Apa Itu Mata Uang Brics? Berikut Penjelasan Lengkapnya

BRICS baru saja menggelar pertemuan puncak ke-16 di Kazan, Rusia, membahas rencana ambisius untuk menciptakan mata uang cadangan baru yang dapat mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Diskusi melibatkan pengembangan sistem pembayaran berbasis blockchain dan tantangan serta peluang yang dihadapi negara-negara anggota di pasar internasional.

oleh Shani Ramadhan Rasyid diperbarui 31 Okt 2024, 11:31 WIB
Ilustrasi Kripto atau Crypto. Foto: Unsplash/Traxer

Liputan6.com, Jakarta Blok ekonomi BRICS baru saja menggelar pertemuan puncak ke-16 di Kazan, Rusia, dari tanggal 22 hingga 24 Oktober 2024, yang menarik perhatian global dengan rencana pembentukan mata uang cadangan baru. BRICS, yang awalnya terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, kini berkembang dengan keanggotaan tambahan dari Iran, Mesir, Ethiopia, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Langkah ini menandai keinginan negara-negara anggota untuk memperkuat kerja sama ekonomi dan mengurangi ketergantungan pada mata uang asing.

Dalam Deklarasi Kazan yang dihasilkan dari pertemuan tersebut, anggota BRICS menekankan pentingnya menciptakan instrumen pembayaran lintas batas yang lebih cepat dan efisien. Mereka berkomitmen untuk meminimalkan hambatan perdagangan dan memastikan akses yang lebih baik bagi semua negara anggota. "Kami menyambut baik penggunaan mata uang lokal dalam transaksi keuangan antara negara-negara BRICS dan mitra dagang mereka," bunyi deklarasi itu, menegaskan fokus pada inovasi finansial.

Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan kebijakan luar negeri AS yang agresif, rencana untuk membentuk mata uang BRICS diharapkan dapat meningkatkan kemandirian ekonomi negara-negara anggota. Ini merupakan langkah strategis dalam menghadapi tantangan yang dihadapi di pasar internasional.


1. Penciptaan Mata Uang Baru

Pertemuan puncak BRICS ke-16 di Kazan menjadi forum penting bagi diskusi mengenai penciptaan mata uang baru yang dapat berfungsi sebagai cadangan. Pertemuan ini tidak hanya dihadiri oleh pemimpin negara, tetapi juga menjadi ajang bagi para diplomat dan pakar untuk mengeksplorasi peluang dan tantangan yang ada. Keinginan untuk menciptakan sistem pembayaran yang lebih inklusif menjadi sorotan utama dalam diskusi tersebut.

Dalam deklarasi yang dihasilkan, anggota BRICS mengungkapkan komitmen untuk memperkuat jaringan perbankan koresponden dan memanfaatkan mata uang lokal dalam transaksi antarnegara. Ini menunjukkan kesadaran akan perlunya membangun sistem yang lebih terintegrasi dan responsif terhadap kebutuhan ekonomi anggota.


2. Mengurangi Ketergantungan pada Mata Uang Dollar

Mata uang BRICS diharapkan dapat mengurangi dominasi dolar AS dalam perdagangan internasional, yang saat ini mencakup sekitar 90% dari semua transaksi mata uang. Dengan adanya mata uang ini, anggota BRICS berupaya untuk menciptakan alternatif yang dapat mengurangi ketergantungan mereka pada sistem keuangan global yang dikuasai oleh dolar.

Langkah ini juga merupakan bagian dari upaya untuk mendukung kebijakan de-dolarisasi, di mana negara-negara BRICS ingin mengurangi permintaan terhadap dolar AS. Dengan menciptakan mata uang lokal, negara-negara anggota dapat melakukan transaksi dengan lebih mudah dan aman, tanpa harus terpengaruh oleh perubahan kebijakan yang dikeluarkan oleh negara-negara barat.


3. Implikasi Geopolitik dan Ekonomi

Ketegangan internasional dan sanksi yang diterapkan terhadap beberapa anggota BRICS, terutama Rusia, semakin memperkuat keinginan untuk mengembangkan mata uang alternatif. Presiden Rusia Vladimir Putin menekankan bahwa penggunaan dolar sebagai alat politik hanya akan mengikis kepercayaan terhadap mata uang tersebut. "Dolar tetap merupakan alat yang paling penting dalam keuangan global, namun menggunakannya sebagai senjata politik akan merusak kepercayaan terhadap mata uang ini," ujarnya.

Dengan mengembangkan mata uang BRICS, negara-negara anggota berharap dapat menciptakan sistem ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan. Ini mencerminkan pergeseran dalam struktur keuangan global, di mana negara-negara berkembang dapat lebih mandiri dan tidak terpengaruh oleh dominasi kekuatan ekonomi besar.


4. Pengembangan Sistem Pembayaran Berbasis Blockchain

Sistem pembayaran berbasis blockchain sedang dalam tahap pengembangan untuk mendukung penciptaan mata uang BRICS. Platform ini akan menghubungkan sistem keuangan antar negara anggota, memungkinkan penyelesaian transaksi dalam mata uang digital yang dikeluarkan oleh bank sentral masing-masing. Hal ini akan memberikan kemudahan dalam transaksi lintas batas dan mengurangi biaya yang biasanya timbul dalam perdagangan internasional.

Bank Pembangunan Baru (NDB) juga berpotensi berfungsi sebagai clearing center untuk transaksi antar anggota. Menurut Kementerian Keuangan Rusia, jika mata uang BRICS terwujud, NDB dapat menyederhanakan proses pembayaran untuk pengiriman barang, sehingga meningkatkan efisiensi perdagangan di antara negara-negara anggota.


5. Tantangan dan Harapan ke Depan

Meskipun mata uang BRICS sedang dikembangkan, belum ada pengumuman resmi mengenai peluncurannya. Negara-negara anggota saat ini masih bergantung pada mata uang nasional masing-masing untuk transaksi perdagangan. Namun, ada usulan untuk mendukung mata uang BRICS dengan emas, yang dapat memberikan stabilitas dan mengurangi risiko inflasi mata uang fiat.

Pengembangan ini menunjukkan potensi besar bagi BRICS untuk menciptakan sistem ekonomi yang lebih resilient dan mandiri. Jika berhasil, mata uang BRICS dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi ketergantungan pada dolar AS dan membentuk kembali peta perdagangan global.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya