Kapan Perayaan Diwali? Begini Sejarahnya dan Penerapannya di Indonesia

Diwali, Festival Cahaya umat Hindu, dirayakan dengan cahaya dan kembang api, simbol kemenangan kebaikan atas kejahatan.

oleh Shani Ramadhan Rasyid diperbarui 30 Okt 2024, 13:06 WIB
Sebuah keluarga India menyalakan petasan untuk merayakan Diwali, festival lampu Hindu, di Prayagraj, di negara bagian utara Uttar Pradesh, India, Senin (24/10/2022). Orang India di seluruh negeri merayakan Diwali, festival Hindu yang melambangkan kemenangan terang atas kegelapan. (AP Photo/Rajesh Kumar Singh)

Liputan6.com, Jakarta Diwali atau Dipawali, sering disebut sebagai Festival Cahaya, merupakan salah satu perayaan keagamaan terbesar bagi umat Hindu. Perayaan yang berlangsung setiap tahun pada bulan Oktober atau November ini dirayakan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Filosofi utama dari Diwali adalah merayakan kemenangan kebaikan (dharma) atas kejahatan (adharma), simbol yang diwujudkan dalam bentuk cahaya yang menerangi kegelapan.

Lantas apa saja fakta menarik terkait perayaan ini? Berikut selengkapnya. 


Sejarah Panjang Diwali: Festival Cahaya Penuh Makna

Umat Hindu di seluruh dunia merayakan festival cahaya Diwali sudah sejak 2.500 tahun yang lalu. Selain umat Hindu, perayaan Diwali juga dimaknai dan dirayakan oleh umat Jain, Sikh, bahkan Buddha di beberapa tempat, menandakan aspek universal dari harapan dan kebahagiaan yang ingin dibawa perayaan ini. Menurut Vasudha Narayanan, seorang profesor agama di Universitas Florida, "Festival ini bukan sekadar hari libur keagamaan, tapi juga simbol perayaan nasional di India, meski tidak seluruh masyarakat merayakannya."

Festival cahaya ini, selain diramaikan dengan kembang api dan lampu-lampu hias, juga menjadi ajang bagi keluarga dan teman untuk saling berkumpul, berbagi cerita, makanan, serta mempererat ikatan persaudaraan, baik di India maupun di negara-negara dengan komunitas Hindu besar seperti Indonesia.

 


Filosofi Diwali: Cahaya untuk Kebaikan dan Harapan Baru

Perayaan Diwali memiliki makna filosofis mendalam, dengan lampu-lampu dan cahaya sebagai simbol utama kemenangan kebaikan atas kejahatan. Dalam Bahasa Sanskerta, “Diwali” berasal dari kata “Dipavali” yang berarti "barisan cahaya." Bagi umat Hindu, lampu diyakini sebagai jalan yang menerangi dalam mengatasi kegelapan, baik secara spiritual maupun harfiah.

Pankaj Jain, seorang profesor di University of North Texas, menambahkan bahwa Diwali juga terkait dengan berbagai cerita dalam teks-teks agama. “Festival ini mengingatkan kita pada kisah-kisah heroik yang menggambarkan kekuatan moral, seperti kisah kemenangan Rama atas Rahwana dalam Ramayana, serta kisah Dewa Krishna membebaskan wanita dari penguasa yang jahat,” ujarnya. Dengan menyalakan lampu di sekitar rumah, umat Hindu merayakan kemenangan tersebut dan mengucap syukur atas berkah yang diterima.


Rangkaian Hari dalam Perayaan Diwali

Diwali bukan hanya satu hari perayaan, melainkan rangkaian acara yang berlangsung hingga lima hari, di mana setiap hari memiliki makna tersendiri:

Hari pertama perayaan ini ditujukan untuk menghormati sapi, hewan yang dianggap suci dalam agama Hindu. Umat Hindu mengenang Raja Pithu yang dikisahkan berhasil menanggulangi bencana kelaparan dengan mempersembahkan sapi sebagai wujud kasih terhadap alam semesta.

Di hari kedua, perayaan ditujukan kepada Dewa Dhanvantari, dewa kesehatan dan kemakmuran. Hari ini dianggap sebagai waktu terbaik untuk membeli barang-barang berharga seperti emas dan perak yang diyakini membawa keberuntungan di masa depan.

Sementara hari ketiga diperingati untuk mengenang kemenangan Dewa Krishna atas raksasa Narakasura. Tradisi pembuatan rangoli atau hiasan dari tepung beras turut memeriahkan perayaan ini sebagai simbol kemakmuran.

Lalu hari keempat dianggap sebagai puncak dari rangkaian perayaan Diwali. Umat Hindu memuja Dewi Lakshmi, simbol kekayaan dan kemakmuran, serta Dewa Ganesha sebagai dewa pembawa keberuntungan.

Hari kelima dan keenam ini menghormati Dewa Krishna yang melindungi rakyat dari bencana serta memperingati kunjungan Dewa Yama kepada saudara perempuannya, Dewi Yami, sebagai simbol hubungan persaudaraan.


Diwali di Berbagai Daerah: Keunikan Tradisi di Setiap Wilayah

Di berbagai wilayah India, Diwali memiliki makna dan cara perayaan yang berbeda. Di India Utara, perayaan ini menandai awal tahun keuangan baru. Sementara di Gujarat, Diwali bersamaan dengan Tahun Baru Hindu, diiringi doa untuk kemakmuran bersama Dewi Lakshmi. Di India Selatan, kisah Krishna yang membebaskan ribuan wanita dari penguasa jahat menjadi inti dari perayaan, dengan fokus pada kebebasan dan penghargaan terhadap nilai kehidupan.

Di luar India, komunitas Hindu di berbagai negara juga merayakan Diwali dengan tradisi lokal. Di Indonesia, perayaan ini dikenal luas di Sumatera Utara dan Bali, dengan kuil-kuil besar seperti Kuil Dewi Shri Mariamman di Medan dan Pura Ida Betari Durga di Bali turut meramaikan festival ini dengan upacara sembahyang dan berbagai kegiatan komunitas.


Makna dan Perenungan di Balik Festival Diwali

Bagi umat Jain, Diwali menandai tahun baru, dengan refleksi terhadap kehidupan yang lebih baik. Sementara bagi Sikh, Diwali mengenang kembalinya Guru Hargobind Ji, yang dibebaskan dari tahanan. Bagi umat Hindu, perayaan ini adalah bentuk rasa syukur, dengan menyalakan lampu sebagai simbol keberanian dalam menghadapi kegelapan. Filosofi Diwali sangat menekankan pada nilai-nilai moral, kekeluargaan, dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya