Bank Mandiri Salurkan Kredit Rp 1.590 Triliun hingga September 2024

Bank Mandiri mencatat pertumbuhan terbesar masih ditopang kredit segmen korporasi dengan pertumbuhan 29,4 persen hingga September 2024.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 30 Okt 2024, 19:15 WIB
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatat realisasi penyaluran kredit Rp 1.590 triliun hingga kuartal III 2024.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatat realisasi penyaluran kredit Rp 1.590 triliun hingga kuartal III 2024, atau naik 20,8 persen secara tahunan (YoY). Dengan rasio kredit bermasalah (NPL) terjaga 0,97 persen, atau turun 39 basis poin (bps) secara tahunan. 

Pertumbuhan terbesar masih ditopang oleh kredit segmen korporasi yang mencatat pertumbuhan 29,4 persen secara YoY menjadi Rp 581 triliun. Di sisi lain, pertumbuhan kredit oleh segmen mikro produktif dan UMKM pun masing-masing tumbuh 13,04 persen dan 13,7 persen secara tahunan di akhir September 2024. 

Dari sisi Kredit Usaha Rakyat (KUR), hingga September 2024 perseroan telah menyalurkan Rp 32,2 triliun dan menjangkau lebih dari 293 ribu pelaku UMKM. 

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan, ke depan pihaknya akan terus memfokuskan pertumbuhan kredit pada sektor-sektor strategis secara berkelanjutan. Semisal pertanian dan perkebunan, telekomunikasi, energi, industri makanan dan minuman, hingga sektor-sektor padat karya di berbagai wilayah.

"Melalui strategi penyaluran kredit yang mengutamakan sektor ekonomi kerakyatan, kami optimis target pertumbuhan kredit sesuai guidance pada kisaran 16-18 persen YoY dapat tercapai pada akhir tahun 2024," ujar Darmawan, Rabu (30/10/2024). 

Catatan kenaikan juga dimiliki platform Kopra by Mandiri, yang sukses mengelola 943 juta transaksi hingga kuartal III 2024. Itu tumbuh 20 persen secara tahunan (YoY), dengan nilai transaksi menembus Rp 16.000 triliun atau naik 15 persen (YoY).

Direktur IT Bank Mandiri Timothy Utama mengatakan, Kopra by Mandiri mencatat kenaikan tersebut lantaran mampu melayani berbagai kebutuhan transaksi di manapun dan kapanpun untuk berbagai segmen pebisnis. Mulai dari korporasi hingga UMKM, dengan jumlah pengguna lebih dari 200 ribu per September 2024.

"Sebagai bank yang memiliki core competence di wholesale bank dengan all-rounder unique ecosystem, Bank Mandiri juga memiliki fokus dalam pemenuhan kebutuhan perbankan bagi pelaku bisnis, khususnya segmen korporasi," ujar Timothy, Rabu, 30 Oktober 2024.

 

 

 


Platform Digital

Fitur terbaru dalam Beyond Super App Livin' by Mandiri, yakni Livin'poin. (Foto: Istimewa)

Untuk platform digital lainnya, Bank Mandiri melalui Livin' by Mandiri juga berhasil mencatatkan pertumbuhan pengguna hingga 32 persen secara YoY di akhir September 2024, mencapai 27,6 juta. 

Sementara frekuensi transaksi di Livin’ by Mandiri mencapai 2,8 miliar transaksi, atau tumbuh 35 persen YoY, serta nilai transaksi menembus Rp 2.940 triliun yang tumbuh 25 persen YoY. 

"Kinerja yang solid ini merupakan hasil dari inovasi berkelanjutan yang terus diluncurkan sepanjang tahun 2024. Kami optimis perluasan ekosistem digital Bank Mandiri akan terus meningkat lewat serangkaian inovasi yang telah dilakukan," pungkasnya.

 


Bos Bank Mandiri Serok Saham BMRI, Rogoh Kocek Segini

IHSG ditutup pada level 7.220,88. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mengumumkan perubahan kepemilikan saham perseroan oleh direksi. Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi dilaporkan telah melakukan pembelian 150.000 lembar saham BMRI pada 25 September 2024. Harga transaksi yakni Rp 7.100 per saham atau total senilai Rp 1,06 miliar.

"Tujuan transaksi adalah untuk investasi dengan status kepemilikan langsung," ungkap Corporate Secretary Bank Mandiri, Teuku Ali Usman dalam keterbukaan informasi Bursa, Rabu (2/10/2024).

Setelah transaksi, kepemilikan saham oleh Darmawan Junaidi bertambah menjadi 11.134.200 lembar atau setara 0,01193 persen. Sebelumnya, Darmawan tercatat memiliki 10.984.200 lembar saham BMRI atau setara 0,01177 persen.

Mengawali kuartal IV, BMRI berhasil kembali ke zona hijau dengan kenaikan 1,81 persen ke posisi 7.050. Frekuensi perdagangan saham BMRI hari ini tercatat sebanyak 10.257 kali. Merujuk data RTI, volume saham yang ditransaksikan yakni 82,69 juta lembar senilai Rp 581,69 miliar. Dalam sepekan, BMRI turun 5,05 persen, namun masih naik 16,53 persen YTD.

Sebelumnya, Darmawan memberikan kisi-kisi pembagian dividen tahun buku 2024. Mengenai besaran atau dividen payout ratio (DPR), Dermawan mengatakan kemungkinan masih sama dengan tahun buku sebelumnya. Sebagai gambaran, pada tahun buku 2023 Bank Mandiri membagikan dividen tunai untuk tahun buku 2023 sebesar Rp 33,03 triliun. Pembagian dividen itu setara 60 persen dari laba bersih 2023. "Gak ada perubahan. Kinerja Mandiri bagus, jadi paling tidak sama dengan tahun lalu untuk rasionya. Secara capital memang kita cukup, sehingga DPR kita proyeksikan tidak akan turun," kata Dermawan kepada wartawan, Senin (30/9/2024).

Secara historis, selama lima tahun terakhir Bank Mandiri telah membagikan dividen dengan DPR sebesar 60 persen. Ke depan, Bank Mandiri akan terus mempertahankan konsistensi perusahaan agar terus dapat meningkatkan value kepada seluruh pemegang saham.


Berburu Saham Perbankan di Tengah Penurunan Suku Bunga

Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saham perbankan menarik dicermati di tengah siklus penurunan suku bunga. Secara garis besar, pemangkasan suku bunga terutama BI rate adakan berdampak pada turunnya Cost of Fund bank sehingga berdampak positif terhadap profitabilitas bank.

Selain itu, penurunan suku bunga akan membuka ruang bagi bank menurunkan suku bunga kredit dan mengakselerasi pertumbuhan kredit.

Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia (BI) secara bersamaan menurunkan suku bunga acuan. The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75-5,0%. Pemangkasan ini lebih besar dari ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan penurunan 25 bps.

Sementara, BI mengambil keputusan serupa dengan menurunkan suku bunga acuan BI Rate dari 6,25% menjadi 6%. Selain itu, suku bunga Deposit Facility dipangkas menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,75%.

Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer mencermati saham-saham buku IV menarik dicermati seperti saham Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI).

"BBRI memiliki fundamental kuat dan masih di valuasi di harga yang cukup fair," kata Khaer kepada Liputan6.com, Rabu (2/10/2024).

Selain itu saham second liner di sektor perbankan seperti Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) dinilai memiliki potensi turn arround performa dengan sentimen suku bunga.

"BTPS juga masih diperdagangkan dengan valuasi yang masih cenderung undervalue," imbuh Khaer.

 

 


Rekomendasi Saham

Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Khar merekomendasikan trading buy pada saham BBRI dengan Tp 5.325. Sementara untuk BTPS, trading buy dengan Tp 1.330.

Perlu diketahui, asing beberapa waktu lalu melakukan aksi jual pada saham BBRI. Pengamat pasar modal Teguh Hidayat meyakini aksi jual asing ini hanya sementara. Ke depannya, Teguh memperkirakan investor asing akan kembali ke pasar RI, terutama jika suku bunga baik oleh The Fed maupun Bank Indonesia (BI) kembali turun.

Meski begitu, ada hikmah di balik aksi jual oleh asing, yakni valuasi saham BBRI menjadi atraktif lagi, sementara kinerjanya dinilai masih baik dan prospek cerah seiring penurunan suku bunga. Sehingga, meski asing ramai-ramai keluar dari RI, Teguh mengatakan mereka akan segera menyadari bahwa tidak semua saham big caps di BEI bermasalah.

Pada situasi ini, Teguh menegaskan harga beli maksimal yang disarankan untuk BBRI saat ini adalah PER 11–12 kali, setara Rp 4.700 - 5.100 per saham. "Jadi kalau kemarin-kemarin anda mau masuk tapi ketinggalan kereta, maka sekarang boleh siap-siap," ujar Teguh.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Infografis Jurus Pemerintahan Prabowo - Gibran Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya