskan bahwa ketenangan dalam hidup tidak bisa dibeli dengan harta, melainkan dengan sikap hati yang tepat dalam menyikapi dunia.
Seseorang yang hanya mengejar harta untuk memenuhi hawa nafsu akan terus merasa gelisah dan tidak pernah puas. Hal ini kontras dengan orang zuhud yang meskipun kaya, tetap merasa tenang dan tidak dikuasai oleh keinginan duniawi.
Menurut Buya Yahya, setiap orang hendaknya memohon kepada Allah agar dijauhkan dari cinta dunia yang berlebihan.
Dengan menempatkan dunia di tangan, seseorang dapat lebih mudah untuk menjalankan tugasnya sebagai manusia, yaitu menjadi khalifah di muka bumi dengan amanah. Orang yang tidak diperbudak harta akan lebih ringan dalam menolong orang lain dan menjalankan amanahnya dengan baik.
Buya Yahya juga menyarankan agar setiap orang selalu mengingat bahwa harta yang dimiliki hanyalah titipan dari Allah.
Kekayaan yang sesungguhnya adalah kekayaan hati, yang membuat seseorang merasa cukup dan tidak terlalu terikat pada hal-hal duniawi. Dengan sikap ini, seseorang akan tetap bersyukur dalam segala kondisi dan mampu menghadapi berbagai ujian hidup.
Buya Yahya mengingatkan bahwa tidak sedikit orang yang terjebak dalam kenikmatan duniawi hingga melupakan akhirat. Menempatkan dunia di hati, kata Buya Yahya, adalah jalan menuju kerugian.
Orang yang selalu merasa cukup adalah mereka yang memegang teguh prinsip zuhud, tidak terikat oleh gemerlap dunia, dan senantiasa mengutamakan Allah dalam segala hal.
Konsep zuhud ini menurut Buya Yahya bukanlah ajakan untuk meninggalkan dunia, tetapi agar tidak diperbudak oleh dunia. Zuhud dalam Islam adalah keseimbangan antara memiliki harta namun tetap menjaga hati agar tidak terikat padanya.
Seseorang yang zuhud akan tetap merasa damai meski harta datang dan pergi, karena tujuan hidupnya bukan terletak pada materi.
Buya Yahya menutup pesan dengan mengajak umat Islam untuk senantiasa memperbaiki niat dalam mencari rezeki. Menjadikan dunia di tangan dan bukan di hati adalah jalan terbaik agar kita tidak tergelincir dalam cinta dunia yang berlebihan.
Sebab, orang kaya yang sesungguhnya adalah mereka yang kaya hati, yang mampu mengendalikan harta tanpa diperbudak olehnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul