Liputan6.com, Jakarta - Secara umum, gejala penyakit HFMD (Hand Foot and Mouth Disease) seringkali mirip gejala penyakit lain seperti misalnya sariawan, cacar air (varicella), herpetic gingivostomatitis, scabies, measle, dan rubella. Gejala khas berupa lesi yang muncul pada telapak tangan dan kaki terkadang menyerupai bintil akibat cacar air. Meski demikian,
Secara umum, gejala khas penyakit HFMD (Hand Foot Mouth Disease) yang ditandai dengan demam dan munculnya lesi (bintil-bintil berisi cairan) kerap menyerupai gejala cacar air (varicella). Meski demikian, Ketua Unit Kerja Koordinasi Infeksi Penyakit Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof Dr Edi Hartoyo mengatakan, ada perbedaan yang dapat dicermati.
Advertisement
"Kalau cacar air, vesikelnya khas, (tampak) mengkilat, kalau HFMD tidak. Kemudian kalau cacar air, mulainya dari dalam ke luar, misalnya dari tubuh ke luar ke ekstrimitas," jelasnya.
Selain itu, pada gejala cacar air, durasi kemunculan lesi mulai dari eritem (warna kemerahan) sampai menjadi vesikel berkisar antara 8-12 jam. Durasi tersebut, kata Edi, lebih cepat dibandingkan kemunculan lesi pada HFMD.
Tanda lain yang membedakan lesi cacar air dengan HFMD adalah lokasi kemunculannya.
"Cacar air jarang mengenai mukosa mulut, walaupun bisa namun jarang. Cacar air juga jarang menyebabkan lesinya di telapak tangan dan telapak kaki, walaupun bisa," jelas Edi.
Gejala HFMD juga seringkali serupa tanda penyakit lain yakni herpetic gingivostomatitis, scabies, measle, dan rubella.
Penularan HFMD atau Flu Singapura
HFMD disebabkan oleh virus RNA Coxsackievirus (CA16) dan Enterovirus 71 (EV71). Adapun gejala klinis penyakit ini meliputi:
- Demam
- Anoreksia
- Malaise
- Nyeri Tenggorokan
Penyakit yang oleh sebagian masyarakat dikenal dengan sebutan Flu Singapura atau Virus Singapura ini dapat menular melalui kontak langsung dan tidak langsung dengan pasien. Menurut Edi, penularan ini serupa dengan virus COVID-19.
"Penularannya secara droplet--hampir sama dengan COVID, kemudian fekal-oral, air liur, feses, cairan vesikel atau sekret yang kontak," Edi menjelaskan penularan langsung FHMD.
"Penularan kontak tidak langsung juga bisa, jadi barang yang dipakai pasien seperti handuk, baju, peralatan, makan, mainan. Jadi ada kontak langsung dan tidak langsung. Jadi persis sama seperti COVID," lanjutnya.
Gejala HFMD bisa bersifat ringan maupun berat. Pada kasus berat, penyakit ini dapat menyebabkan gangguan kardiopulmonari dan komplikasi otak seperti meningitis dan ensefalitis.
Advertisement
Orangtua Perlu Waspada 3 Gejala HFMD pada Anak
Edi menyarankan agar orangtua segera membawa anak ke fasilitas kesehatan jika menemukan tiga gejala berikut pada anak yang terindikasi terinfeksi HFMD.
1. Demam Tinggi
"Kalau ada demam tinggi di atas 38,5 maka harus cepat-cepat (dibawa ke faskes) karena ada risiko dia kejang," ujar Edi.
2. Anak Tidak Bisa Mengonsumi Makanan
"Kedua kalau nutrisi tidak bisa masuk karena penyakit ini lesinya di mulut sehingga anak akan mengalami kesulitan atau kesakitan pada saat minum dan makan. Kalau anak tidak mau makan dan minum maka ada risiko dehidrasi sehingga harus segera dibawa ke rumah sakit."
3. Ada Tanda-Tanda Toksik
"Itu misalnya anaknya tidur terus, kemudian panas tidak turun, kesadarannya menurun, maka harus segera dibawa karena satu komplikasi yang berbahaya adalah radang otak atau meningitis."