Bappebti Minta DJP Evaluasi Pajak Kripto, Ini Alasannya

Kepala Biro Pengembangan Pasar Bappebti, Tirta Karma Senjaya menuturkan, kripto akan jadi bagian dari sektor keuangan.

oleh Elyza Binta Chabibillah diperbarui 31 Okt 2024, 06:00 WIB
Ilustrasi Kripto di Indonesia (Foto by AI) (liputan6.com/Elyza Binta Chabibillah)

Liputan6.com, Jakarta - Total volume transaksi kripto di Indonesia pada September mencapai Rp 33,7 triliun atau USD 2,1 miliar. Sebagian besar pengguna kripto di Indonesia berusia 30 tahun ke bawah, menurut data yang dirilis oleh regulator komoditas negara tersebut pada September.

Data dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) dan platform kripto lokal di Indonesia menunjukkan bahwa lebih dari 60% investor kripto di negara ini berusia 18 hingga 30 tahun. Laporan tersebut mengatakan 26,9% berusia 18 hingga 24 tahun, sementara 35,1% berusia 25 hingga 30 tahun.

Bappebti juga melaporkan total volume transaksi aset kripto pada September mencapai Rp 33,7 triliun, sekitar USD 2,1 miliar atau sekitar Rp 33,1 triliun, dan jumlah pengguna kripto di Indonesia adalah 21,3 juta.

Badan tersebut juga mencatat orang Indonesia terutama memperdagangkan USDT Tether pada USD 0,9992, Ether (ETH) pada USD 2.667,68, Bitcoin (BTC) pada USD 72.400, Pepe (PEPE) pada USD 0,00000956, dan Solana (SOL) pada USD 179,25.

Peraturan Kripto di Indonesia

Di Indonesia, aset kripto secara resmi diakui sebagai komoditas, yang berarti Bappebti telah menetapkan kerangka kerja untuk perdagangan kripto. Namun, pengguna kripto di Indonesia menghadapi tantangan dari sistem pajak ganda negara tersebut untuk transaksi kripto.

Dikutip melalui cointelegraph, Kamis (31/10/2024) Orang Indonesia terus menggunakan aset digital meskipun ada pajak ganda. Pada 2022, Indonesia menerapkan pajak pertambahan nilai sebesar 0,11% dan pajak keuntungan modal sebesar 0,1% pada transaksi kripto.

Bappebti telah mendesak pemerintah untuk menilai kembali aturan perpajakannya untuk kripto. Pada 2 Maret, staf eksekutif di Bappebti meminta penilaian ulang terhadap rezim pajak.

 

 

 


Kripto Menarik Minat Generasi Muda

Kepala Biro Pengembangan Pasar Bappebti, Tirta Karma Senjaya mengatakan, kripto bisa segera menjadi bagian tak terpisahkan dari perekonomian negara.

"Karena nanti mata uang kripto akan menjadi bagian dari sektor keuangan, kami harapkan ada komitmen dari Ditjen Pajak untuk mengevaluasi pajak ini,” kata Senjaya.

Demografi pengguna kripto di Indonesia mencerminkan tren yang lebih luas di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, survei yang dilakukan oleh Policygenius menunjukkan 20% orang dewasa Gen Z (usia 18–26) dan 22% generasi milenial (usia 27–42) lebih cenderung berinvestasi pada aset kripto daripada generasi yang lebih tua.

Pada 2023, studi Bitget yang melibatkan 255.000 responden di 26 negara menunjukkan bahwa 46% generasi milenial di seluruh ekonomi utama memiliki mata uang kripto.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 


Minat Investor Ritel di Kripto Melesat pada Oktober 2024

Ilustrasi kripto (Foto: Kanchanara/Unsplash)

Sebelumnya, Analis dari CryptoQuant, Julio Moreno menunjukkan aktivitas investor ritel di Bitcoin telah mengalami peningkatan yang signifikan pada Oktober. Perusahaan tersebut melaporkan peningkatan permintaan ritel sebesar 13 persen selama bulan lalu, menandakan kebangkitan setelah jeda aktivitas dari Juni hingga akhir September.

