Liputan6.com, Jakarta - Festival Budaya Panji sukses digelar di Gedung Kesenian Jakarta pada 22 sampai 24 Oktober 2024. Kali ini, Festival Budaya Panji (FBP) 2024 yang digagas dan diadakan oleh Kemendikbudristek mengusung tajuk Cerita Panji dalam Keragaman Budaya Nusantara.
Kita ketahui bersama bahwa Panji Inu Kertapati merupakan cerita rakyat yang sangat populer dalam sastra Jawa. Karya ini merupakan salah satu warisan budaya asli Jawa Timur, yang menceritakan tentang petualangan dan romansa antara Panji Inu Kertapati dan kekasihnya, Dewi Sekartaji.
Baca Juga
Advertisement
Sejak zaman Majapahit, kisah ini juga telah menyebar ke berbagai wilayah dengan banyak versi hingga Malaysia, Filipina, Thailand, Kamboja, dan Myanmar. Cerita Panji juga menjadi simbol diplomasi budaya yang memperkuat hubungan antarbangsa melalui seni dan budaya.
Berbagai bentuk keragaman dan turunan dari kisah ini pun banyak bermunculan di berbagai wilayah di Asia. Cerita Panji inilah yang kemudian dihadirkan dengan gaya dan karakter yang sangat majemuk.
Keunikan Festival Budaya Panji Tahun Ini
Berbeda dari tahun sebelumnya, keunikan dari FBP 2024 kali ini adalah keterlibatan para seniman muda dalam berkolaborasi dengan para pakar dan maestro budaya tradisi. Tujuan dari inovasi ini adalah untuk memastikan nilai-nilai tradisi yang terus terjaga, serta pengaktualisasian dengan zaman dan perkembangan teknologi saat ini.
Pada tahun ini, terdapat 10 komunitas seni yang diundang dan dipilih untuk mengekspresikan ragam kisah Panji tersebut pada masyarakat.
Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia, yaitu Padepokan Mangun Dharmo dari Malang, Sanggar Sekar Kedaton Somokaton dari Klaten, Sanggar Seni Satriya Lelana dari Bali, Sanggar Wayang Bundeng Gepuk dari Wonosobo, Sanggar Kedaton Ati dari Karanganyar, Sanggar Topeng Ghulur dari Sumenep, Yayasan Tari Topeng Mimi Rasinah dari Indramayu, Sanggar Albanyiuri dari Banjarmasin, Komunitas Seni Tadulako dari Palu, dan Pesinauan Sekolah Adat Osing dari Banyuwangi.
Berbagai ragam ekspresi dari kesepuluh sanggar, komunitas, dan adat tersebut berhasil diadicitakan dalam Festival Budaya Panji (FBP) 2024 di Gedung Kesenian Jakarta. Alih-alih hanya memunculkan dan meghadirkan romansa Panji dan Dewi Sekartaji, FBP sebagai ajang tahunan ini justru hadir dengan berbagai cerita dan watak (baca:medium) tentang Panji yang mungkin masih sangat jarang diketahui oleh masyarakat luas.
Salah satunya adalah Lakon Barong Kemiren yang Bernama “Sunar Udara” dari Banyuwangi.
Advertisement
Dibuka Menteri dan Wamen Baru
Pada 22 Oktober kemarin FBP 2024 dibuka oleh Menteri Kebudayaan yang baru Fadli Zon dan Wakil Menteri yang baru Giring Ganesha.
Dalam sambutannya, Menteri Kebudayaan menekankan bahwa pentingnya untuk mencari jejak-jejak budaya peninggalan leluhur kita di Nusantara yang bahkan usianya sudah jauh lebih tua dari jejak budaya dari luar Nusantara.
FBP tahun ini bukan hanya sekadar pertunjukan semata, melainkan juga hadir dalam bentuk pameran seni rupa, dokumentasi kegiatan, diskusi panel, presentasi, hingga film yang dipamerkan dan diputar secara simultan di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ).
Jejak Alien di Kesenian Barong Banyuwangi
Pesinauan Sekolah Adat Osing, peserta dari Banyuwangi yang membawa dan menampilkan “Barong Kemiren” yang bernama “Sunar Udara”. Mereka juga memamerkan sosok Barong Kemiren tersebut dalam sebuah pameran seni rupa bertajuk “Panji : Ekologi dan Renaisans Nusantara”. Kesenian Barong Kemiren ini masih sangat mengakar di kehidupan masyarakat Banyuwangi hingga saat ini.
Dalam pementasan Panji ini cerita tentang Barong Kemiren mempunyai cuplikan cerita bernama Panji Sumirah. Misteri Barong ini hanya satu dari sekian banyak artefak dan bukti arkeologis makhluk hybrid yang ada di Nusantara.
Pesinauan Sekolah Adat Osing adalah sebuah laboratorium alam terbuka, dimana terjadinya berbagai aktifitas budaya dan interaksi publik serta proses pembelajaran budaya adat Osing, yang terletak di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi
Advertisement
Lakon Uwe-Cahaya Angkasa
Cerita Panji yang melatarbelangi adalah akan dibukanya sebuah pemukiman bagi manusia, yang mana wilayah Banyuwangi masih berbentuk hutan lebat dan alam liar, tergambar dalam kisah Jaripah dalam lakon Barong Kemiren ini. Jaripah adalah perempuan cantik jelita yang hidup di tengah rimba belantara bersama Barong yang bernama “Sunar Udara”.
“Sunar” berarti Cahaya atau Energi dan “Udara” berarti Langit atau Angkasa.
Dalam pementasan kali ini nama Sunar Udara bisa dimaknai sebagai “Cahaya Angkasa”, sosok makhluk adikodrati berkepala kala dan bertubuh campuran (hybrid) antara singa dan harimau yang mempunyai 4 (empat) sayap membentang lebar.
Keberadaan Sunar Udara ini juga yang akan menjaga sebuah peradaban manusia dari serangan energi jahat. Dalam pementasan kali ini kami menampilkan 5 babak/fragmen, yakni : Barong Sunar Udara, Paman Tambur Layar Kemodi, Jim Prayangan, Panji Sumirah, dan Garuda Sawung Alit.
Lakon ini biasanya dipagelarkan selama semalam suntuk, tapi pada FBP 2024 kali ini hanya ditampilkan selama 25 menit dan dimainkan oleh 12 anak muda, para penerus budaya adat yang berasal dari Banyuwangi.
Benarkah Barong adalah Alien dari Luar Bumi?
Kami dari ISSS (Indonesia Space Science Society) yang ditunjuk sebagai seniman pendamping untuk Pesinauan Sekolah Adat Osing ini mengatakan bahwa ada sisi mistis dan juga saintifik di sisi lain dari sejarah Barong ini.
Imajinasi tentang asal muasal Barong juga membawa kita dalam sebuah medan saintifik, apa yang menjadikan terciptanya makhluk hybrid ini. Banyak karakter dan bentuk entitas yang kita jumpai hampir di semua peningggalan leluhur Nusantara tentang keberadaan serta kemunculan sosok makhluk hybrid.
Dalam pementasan “Uwe – Cahaya Angkasa” ini imajinasi itu hadir dalam penokohan dan kedigdayaan sosok Barong yang digambarkan berasal dari cahaya, hadir dalam semesta yang lain, dan membuka pemikiran baru (kemungkinan) berasal dari luar tatasurya kita.
Advertisement
Pesinaunan Sekolah Adat Osing jadi Penutup FBP 2024
Dengan persiapan latihan selama dua bulan, Pementasan “Uwe – Cahaya Angkasa” ini didaulat tampil sebagai penutup FBP 2024. Pementasan yang juga mengambil judul “Cahaya Angkasa” yang berarti adanya sebuah energi atau entitas yang datang dari angkasa, memunculkan spekulasi dan kemungkinan tentang entitas yang bisa melintasi ruang dan waktu.
Ke depannya jejak keberadaan dan asal muasal Barong ini juga akan terus dilanjutkan risetnya yaitu mencari informasi berdasarkan manuskrip kuno yang ada serta merangkai kajian-kajian text yang sudah diterbitkan. Riset ini juga akan mengelaborasi berbagai sumber primer melalui para pakar dan peneliti alien (baca: extra-terrestrial) yang ada di Nusantara melalui adat dan beragam peninggalan artefak serta budaya di Tanah Air.
Maka, harapan kami sebagai sekolah adat dari Banyuwangi untuk FBP mendatang adalah bisa terealisasi sebuah aktivitas kolaborasi antarkomunitas adat dari berbagai daerah di Tanah Air, serta penyelenggaraan FBP dapat difokuskan pada satu kawasan budaya tertentu di mana turunan-turunan cerita Panji ini berasal.
Penulis: Direktur Indonesia Space Science Society - Venzha Christ