Harga Emas Tembus Rekor Termahal Sepanjang Sejarah

Dilansir dari CNBC, KAmis (31/10/2024), harga emas spot naik 0,5% menjadi USD 2.788,89 per ons

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 31 Okt 2024, 07:00 WIB
Ilustrasi harga emas dunia (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta Harga emas mencapai rekor tertinggi pada hari Rabu karena ketidakpastian terkait pemilu presiden AS mendorong permintaan aset safe-haven. Sentimen harga emas lainnya, para pelaku pasar juga menantikan data ekonomi sebagai panduan mengenai kebijakan Federal Reserve selanjutnya.

Dilansir dari CNBC, KAmis (31/10/2024), harga emas spot naik 0,5% menjadi USD 2.788,89 per ons setelah sebelumnya menyentuh rekor tertinggi USD 2.789,73 pada sesi perdagangan. Sementara itu, harga emas berjangka AS naik 0,7% menjadi USD 2.799,90.

“Kita memiliki pemilu yang akan datang, situasi politik di sini sangat tidak pasti, Fed sedang menurunkan suku bunga, serta adanya potensi ketegangan Rusia dan Ukraina,” kata Daniel Pavilonis, analis senior pasar di RJO Futures.

“Ada begitu banyak faktor yang dapat mendorong harga emas lebih tinggi, dan berita-berita negatif saat ini adalah apa yang sedang dicari oleh emas. Langkah selanjutnya kemungkinan mencapai $2.850,” tambah Pavilonis.

Puncak Pemilu AS

Musim pemilu presiden AS mencapai puncaknya pada 5 November, dengan persaingan ketat antara mantan Presiden dari Partai Republik Donald Trump dan Wakil Presiden dari Partai Demokrat Kamala Harris.

Emas, yang secara tradisional menjadi aset lindung nilai saat terjadi ketidakstabilan geopolitik, telah melonjak 35% tahun ini dan berada di jalur untuk kinerja tahunan terbaiknya sejak 1979. Suku bunga rendah juga turut mendukung reli harga emas.

Menurut Dominik Sperzel, kepala perdagangan di Heraeus Metals Germany, harga emas bisa mencapai USD 3.000 pada tahun 2025, didorong oleh kekhawatiran di pasar negara berkembang, arus masuk ETF emas, dan penyesuaian pasar pasca pemilu.

Sementara itu, data menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja sektor swasta di AS melonjak 233.000 pekerjaan pada bulan Oktober, melebihi perkiraan, meskipun ada kekhawatiran gangguan sementara akibat badai dan pemogokan. Produk domestik bruto (PDB) AS juga tumbuh dengan laju tahunan sebesar 2,8%.

Pembuat kebijakan di Federal Reserve diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar seperempat poin minggu depan. Selain itu, pasar juga fokus pada data pengeluaran konsumsi pribadi dan data tenaga kerja AS yang akan dirilis pada hari Kamis dan Jumat.


Meneropong Harga Emas Dunia Pekan Ini, Berpotensi Melesat?

Ilustrasi harga emas dunia hari ini (Foto By AI)

Harga emas berpotensi naik pada pekan ini. Namun, sentimen bullish menurun di antara pengamat dan pelaku pasar.

Hal itu ditunjukkan dalam survei emas mingguan Kitco News, seperti dikutip dari laman Kitco, Senin (28/10/2024).

Pada pekan ini, sembilan analis berpartisipasi dalam survei emas Kitco, dan konsensus bullish pekan lalu telah menyusut. Lima pakar atau 56 persen prediksi harga emas naik pada pekan ini. Sedangkan dua lainnya atau 22 persen perkirakan harga emas merosot. Dua analis lainnya atau mewakilii 22 persen bersikap netral terhadap prospek emas dalam jangka pendek.

Sementara itu, 213 suara diberikan dalam jajak pendapat daring Kitco dengan mayoritas investor main street yang ramal harga emas bakal menguat. 126 pelaku pasar atau 59 persen prediksi harga emas naik pada pekan ini. Sedangkan 47 persen atau 22 persen prediksi harga logam akan merosot. Sedangkan 40 investor lainnya mewakili 19 persen dari total prediksi harga emas sideways pekan ini.

Direktur Bannockburn Global Forex, Marc Chandler menuturkan, harga emas akan konsolidasi dalam waktu dekat. Ia menuturkan, harga emas berpeluang melemah.

"Bank sentral membeli emas dan spekulasi implikasi inflasi dari kebijakan pemerintahan AS berikutnya adalah narasi utama untuk bullish emas,” ia menambahkan.

Chandler menuturkan, tampaknya berlawanan dengan intuisi, dolar AS, suku bunga serta saham telah reli bersama emas. “Harga emas tembus USD 2.700 akan mulai menekan posisi akhir-akhir ini. Dugaan saya, kita melihat harga USD 2.600 sebelum USD 2.800,” tutur Chandler.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya