Harga Minyak Cetak Rekor Terburuk dalam 2 Tahun

Selama berminggu-minggu, pasar telah bersiap menghadapi pembalasan Israel menyusul serangan langsung Iran terhadap negara Yahudi tersebut awal bulan ini.

oleh Arthur Gideon diperbarui 29 Okt 2024, 08:00 WIB
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 6,13% hingga ditutup pada USD 67,38 per barel dan mencetak kerugian harian terbesar sejak 12 Juli 2022, ketika harga patokan ini turun 7,93%. Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) anjlok 6 persen pada perdagangan senin dan mencetak hari terbutuk dalam lebih dari dua tahun setelah fasilitas energi Iran tidak rusak karena serangan Israel selama akhir pekan.

Mengutip CNBC, Selasa (29/10/2024), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 6,13% hingga ditutup pada USD 67,38 per barel dan mencetak kerugian harian terbesar sejak 12 Juli 2022, ketika harga patokan ini turun 7,93%.

Harga minyak mentah berjangka global Brent turun 6,09% hingga ditutup pada USD 71,42 per barel.

Pada hari Sabtu kemarin, Israel menyerang instalasi militer Iran di tiga provinsi sebagai tanggapan atas peluncuran rudal balistik Teheran terhadap Israel pada tanggal 1 Oktober.

Kantor berita Iran Tasnim melaporkan bahwa serangan tersebut menimbulkan kerusakan terbatas. Menurut Kantor Berita Republik Islam milik negara serangan ini menewaskan empat tentara.

Serangan Israel tersebut tidak mengenai lokasi minyak, nuklir, dan infrastruktur sipil.

Jaringan berita minyak Iran Shana mengatakan bahwa operasi industri minyak Iran berjalan normal tanpa gangguan.

Penantian Berminggu-minggu

Selama berminggu-minggu, pasar telah bersiap menghadapi pembalasan Israel menyusul serangan langsung Iran terhadap negara Yahudi tersebut awal bulan ini.

Ketegangan Timur Tengah yang lebih luas terus meningkat setelah serangan terhadap Israel oleh Hamas yang didukung Iran pada 7 Oktober tahun lalu.

Pertimbangan utama pasar minyak adalah keterlibatan langsung antara kedua belah pihak, dengan kekhawatiran akan serangan terhadap fasilitas minyak Iran meningkat dalam beberapa minggu terakhir. Iran menyumbang hingga 4% dari pasokan minyak global, menurut Badan Informasi Energi AS.

"Tindakan militer Israel baru-baru ini tidak mungkin dilihat oleh pasar sebagai penyebab eskalasi yang berdampak pada pasokan minyak," tulis analis Citi dalam sebuah catatan pada hari Senin,

Citi memangkas perkiraan harga minyak Brent sebesar USD 4 menjadi USD 70 per barel selama tiga bulan ke depan.

 


Kelebihan Pasokan

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Pasar minyak juga menghadapi kelebihan pasokan global.

"Dengan Israel yang sengaja, dan mungkin dengan sedikit dorongan Amerika, menghindari penargetan fasilitas minyak mentah, pasar minyak kembali melihat pasar yang kelebihan pasokan," kata Andy Lipow, presiden Lipow Oil Associates.

Produksi minyak telah meningkat tidak hanya di negara-negara utama seperti AS, Kanada, dan Brasil, tetapi bahkan di antara pemain yang lebih kecil, seperti Argentina dan Senegal.

"Harga minyak akan tetap tertekan selama sisa tahun ini, mungkin sulit untuk melihat harga minyak mentah Brent mencapai $80 dalam waktu dekat," kata Lipow kepada CNBC melalui email.

Premi risiko telah turun beberapa dolar per barel, karena sifat serangan yang lebih terbatas, termasuk menghindari infrastruktur minyak, telah meningkatkan harapan untuk jalur de-eskalasi, kata Saul Kavonic, seorang analis energi di MST Marquee.

 


Pembalasan

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Sorotan sekarang akan jatuh pada apakah Iran akan melawan serangan dalam beberapa minggu mendatang, yang akan melihat premi risiko naik lagi, kata Kavonic kepada CNBC. Ia mencatat bahwa tren konflik secara keseluruhan masih tetap berupa eskalasi, dengan peluang besar untuk serangan berikutnya.

Selama pertemuan Kabinet pada hari Minggu, Presiden Iran Masoud Pezeshkian menekankan hak Iran untuk bereaksi terhadap serangan Israel.

"Kami tidak menginginkan perang, tetapi kami akan membela negara kami dan hak-hak rakyat kami. Kami akan memberikan respons yang proporsional terhadap agresi tersebut," katanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya