UAH Sebut Seseorang akan Dihargai di Tempat yang Tepat, Contohnya Menarik!

UAH memberikan sebuah kisah nyata tentang seorang pemain biola tingkat dunia yang mencoba bermain di tempat umum.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Okt 2024, 20:30 WIB
Ustadz Adi Hidayat (UAH) (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam sebuah ceramah yang inspiratif, Ustadz Adi Hidayat (UAH) menyampaikan pentingnya memilih lingkungan yang dapat menghargai potensi dan nilai diri seseorang.

UAH mengingatkan bahwa seseorang yang tidak mendapat penghargaan di satu tempat bisa jadi sedang berada di lingkungan yang kurang memahami atau mengakui nilainya.

"Jika Anda merasa kurang dihargai di suatu tempat, mungkin tempat itu memang bukan yang terbaik untuk Anda," ungkapnya.

Pada kesempatan itu, UAH memberikan sebuah kisah nyata tentang seorang pemain biola tingkat dunia yang mencoba bermain di tempat umum.

Tanpa diketahui orang banyak, musisi ini memiliki biola yang nilainya mencapai puluhan miliar dan biasanya memiliki tarif konser hingga miliaran rupiah.

Dalam tayangan video di kanal YouTube @seventhube, UAH bercerita bahwa pemain biola tersebut sengaja melakukan eksperimen sosial dengan tampil sebagai pengamen di stasiun kereta bawah tanah di New York.

Dengan mengenakan pakaian sederhana dan memainkan biolanya tanpa memperkenalkan diri, ia ingin melihat reaksi orang-orang di sekitarnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Bukan Anda Tak dihargai, Hanya Salah Tempat

Musisi Palestina Jawaher al-Aqraa memainkan biola sambil berdiri di dapur rumahnya di Deir al-Balah, Jalur Gaza Tengah, 24 Oktober 2023. (Eyad BABA/AFP)

Namun, meskipun musik yang dimainkan sangat indah, hanya sedikit orang yang memperhatikannya.

"Yang diberikan hanyalah recehan senilai beberapa sen, padahal tarif konsernya bisa mencapai miliaran," kata UAH, menggambarkan betapa sedikitnya penghargaan yang didapat oleh musisi tersebut di tengah keramaian.

Dari eksperimen tersebut, UAH menekankan bahwa orang akan dihargai sesuai dengan pemahaman dan apresiasi orang di sekitarnya. Ia menjelaskan bahwa manusia sering kali mengabaikan bakat atau potensi yang tidak mereka kenali, sehingga penting bagi seseorang untuk pandai menempatkan diri.

“Jika Anda merasa tidak dihargai atau dianggap remeh, mungkin bukan diri Anda yang kurang bernilai, tetapi lingkungan Anda yang tidak mampu melihat potensi tersebut,” ujarnya.

Ustadz Adi menegaskan bahwa harga diri seseorang tidak boleh ditentukan oleh lingkungan yang salah.

Lebih lanjut, UAH menyampaikan bahwa untuk mencapai kesuksesan, seseorang harus memahami di mana tempat terbaik untuk mengembangkan diri.

"Jangan bertahan di tempat yang tidak bisa menghargai Anda. Carilah tempat lain yang bisa memandang Anda dengan penghargaan sesuai kemampuan dan potensi yang Anda miliki," jelasnya.


Pelajaran dari Pemain Biola Dunia

ilustrasi memainkan biola.

Ustadz Adi juga menjelaskan bahwa kisah ini mengajarkan manusia untuk memahami nilai diri dan berani mencari tempat yang lebih menghargai kemampuan yang dimiliki. Ia menekankan bahwa setiap individu punya potensi luar biasa yang bisa berkembang optimal jika berada di lingkungan yang tepat.

Menurut UAH, hal ini berlaku dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam karir, hubungan, maupun pengembangan diri. Ia menasihati agar seseorang tidak merasa berkecil hati jika tidak dihargai di satu tempat, melainkan memandangnya sebagai kesempatan untuk menemukan lingkungan yang lebih baik.

UAH juga mengingatkan bahwa sering kali nilai sejati seseorang hanya bisa dihargai di tempat yang benar-benar mengenal dan menghormati bakat atau kemampuannya.

Dengan contoh pemain biola tersebut, ia menekankan bahwa sukses bukan hanya soal kemampuan, tetapi juga soal tempat yang tepat untuk menunjukkannya.

Pada akhir ceramah, UAH mengajak jamaah untuk merenungkan kembali tempat mereka berada saat ini. Ia berpesan agar tidak ragu untuk mencari lingkungan baru yang lebih menghargai potensi dan bakat yang dimiliki.

"Jangan takut untuk keluar dari zona nyaman demi menemukan tempat yang bisa menghargai diri kita seutuhnya," pungkasnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya