Liputan6.com, Jakarta - Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, adalah masalah kesehatan yang kian umum di masyarakat kita. Banyak orang yang percaya bahwa mengonsumsi obat antihipertensi yang diresepkan dokter sudah cukup untuk menjaga tekanan darah mereka tetap normal.
Namun, bagaimana jika setelah rutin mengonsumsi obat, tekanan darah kamu tetap tinggi? Apa yang sebenarnya terjadi?
Advertisement
Apa Hubungan Pola Makan dengan Hipertensi?
Dokter Spesialis Neurologi dari RS Pondok Indah - Bintaro Jaya, dr. Sahat Aritonang, Sp. N, M.Si.Med, FINS menjelaskan bahwa meskipun obat antihipertensi berfungsi untuk menurunkan tekanan darah, pola makan yang sehat juga sangat penting.
Menghindari makanan tinggi garam dan lemak adalah langkah krusial dalam mengelola hipertensi. "Pasien harus sadar bahwa asupan makanan sehari-hari dapat memengaruhi efektivitas obat," ujarnya.
Sangat disarankan untuk memperhatikan makanan saat makan besar maupun camilan. Misalnya, cobalah untuk memilih sayuran segar, buah-buahan, dan sumber protein rendah lemak. Ini adalah langkah awal yang dapat membantu menstabilkan tekanan darah.
Konsultasi Ulang ke Dokter
Jika setelah menerapkan pola makan sehat, tekanan darah kamu masih tinggi, Dr. Sahat merekomendasikan untuk kembali berkonsultasi dengan dokter. Ada kemungkinan dokter perlu memeriksa jenis obat yang kamu konsumsi.
"Bisa jadi dosis obat perlu ditambah, obat diganti, atau bahkan dikombinasikan dengan obat lain," tambahnya. Konsultasi rutin ini sangat penting untuk menyesuaikan pengobatan sesuai dengan kebutuhan individu.
Mengapa Olahraga Bermanfaat Bagi Penderita Hipertensi?
Namun, pola makan yang baik saja tidak cukup. Dr. Sahat juga menekankan pentingnya aktif bergerak dan berolahraga. "Olahraga tidak perlu rumit. Yang penting adalah aktivitas fisik, cukup 30 menit, lima kali dalam seminggu," jelasnya.
Olahraga teratur tidak hanya membantu menurunkan tekanan darah, tapi juga mengurangi risiko stroke, yang merupakan salah satu komplikasi serius dari hipertensi.
Olahraga juga memiliki manfaat bagi kesehatan mental. Dalam situasi stres, tubuh kita cenderung mengalami peningkatan tekanan darah.
Dengan berolahraga, kamu dapat mengurangi kecemasan dan depresi, sehingga membantu menjaga tekanan darah tetap stabil.
Advertisement
Apakah Penderita Hipertensi Disarankan Rutin Melakukan Aktivitas Fisik?
Dr. Elina Widiastuti, perwakilan dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO), juga menambahkan bahwa kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu faktor risiko utama yang dapat meningkatkan peluang terkena stroke.
"Olahraga lebih dari sekadar menjaga kebugaran. Itu adalah strategi efektif untuk mengurangi risiko kesehatan serius," katanya.
Oleh karena itu, penting bagi pasien hipertensi untuk tidak hanya bergantung pada obat, tapi juga melakukan perubahan gaya hidup yang menyeluruh.
Dengan kombinasi pola makan yang sehat, olahraga teratur, dan konsultasi medis yang rutin, Anda dapat mengelola hipertensi dengan lebih baik.
Apakah Penderita Tekanan Darah Tinggi Harus Minum Obat Seumur Hidup?
Menurut dr. Meutia Gebrina SpPD dari RSAB Harapan Kita, hipertensi tidak dapat disembuhkan total, tapi dapat dikendalikan dengan langkah-langkah yang tepat. Penting bagi penderita hipertensi untuk memahami bahwa pengendalian tekanan darah merupakan kunci untuk mencegah komplikasi serius.
Obat antihipertensi menjadi bagian integral dalam pengobatan hipertensi. Meskipun tekanan darah sudah turun, dr. Meutia menegaskan bahwa konsumsi obat tersebut harus dilanjutkan seumur hidup, kecuali jika dokter memutuskan untuk menghentikannya.
Ini karena obat antihipertensi tidak menyebabkan gangguan ginjal; justru, gangguan ginjal biasanya muncul akibat hipertensi yang tidak terkelola dengan baik.
Di samping itu, penting bagi penderita hipertensi untuk menjalani pemeriksaan rutin ke dokter. Kontrol berkala membantu memantau tekanan darah dan mendeteksi kemungkinan komplikasi sejak dini.
Dalam setiap kunjungan, dokter akan mengevaluasi apakah tekanan darah sudah terkendali dan, jika diperlukan, dapat merekomendasikan perubahan jenis atau dosis obat.
Advertisement