Minat yang baru ini mendekati level yang diamati sebelum Bitcoin mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada Maret 2024.

Moreno mencatat meskipun investor ritel menjadi lebih aktif, investasi institusional juga telah meningkat secara stabil sepanjang tahun. Moreno menyoroti kontras dengan kuartal satu  2024, yang sebagian besar didorong oleh investor yang lebih besar.

Moreno menambahkan dinamika saat ini mencerminkan siklus pasar Bitcoin sebelumnya, khususnya merujuk pada 2017 ketika akumulasi ritel melonjak setelah Bitcoin melampaui titik tertinggi sepanjang masa sebelumnya.

Untuk menilai permintaan ritel, CryptoQuant menganalisis beberapa indikator, termasuk jumlah total Bitcoin yang disimpan dalam dompet yang berisi kurang dari satu Bitcoin. 

"Jumlah ini telah tumbuh dari 1,734 juta BTC pada pertengahan Maret menjadi 1,752 juta BTC saat ini. Selain itu, volume transaksi on-chain di bawah USD 10.000 menawarkan wawasan tentang sentimen investor yang lebih kecil,” kata Moreno dalam laporannya, dikutip dari Coinmarketcap, Kamis (24/10/2024).

Bersamaan dengan aktivitas ritel ini, minat institusional juga tercermin dalam meningkatnya arus masuk ke dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) Bitcoin spot. Hingga pertengahan Oktober, arus masuk bersih kumulatif melampaui USD 21 miliar atau setara Rp 328,6 triliun (asumsi kurs Rp 15.670 per dolar AS).

Di sisi lain, volatilitas harga Bitcoin yang melekat menunjukkan fluktuasi dapat terus berlanjut, meskipun ada tren terkini dalam permintaan ritel dan institusional.


Aktivitas Investor di Pasar Kripto Meningkat, Solana Paling Besar

Solana Kripto.

Sebelumnya, pasar mata uang kripto mengalami lonjakan aktivitas investor selama beberapa minggu terakhir, dengan Bitcoin menguji batas USD 68.000 atau setara Rp 1,05 miliar (asumsi kurs Rp 15.525 per dolar AS).

Dilansir dari Coinmarketcap, Sabtu (19/10/2024), kripto Altcoin seperti Ethereum dan Solana juga meningkat, menandai minat baru di kalangan investor. Indeks ketakutan dan keserakahan telah bergeser ke arah keserakahan untuk pertama kalinya dalam dua setengah bulan.

Sebuah laporan dari A16zcrypto menyoroti peningkatan yang luar biasa dalam alamat aktif dalam ranah mata uang kripto. Bulan lalu, jumlah alamat aktif melonjak menjadi sekitar 220 juta, angka yang meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan awal tahun ini.

Lonjakan tersebut terutama berasal dari Solana, yang sendiri menyumbang sekitar 100 juta alamat aktif. Mata uang kripto lainnya seperti NEAR, Base, dan TRON juga menunjukkan aktivitas yang signifikan.

Namun, kenaikan harga yang diharapkan untuk Solana belum terwujud, karena banyak pengguna memiliki saldo SOL minimal meskipun jumlah alamatnya tinggi.

Saat pasar mata uang kripto sedang naik daun, analis mengantisipasi pergerakan lebih lanjut, terutama menjelang pemilihan umum. Dengan harga Bitcoin yang terus meningkat, prospek pasar yang menguat tampak menjanjikan, didorong oleh tren historis dan perkembangan teknologi.

Lingkungan yang dinamis ini menawarkan peluang baru, di samping risiko yang melekat, bagi investor yang menjelajahi lanskap kripto.

 

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya