Liputan6.com, Jakarta - Rekor reli harga emas dunia terhenti pada perdagangan Senin. Pelemahan harga emas dunia ini terjadi karena tekanan imbal hasil Treasury Amerika Serikat (AS)dan dolar AS yang menguat.
Sementara itu, investor logam mulia menunggu serangkaian data ekonomi AS yang akan dirilis minggu ini untuk mendapatkan petunjuk tentang prospek suku bunga Bank Sentral AS atau Federal Reserve (Fed).
Advertisement
Mengutip CNBC, Selasa (29//10/2024), Harga emas di pasar spot turun 0,2% menjadi USD 2.742,49 per ons. Sedangkan harga emas batangan mencapai rekor tertinggi USD 2.758,37 per ons Rabu lalu.
Sedangkan harga emas berjangka AS stabil di USD 2.755,0 per ons.
Imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun yang menjadi acuan naik ke level tertinggi dalam periode tiga bulan. Sedangkan indeks dolar AS berada di jalur menuju bulan terbaiknya sejak April 2022, membuat emas kurang menarik bagi pembeli luar negeri.
Analis komoditas TD Securities Daniel Ghali mengatakan, TD Securities menargetkan harga emas bisa menyentuh target USD 2.800 pada pekan ini.
"Harapan kami adalah bahwa pemilu sebenarnya menghambat minat untuk aktivitas jual dan oleh karena itu katalis apa pun untuk aktivitas beli kemungkinan akan berdampak lebih besar,” kata dia.
Dengan semakin dekatnya pemilihan umum AS pada 5 November, Wakil Presiden Kamala Harris dan mantan Presiden Donald Trump terjebak dalam pertarungan sengit untuk memenangkan beberapa negara bagian yang lebih kompetitif.
Menanti Data Ekonomi AS
Pelaku pasar juga menunggu serangkaian data minggu ini, termasuk ketenagakerjaan ADP pada hari Rabu, Pengeluaran Konsumsi Pribadi AS pada hari Kamis, dan laporan penggajian hari Jumat.
“Emas masih dalam mode beli saat turun dan sementara beberapa calon investor telah mencari penurunan lebih dari USD 200, penurunan tersebut tidak muncul karena yang lain menumpuk koreksi,” kata analis StoneX Rhona O’Connell dalam sebuah catatan.
"Meskipun salah satu elemen kunci risiko geopolitik tahun ini adalah banyaknya pemilihan umum dengan lebih dari separuh pemilih dunia memiliki kesempatan untuk memilih, ketidakpastian tidak akan hilang hanya karena pemilihan umum telah berakhir." tambah dia.
Meneropong Harga Emas Dunia Pekan Ini, Berpotensi Melesat?
Harga emas berpotensi naik pada pekan ini. Namun, sentimen bullish menurun di antara pengamat dan pelaku pasar.
Hal itu ditunjukkan dalam survei emas mingguan Kitco News, seperti dikutip dari laman Kitco, Senin (28/10/2024).
Pada pekan ini, sembilan analis berpartisipasi dalam survei emas Kitco, dan konsensus bullish pekan lalu telah menyusut. Lima pakar atau 56 persen prediksi harga emas naik pada pekan ini. Sedangkan dua lainnya atau 22 persen perkirakan harga emas merosot. Dua analis lainnya atau mewakilii 22 persen bersikap netral terhadap prospek emas dalam jangka pendek.
Sementara itu, 213 suara diberikan dalam jajak pendapat daring Kitco dengan mayoritas investor main street yang ramal harga emas bakal menguat. 126 pelaku pasar atau 59 persen prediksi harga emas naik pada pekan ini. Sedangkan 47 persen atau 22 persen prediksi harga logam akan merosot. Sedangkan 40 investor lainnya mewakili 19 persen dari total prediksi harga emas sideways pekan ini.
Direktur Bannockburn Global Forex, Marc Chandler menuturkan, harga emas akan konsolidasi dalam waktu dekat. Ia menuturkan, harga emas berpeluang melemah.
"Bank sentral membeli emas dan spekulasi implikasi inflasi dari kebijakan pemerintahan AS berikutnya adalah narasi utama untuk bullish emas,” ia menambahkan.
Chandler menuturkan, tampaknya berlawanan dengan intuisi, dolar AS, suku bunga serta saham telah reli bersama emas. “Harga emas tembus USD 2.700 akan mulai menekan posisi akhir-akhir ini. Dugaan saya, kita melihat harga USD 2.600 sebelum USD 2.800,” tutur Chandler.
Advertisement
Harga Emas Berpeluang Merosot
Sementara itu, Chief Market Strategist SIA Wealth Management, Colin Cieszynski menuturkan, harga emas berpeluang koreksi pekan ini.
"Tidak ada hasil dari KTT BRICS untuk logam mulia dan dengan logam mulia yang bergerak naik menjelang pertemuan itu, saya pikir logam mulia akan mengalami koreksi. Selain itu, tidak ada pertemuan bank sentral minggu ini,” ujar Cieszynski.
Ia menuturkan, hampir bersikap netral untuk pekan ini. Hal ini seiring dalam jangka panjang, faktor-faktor mendasar yang mendorong pasar bullish saat ini belum berubah seperti devaluasi dan risiko politik terutama dengan pemilihan umum (Pemilu) Amerika Serikat yang kurang dari dua minggu lagi.
"Sikap bearish saya hanya satu minggu, berdasarkan potensi koreksi perdagangan,” tutur dia.
Di sisi lain, Senior Market Strategist Forex.com, James Stanley menuturkan, harga emas akan naik. "Sejauh ini bullish telah berjuang untuk mendapatkan penerimaan di atas level USD 2.750 di spot, tetapi saya masih belum memiliki bukti kenaikan itu telah berakhir,” ujar dia.
"Pembeli memberikan beberapa respons dukungan yang kuat selama seminggu terakhir, jadi saya akan terus condong dengan tren dominan hingga bukti menunjukkan sebaliknya,” ia menambahkan.
Prediksi Harga Emas Dunia
Sementara itu, President of Adrian Day Asset Management, Adrian Day mengatakan, harga emas akan turun. Ia mempertanyakan apakah ada kemungkinan penurunan dan hingga kapan. “Kami ragu akan berlangsung lama atau dalam,” ujar dia.
Ia menambahkan, sejumlah alasan mendasar yang mendorong emas antara lain dolar AS, kekhawatiran tentang ekonomi dan keamanan bank di China, suku bunga yang lebih rendah. Selain itu, suku bunga lebih rendah, inflasi yang membandel di Amerika Utara dan Eropa, menurut dia tetap ada.
Analis Barchart.com, Darin Newsom mengatakan, harga emas akan koreksi pekan ini. Ia prediksi, emas pada Desember 2024 membukukan pembalikan arah.Ia menilai, dalam jangka panjang, yakin harga emas didorong terutama oleh risiko inflasi, geopolitik. Ia melihat dua sentimen itu akan stabil dalam waktu dekat.
Ia mengatakan, harga emas naik, seiring sentimen inflasi masih membayangi.
“Dan dari sudut pandang kekacauan, [konflik geopolitik] menyebabkan meningkatnya destabilisasi. Investor tidak menyukai ketidakpastian, dan mereka mulai menarik uang dari saham, investasi yang sangat solid di sini selama empat tahun terakhir, karena ketidakpastian.”
Pada pekan ini sejumlah rilis data ekonomi diterbitkan antara lain rilis laporan ketenagakerjaan Amerika Serikat pada September. Ekonom prediksi 140.000 pekerjaan baru, lebih rendah dari Agustus sekitar 254.000.
Advertisement
Potensi Kemenangan Donald Trump di Pemilu AS
Haberkorn mengatakan, dengan pasar yang sekarang memperkirakan kemenangan Trump dalam pemilihan mendatang, Gedung Putih yang dipimpin Partai Republik juga akan bersifat inflasioner dan mendukung emas dalam waktu dekat.
"Melihat ke depan, pertarungan yang akan Anda lihat, untuk memangkas pengeluaran pemerintah, akan menjadi signifikan, sementara Trump juga ingin memangkas pajak,” katanya.
"Apakah mereka akan dapat memangkas program pemerintah, pajak pemerintah, sesuatu yang mirip dengan apa yang Anda lihat di Argentina, yang dibutuhkan di Amerika Serikat, secara drastis? Ada beberapa pil pahit yang harus ditelan orang untuk mengendalikan pengeluaran di sini di Amerika Serikat.”
"Saya pikir pemotongan pajak yang mereka bicarakan akan dilaksanakan, yang berakhir tahun depan yang dimajukan,” kata Haberkorn.
"Saya pikir mereka akan membuat beberapa perubahan, dan jika tidak, mungkin membuat beberapa pemotongan yang lebih signifikan. Namun kuncinya adalah, bagaimana dengan pengeluaran pemerintah? Bagaimana mereka akan mengendalikannya?," ujar dia.
Analis Senior Kitco Jim Wyckoff mengatakan faktor teknis dan fundamental tetap mendukung harga emas. "Tetap menguat karena grafik tetap bullish dan permintaan safe haven menjaga harga tetap rendah," ujar dia.