Prospek Ekonomi Cerah, BRI Beberkan Peluang Bisnis di Era Pemerintahan Prabowo

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI optimis kinerja bank cerah seiring prospek pertumbuhan ekonomi di bawah pemerintah baru

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 30 Okt 2024, 14:14 WIB
Direktur Utama BRI, Sunarso, dalam event Green Initiative Conference 2024. (c) Istimewa

Liputan6.com, Jakarta Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI optimis kinerja bank cerah seiring prospek pertumbuhan ekonomi di bawah pemerintah baru. Direktur Utama BRI, Sunarso mengatakan, BRI memiliki tujuan yang selaras dengan rencana kerja Presiden Prabowo. Antara lain termasuk pertumbuhan ekonomi 8%, hilirisasi tambang mineral, hilirisasi produk pertanian, hingga swasembada pangan.

Sunarso melihat hal itu dari dua perspektif, dari sisi tujuan nasional dan kerangka bisnis. Dari sisi tujuan nasional, program pemerintah tersebut dinilai sejalan dengan analisa BRI.

BRI menemukan, Indonesia harus mencatatkan pertumbuhan ekonomi minimal 6% untuk bisa keluar dari posisi negara menengah. Sementra pemerintah memiliki target pertumbuhn lebih optimis yakni di 8%.

"Jika Indonesia ingin keluar dari middle income trap maka GDP kita harus tumbuh minimal 6% menurut hitungan BRI. Tapi pemerintah cita-citanya ingin tumbuh minimal 8%, itu lebih baik daripada apa yang dianalisis oleh BRI," kata Sunarso dalam paparan kinerja BRI, Rabu (30/10/2024).

Faktor Penentu

Untuk tumbuh di atas 6%, lanjut Sunarso, faktor yang dominan menjadi penentu adalah human capital. Sehingga perlu investasi untuk meningkatkan kualitas human capital itu. Telisik lebih jauh, untuk mencapai itu, maka penunjangnya adalah kecukupan pangan.

"Jadi klop dengan apa yang dicita-citakan pemerintah, maka fokuslah kepada swasembada pangan. Kemudian manusianya ada kecukupan pangan, kecukupan nutrisi. Sehat. Karena sehat, maka bisa dikasih pendidikan yang berkualitas," kata Sunarso.

Saat sumber daya manusia (SDM) cukup siap menerima pendidikan berkualitas, maka dilanjutkan dengan program-program seperti penguasaan sains dan teknologi.

 


Hilirisasi

Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara dari sisi bisnis, Sunarso menjelaskan hilirisasi merupakan bagian dari penciptaan nilai tambah produk-produk tambang maupun produk-produk agrikultur dalam negeri.

Menurut dia, setiap proses penciptaan nilai tambah maka yang terdampak adalah kemampuan meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

Artinya, akan ada distribusi pendapatan lebih baik dan meningkatkan value produk-produk yang selama ini dijual dalam bentuk bahan mentah, menjadi naik saat sudah diolah. Hal itu akan mendorong penyerapan tenaga kerja, produktivitas dan itu akan memacu pertumbuhan.

Dalam kerangka bisnis, proses penghiliran baik produk tambang maupun produk agrikultur, itu akan meningkatkan aktivitas ekonomi dan pemerataan pendapatan, meningkatkan perberatatan. Hal itu adalah peluang bisnis bagi perbankan.

"Bank pasti akan menikmati bisnis dari peningkatan distribusi pendapatan, peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diperoleh dari aktivitas menghilirkan produk-produk tambang maupun produk-produk agrikultur itu. Jadi itu merupakan peluang bisnis yang luar biasa," kata Sunarso.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya