Rupiah Perkasa dari Dolar AS Jelang Akhir Oktober, Diramal Tembus Segini

Rupiah diperkirakan fluktuatif namun ditutup menguat di rentang 15.650 - 15.720 pada Kamis besok (31/10).

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 30 Okt 2024, 17:14 WIB
Karyawan menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Rupiah mengalami penguatan menjelang akhir bulan pada Rabu, 30 Oktober 2024.

Rupiah ditutup menguat 66 point terhadap Dolar Amerika Serikat pada perdagangan Rabu sore (30/10), setelah sebelumnya sempat menguat 70 point di level 15.704 dari penutupan sebelumnya di level 15.771.

"Sedangkan untuk perdagangan Kamis besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang 15.650 - 15.720," kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Rabu (30/10/2024).

Saat ini, pasar tengah gelisah menjelang pemilihan presiden AS pada bulan November mendatang, dengan persaingan ketat antara Donald Trump dan Kamala Harris.

"Jajak pendapat dan prediksi pasar terkini menunjukkan Trump memperoleh sedikit keunggulan, meskipun analis masih melihat persaingan terlalu ketat untuk diprediksi. Trump dan Harris telah mengusulkan rencana yang sangat berbeda untuk ekonomi AS, yang memicu ketidakpastian lebih lanjut atas kebijakan di tahun-tahun mendatang," ungkap Ibrahim.

Di Asia, ketidakpastian politik di Jepang juga kembali meningkat, setelah Partai Demokrat Liberal di negara itu kehilangan mayoritas parlementernya dalam pemilihan baru-baru ini, yang menghadirkan prospek politik lokal yang tidak pasti.

"Namun skenario ini memicu taruhan pada lebih banyak pengeluaran fiskal oleh pemerintah Jepang, sementara meningkatnya ketidakpastian juga diharapkan akan mencegah BOJ menaikkan suku bunga lebih lanjut," beber Ibrahim.

Di luar pemilihan umum, ketegangan di Timur Tengah juga masih terjadi, mengingat Iran mengatakan akan membalas serangan Israel baru-baru ini. 

Pasar juga waspada sebelum serangkaian isyarat tentang ekonomi AS dan suku bunga dalam beberapa hari mendatang. Data produk domestik bruto kuartal ketiga akan dirilis pada hari Kamis, sementara data indeks harga PCE, pengukur inflasi pilihan Federal Reserve dan data penggajian nonpertanian akan dirilis pada hari Jumat.

Data tersebut muncul beberapa hari sebelum pertemuan The Fed, di mana bank sentral secara luas diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, jelas Ibrahim. 

 

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan pribadi seorang pengamat. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor transaksi terkait. 

Sesuai dengan UU PBK No.32 Tahun 1997 yang diperbaharui dengan UU No.10 Tahun 2011 bahwa transaksi di Valas beresiko tinggi dan keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


Rupiah Lesu Jelang Pilpres AS, Bagaimana Prediksi Rabu 30 Oktober 2024?

Teller menghitung mata uang Rupiah di Jakarta, Kamis (16/7/2020). Bank Indonesia mencatat nilai tukar Rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Diwartakan sebelumnya, Rupiah ditutup melemah 46,5 poin terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan Selasa sore (29/10/2024), setelah sempat melemah 55 poin di level Rp15.770,5 terhadap dolar AS dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.727. 

"Sedangkan untuk  perdagangan besok (Rabu, 30 Oktober 2024), mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp 15.760 – Rp 15.870,” ungkap Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Selasa, 29 Oktober 2024.

Pelemahan Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat hari ini di tengah persiapan calon presiden Donald Trump dan Kamala Harris bersaing dalam pemilihan umum Presiden AS (Pemilu AS), dengan pemungutan suara ditetapkan pada 5 November 2024.

"Jajak pendapat dan pasar prediksi terkini menunjukkan Trump memperoleh sedikit dukungan atas Harris, meskipun analis masih memperkirakan persaingan yang lebih ketat,” ungkap Ibrahim. 

Adapun data produk domestik bruto AS pada kuartal ketiga yang akan dirilis pada Kamis. Data indeks harga PCE  pengukur inflasi pilihan Fed dan data penggajian nonpertanian juga akan dirilis pada Jumat, dengan kedua data tersebut dirilis hanya beberapa minggu sebelum pertemuan The Fed.

Selain Pemilihan Presiden AS (Pilpres AS), pasar juga masih mengamati perkembangan ketegangan di Timur Tengah antara Israel dan Iran.

Namun, ketegangan tetap tinggi, karena juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baghaei mengatakan pada hari Senin bahwa Iran akan "menggunakan semua alat yang tersedia" untuk menanggapi serangan Israel pada akhir pekan.

Selain itu, pasar menunggu isyarat ekonomi lebih lanjut dari Tiongkok, setelah langkah-langkah stimulus terbaru dari Beijing gagal menginspirasi kepercayaan pada pemulihan ekonomi,” imbuh Ibrahim. 

"Fokus sekarang adalah pada data indeks manajer pembelian dari Tiongkok, yang akan dirilis pada hari Kamis, untuk isyarat lebih lanjut tentang ekonomi," tambah dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya