Liputan6.com, Jakarta - Dalam rangka kampanye Gerakan Nasional Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menyelenggarakan Workshop Literasi Digital secara luring di Kabupaten Pulau Taliabu, Maluku Utara pada 27 Oktober 2024 dengan mengangkat topik “Belajar dan Tanggung Jawab di Ruang Digital”.
Workshop ini sebagai bentuk peran aktif Komdigi dalam menghentikan penyalahgunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi, serta internet. Kegiatan yang berlangsung selama 1 hari tersebut dihadiri lebih dari 1.000 peserta yang terdiri dari masyarakat dan komunitas yang ada di wilayah Kabupaten Pulau Taliabu.
Advertisement
Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia pada 2021 disebutkan bahwa Indonesia masih berada dalam kategori 'sedang' dengan angka 3.49 dari 5.00. Dalam merespons hal tersebut, Komdigi menyelenggarakan 'Workshop Literasi Digital' dengan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yaitu kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.
Kegiatan workshop diawali dengan sambutan dari Direktur Jendral Aplikasi Informatika, Hokky Situngkir yang menyampaikan urgensi Gerakan Nasional Literasi Digital di Indonesia. Hokky Situngkir menyampaikan empat pilar digital sebagai kurikulum literasi digital yang mampu menjadi bekal bagi masyarakat Indonesia khususnya warga Kabupaten Tidore Kepulauan.
Dekan FIKOM UNPI, Astri Dwi, menilai medsos adalah tempat kita belajar dan berinteraksi, tempat anak-anak kita tumbuh kembang, sekaligus tempat dimana kita sebagai bangsa, hadir dengan martabat.
"Dan selalu ajak saudara dan rekan-rekan kita agar menggunakan media sosial tanpa meninggalkan budaya kita masing-masing karena budaya yang ada sampai saat ini adalah bagaimana kita memperkenalkan kepada anak dan cucu kita betapa indahnya budaya kita, apalagi diperpadukan dengan kecanggihan media sosial yang dapat cepat di perkenalkan kepada teman-teman kita di luar sana menggunakan kolom chat dan sebagainya agat kita dapat beretika dalam menggunakan dunia digital," kata Astri.
Selalu Waspada
Co-Founder Paberik Soeara Rakjat, Rizky Ardi mengungkapkan tidak yang aman 100 persen di dunia digital, yang bisa kita lakukan adalah mengurangi risikonya sedapat mungkin, keamanan berbanding terbalik dengan kemudahan, sedikit ribet dan waspada akan membuat kita lebih aman di dunia digital, selalu berpikir kritis dan tidak mudah percaya dengan semua yang kita dapat.
"Terdapat beberapa tantangan dalam urusan keamanan digital yaitu kita perlu menyadari betapa pentingnya menjaga keamanan data prbadi di media sosial, hal ini merupakan hal utama yang wajib disadari oleh masing-masing dari kita sebagai pengguna internet termasuk media sosial untuk memastikan keamanan data diri kita sebagai pengguna dari berbagai layanan digital tersebut. Kesadaran kita akan pentingnya upaya menjaga atau melindungi data yang bersifat rahasia sehingga tidak mudah diakses oleh publik yang berdampak pada berbagai tindakan kejahatan dan penyalanggunaan lainnya," kata Rizky.
Praktisi Literasi Digital, Fajria Fatmasari, mengatakan cakap digital adalah selain bisa mengoperasikan gadget, juga menjaga data pribadi dan menerapkan etika digital di ruang digital sangat penting di era teknologi saat ini.
"Dengan memahami jenis-jenis data yang perlu dijaga, serta menerapkan 6 etika digital, kita dapat melindungi diri dari berbagai ancaman kejahatan siber dan menjaga privasi di ruang digital. Hal ini tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga dapat membangun kepercayaan dengan orang lai di ruang digital. Dan alasan mengapa kita harus menjaga data pribadi yaitu karena 3 hal. Pertama, penjahat dapat memeras dengan berpura pura sebagai orang yang kita kenal. Kedua, penjahat dapat menggunakan hak kita bahkan melakukan kejahatan atas nama kita. Ketiga, penjahat dapat meretas seluruh akun kita bahkan menguras tabungan kita," kata Fajria.
Advertisement