Liputan6.com, Jakarta - JPMorgan Chase gugat nasabah yang diduga mencuri ribuan dolar dari ATM dengan manfaatkan gangguan teknis yang memungkinkan mereka menarik dana sebelum cek ditolak.
JPMorgan mengajukan gugatan hukum di setidaknya tiga pengadilan federal, dengan menyasar beberapa orang yang menarik jumlah tertinggi dalam apa yang disebut gangguan uang tak terbatas yang menjadi viral di TikTok dan platform media sosial lainnya pada akhir Agustus.
Advertisement
Dilansir dari CNBC pada Kamis (31/10/2024), sebuah kasus di kota Houston melibatkan seorang pria yang berutang kepada JPMorgan sebesar USD 290.939,47 setelah seorang kaki tangan yang tidak dikenal menyetorkan cek palsu senilai USD 335.000 di sebuah ATM.
“Pada tanggal 29 Agustus 2024, seorang pria bertopeng menyetorkan cek ke rekening bank Chase milik Terdakwa sejumlah USD 335.000,” kata bank tersebut dalam pengajuan di Texas. “Setelah cek disetorkan, Terdakwa mulai menarik sebagian besar dana yang diperoleh secara tidak sah tersebut.”
JPMorgan merupakan bank terbesar di AS berdasarkan aset, pihak bank kini sedang menyelidiki ribuan kasus yang mungkin terkait dengan "kesalahan uang tak terbatas," meskipun belum mengungkapkan cakupan kerugian terkait.
Meskipun penggunaan cek kertas kian menurun karena bentuk pembayaran digital semakin populer, cek masih menjadi jalan utama penipuan yang mengakibatkan kerugian USD 26,6 miliar secara global tahun lalu, berdasarkan Laporan Kejahatan Keuangan Global Nasdaq.
Episode kesalahan uang tak terbatas menyoroti risiko bahwa media sosial dapat memperbesar kerentanan yang ditemukan di lembaga keuangan. Video mulai beredar pada akhir Agustus yang menunjukkan orang-orang merayakan penarikan sejumlah uang tunai dari ATM Chase tak lama setelah cek yang tidak sah disetorkan.
Negara Bagian Lainnya
Biasanya, bank hanya menyediakan sebagian kecil dari nilai cek hingga cek tersebut dicairkan, yang memakan waktu beberapa hari. JPMorgan mengatakan telah menutup celah tersebut beberapa hari setelah ditemukan.
Gugatan hukum lainnya yang diajukan pada hari Senin diajukan di pengadilan termasuk Miami dan Distrik Pusat California, dan melibatkan kasus-kasus di mana JPMorgan mengatakan nasabah berutang kepada bank sejumlah uang mulai dari sekitar USD 80.000 hingga USD 141.000.
Sebagian besar kasus yang diperiksa oleh bank adalah untuk jumlah yang jauh lebih kecil, menurut orang-orang yang mengetahui situasi tersebut yang menolak disebutkan namanya saat berbicara tentang penyelidikan internal.
Dalam setiap kasus, JPMorgan mengatakan bahwa tim keamanannya telah menghubungi terduga penipu, namun mereka belum mendapatkan pembayaran kembali untuk cek palsu tersebut, yang melanggar perjanjian setoran yang ditandatangani nasabah saat membuat akun di bank.
JPMorgan menuntut pengembalian dana yang dicuri dengan bunga dan biaya cerukan, serta biaya pengacara dan, dalam beberapa kasus, ganti rugi punitif, menurut pengaduan tersebut.
Advertisement
Prioritas Kasus Besar
Gugatan hukum tersebut kemungkinan hanya merupakan awal dari gelombang litigasi yang dimaksudkan untuk memaksa nasabah membayar utang mereka dan memberi sinyal secara luas bahwa bank tidak akan menoleransi penipuan, menurut orang-orang yang mengetahui hal tersebut.
JPMorgan memprioritaskan kasus-kasus dengan jumlah dolar yang besar dan indikasi kemungkinan hubungan dengan kelompok kriminal, kata mereka.
“Penipuan adalah kejahatan yang berdampak pada semua orang dan merusak kepercayaan pada sistem perbankan,” Ungkap juru bicara JPMorgan Drew Pusateri dalam sebuah pernyataan kepada CNBC.
“Kami sedang menangani kasus-kasus ini dan secara aktif bekerja sama dengan penegak hukum untuk memastikan jika seseorang melakukan penipuan terhadap Chase dan nasabahnya, mereka akan dimintai pertanggungjawaban.” Tambahnya.