Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana berencana mempromosikan wisata berkelas di Indonesia ke kancah global. Namun, harga tiket pesawat jadi salah satu tantangannya.
Widi mengatakan, telah menyusun target wisatawan mancanegara (wisman) untuk 5 tahun ke depan. Pada 2024 saja, ditarget ada 14 juta wisman yang melancong ke Indonesia.
Advertisement
"Mengenai target kunjungan mungkin bisa dikoreksi ya, yang tahun 2024 itu 14 jutaan ya, untuk Wisman, dan kita ada target 5 tahun berikutnya," ujar Menpar Widi di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (31/10/2024).
Dia menyebut akan mempromosikan wisata berkelas di Indonesia. Promosi itu akan dilakukan ke berbagai negara untuk menarik minat wisatawan dari luar negeri tadi.
"Tentu kita akan promosikan lebih ke high quality tourism, menggalakkan promosi ke luar negeri lebih banyak lagi," ucapnya.
Guna mendukung hal tersebut, Widi mengatakan perlu diimbangi dengan kemudahan akses para wisatawan, termasuk pada harga tiket pesawat yang bisa terjangkau. Upaya penurunan harga tiket ini, kata dia, perlu dilakukan bersama dengan kementerian dan lembaga lainnya.
"Tapi mengenai aksesibilitas, transportasi, harga tiket yang terjangkau, kita harus segera atasi bersama K/L yang lainnya," sebutnya.
"Supaya Wisman, dan Wisnus (wisatawan nusantara/domestik) terutama, bisa travel di Indonesia lebih murah," sambungnya.
Harga Tiket Pesawat Turun Sebelum Nataru
Diberitakan sebelumnya, Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi menargetkan harga tiket pesawat bisa turun sebelum Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru) mendatang. Ini diharapkan jadi hasil kerja dari satgas penurunan harga tiket pesawat.
Dudy tak berbicara banyak mengenai targetnya itu. Dia mengatakan Satgas Supervisi Harga Tiket Angkutan Penerbangan Nasional berada di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang dipimpin Airlangga Hartarto.
Tunggu Hasil Pembahasan Satgas
Dia mengaku masih menunggu hasil pembahasan Satgas yang melibatkan berbagai kementerian tersebut.
"Itu kan dikoordinasikan oleh Kemenko Perekonomian ya, nanti kami menunggu dari Kemenko Perekonomian untuk menyampaikan hasil dari Satgas itu," ujar Dudy, di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Rabu (30/10/2024).
Kendati masih menunggu, dia berharap satgas tersebut bisa berhasil meramu penurunan harga tiket sebelum Nataru mendatang.
"Kami lagi masih menunggu, harapannya, saya harapannya sebelum Nataru ini kita sudah bisa dapat hasil dari Satgas itu," sebut Dudy.
Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi bersama Kementerian Perekonomian resmi membentuk Satgas Supervisi Harga Tiket Angkutan Penerbangan Nasional yang melibatkan lintas kementerian dan lembaga.
Ini termasuk Kementerian Perhubungan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Kementerian Keuangan, dan Kementerian Hukum dan HAM. Satgas tersebut menargetkan bisa menekan harga tiket pesawat domestik yang dikeluhkan mahal oleh para konsumen.
Advertisement
Terungkap! Komponen yang Harga Tiket Pesawat Mahal, Bukan Cuma Soal Avtur
Sebelumnya, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro meminta pemerintah dan pemangku kepentingan menelusuri penyebab tiket pesawat mahal secara komprehensif. Menurutnya, harga tiket pesawat tak semata-mata dipengaruhi oleh harga avtur.
Dia menyodorkan data harga avtur hanya berkisar 20-40 persen dari total komponen penentu harga tiket pesawat. Pada saat yang sama, pasar avtur juga dinilai tidak diatur oleh satu perusahaan saja atau monopoli.
"Mencermati permasalahan, data, dan fakta yang ada tersebut para stakeholder pengambil kebijakan sebaiknya sinergi dan duduk bersama untuk mencari solusi atas permasalahan yang ada," kata Komaidi dalam keterangannya, Senin (7/10/2024).
Dia bilang, penyebab tingginya harga tiket pesawat untuk penerbangan domestik akibat biaya avtur atau justru akibat 15 komponen biaya yang lainnya. Itu mencakup biaya jasa kebandarudaraan, biaya jasa navigasi penerbangan, biaya jasa ground handling penerbangan, dan tarif pajak.
Komponen biaya tersebut dinilai masih diberlakukan sama untuk penerbangan jarak jauh maupun jarak dekat. Selain itu, kata Komaidi, perlu diidentifikasi dengan pasti penyebab lesunya industri pariwisata di dalam negeri.
Tak Saling Menyalahkan
Apakah semata-mata akibat harga tiket pesawat yang tinggi atau justru karena masih terbatasnya infrastruktur di daerah wisata.
"Serta adanya sejumlah pungutan tidak resmi di lokasi wisata yang menyebabkan industri pariwisata di dalam negeri secara relatif menjadi lebih mahal," ucapnya.
Tak Saling Menyalahkan
Dia meminta para pemangku kepentingan tidak saling menyalahkan dalam menghadapi mahalnya harga tiket pesawat ini. Menurut dia, kajian secara komprehensif perlu diambil mencari jalan tengah.
"Semoga para stakeholder pengambil kebijakan lebih bijaksana, tidak saling menyalahkan di publik tetapi lebih mengutamakan duduk bersama untuk menyelesaikan permasalahan yang ada," ujar dia.
"Dalam implementasi kebijakan publik, semua tahapan mulai dari perencanaan kebijakan, implementasi, dan evaluasi kebijakan perlu dilakukan dengan cermat untuk menghindari suatu kondisi di mana sedang sakit perut tetapi yang diberikan obat adalah kepalanya," pungkas Komaidi Notonegoro.
Advertisement