AS dan Korsel Minta Korut Tarik Pasukan dari Rusia, Ini Fakta di Baliknya

NATO mendesak penghentian pengiriman pasukan Korea Utara ke Rusia, menyusul laporan bahwa 10.000 tentara Korut terlibat dalam konflik Ukraina. Keterlibatan ini menimbulkan kekhawatiran global mengenai eskalasi ketegangan yang lebih besar.

oleh Shani Ramadhan Rasyid diperbarui 31 Okt 2024, 11:17 WIB
Ilustrasi imperialisme, perang, penjajahan. (Image by freepik)

Liputan6.com, Jakarta Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, mendesak penghentian segera pengiriman pasukan Korea Utara ke Rusia, setelah menerima informasi dari Korea Selatan mengenai meningkatnya keterlibatan Korut dalam konflik Rusia-Ukraina. Dalam pernyataan yang disampaikan pada Senin, Rutte mengungkapkan, "Saya dapat mengonfirmasi bahwa pasukan Korea Utara telah dikirim ke Rusia, dan unit militer mereka telah dikerahkan ke wilayah Kursk."

Pernyataan ini muncul setelah pengarahan oleh perwakilan Badan Intelijen Nasional Korea Selatan, yang menyoroti bahwa tindakan ini merupakan "eskalasi signifikan" dalam keterlibatan Korut dalam agresi ilegal Rusia. Rutte menyebut pengerahan pasukan Korut sebagai pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB, yang mencerminkan risiko meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut.

Rutte menambahkan bahwa situasi ini mencerminkan keputusasaan Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang tengah mencari dukungan asing untuk memperkuat posisinya melawan keberanian Ukraina. Ia berjanji untuk terus mendukung Ukraina dan memperkuat bantuan militer yang diberikan.


Pengiriman Pasukan Korea Utara

Berdasarkan laporan intelijen, sekitar 10.000 tentara Korea Utara telah dikirim untuk membantu Rusia dalam pertempuran melawan Ukraina. Rutte mengungkapkan bahwa informasi ini dikonfirmasi oleh intelijen dari Ukraina, yang menyatakan bahwa personel militer Korut telah dikerahkan ke wilayah-wilayah yang diduduki. Menurut data sebelumnya, Korea Selatan juga mencatat bahwa 1.500 tentara Korut tiba di Rusia antara 8-13 Oktober untuk mendukung "operasi militer khusus" Moskow.

Pengerahan pasukan ini dipandang sebagai langkah yang sangat provokatif dan dapat menyebabkan eskalasi konflik lebih lanjut. Dalam konteks ini, Rutte mengimbau agar Rusia dan Korut segera menghentikan pengiriman pasukan tersebut untuk menghindari ketegangan yang lebih besar di kawasan.


Tanggapan Internasional

Dalam respons terhadap situasi ini, Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Lloyd Austin, menyerukan agar Korea Utara menarik pasukannya dari Rusia. Austin menegaskan, "Saya menyerukan kepada mereka untuk menarik pasukan mereka dari Rusia," dalam pernyataannya di Pentagon. Panggilan ini menunjukkan kekhawatiran bahwa keterlibatan Korut dapat meningkatkan risiko keamanan di seluruh dunia.

Austin juga menekankan bahwa Amerika Serikat akan terus bekerja sama dengan sekutu dan mitra untuk mencegah Rusia menggunakan pasukan Korea Utara dalam pertempuran. Di samping itu, Menteri Pertahanan Korea Selatan, Kim Yong-hyun, memperingatkan bahwa pengerahan pasukan Korut dapat meningkatkan ancaman keamanan di semenanjung Korea, terutama jika Pyongyang meminta transfer teknologi dari Rusia untuk program persenjataan mereka.


Aliansi Strategis antara Rusia dan Korut

Rusia dan Korea Utara telah memperdalam aliansi politik dan militer mereka, terutama sejak konflik di Ukraina dimulai. Pada bulan Juni, kedua negara menandatangani Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif, yang mencakup bantuan militer jika salah satu pihak diserang. Ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara Rusia dan Korut semakin kuat, dan pengerahan pasukan Korut ke Rusia bisa dilihat sebagai bagian dari perjanjian ini.

Sebagai respons, Rutte menekankan bahwa tindakan tersebut perlu dihentikan untuk menjaga perdamaian dan stabilitas regional. Pengerahan ini mencerminkan potensi ancaman yang lebih besar tidak hanya bagi Ukraina tetapi juga bagi negara-negara tetangga lainnya.


Pertemuan Dewan Keamanan PBB

Dewan Keamanan PBB telah merencanakan pertemuan untuk membahas isu ini, di mana Ukraina meminta dukungan dari negara-negara lain untuk menyoroti dugaan pengiriman pasukan Korut. Pertemuan ini dijadwalkan berlangsung pada Rabu, 30 Oktober 2024.

Sementara itu, Rusia juga mengajukan permohonan untuk membahas pengiriman senjata dari negara-negara Barat ke Ukraina, menunjukkan bahwa ketegangan antara pihak-pihak yang terlibat semakin meningkat. Diskusi ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang langkah-langkah yang perlu diambil untuk meredakan konflik yang berkepanjangan.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya