Liputan6.com, Jakarta - Fenomena sosial yang sering terjadi adalah banyaknya teman yang menjauh ketika seseorang mengalami kemiskinan atau kesulitan finansial.
Saat seseorang jatuh miskin, atau bangkrut mereka mungkin merasakan kehilangan dukungan dari lingkungan sekitar, dan hal ini dapat menambah beban emosional yang sudah ada.
Teman-teman yang sebelumnya akrab bisa menjadi lebih jarang menghubungi atau bahkan menjauh, mungkin karena ketidaknyamanan atau stigma sosial yang melekat pada kondisi tersebut.
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha mengurai hikmah di balik ujian yang dialami seseorang ketika harta dan statusnya berkurang.
Dalam salah satu ceramahnya yang diunggah di kanal YouTube @NgaossBareng, Gus Baha menceritakan kisah seorang pria yang curhat padanya, merasa ditinggalkan teman-teman sejak mengalami kebangkrutan.
Menurut Gus Baha, pria tersebut dulunya kaya raya dan memiliki banyak teman yang dekat saat ia masih berjaya. Namun, setelah kehilangan kekayaannya dan harus bekerja keras sebagai buruh pembuat batu bata, ia merasakan sepi dari teman-teman yang dulu sering bersamanya.
"Saat kaya dan punya jabatan, temannya banyak. Sekarang miskin, jadi buruh, nggak ada yang main," ungkap pria itu pada Gus Baha.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Nasihat Sederhana Gus Baha untuk Tamu yang Bangkrut
Pria tersebut merasa kecewa karena teman-teman yang dulu dekat kini tak lagi menemaninya. Rasa kecewanya pun diungkapkan dengan perasaan bahwa orang-orang di sekitarnya hanya mencari keuntungan semata.
Ia bahkan menyebut mereka sebagai "munafik" karena saat dirinya jatuh, tidak ada yang datang untuk menghiburnya.
Menanggapi keluhan tersebut, Gus Baha memberikan pandangan yang berbeda. Menurutnya, situasi di mana teman-teman menjauh justru bisa menjadi berkah yang tersembunyi dari Allah SWT.
Dengan gaya khasnya, Gus Baha mengatakan bahwa jika teman-temannya tetap datang ketika ia bekerja keras sebagai buruh, bisa saja malah membuatnya merasa semakin tertekan dan malu.
Gus Baha berpendapat bahwa Allah menciptakan “kultur” ini untuk menjaga harga diri orang tersebut.
"Kalau teman-teman kamu datang terus dan menonton kamu dibentak-bentak majikan, kamu malah malu," ujar Gus Baha dengan nada menenangkan.
Justru dengan jarangnya teman yang datang, orang tersebut terhindar dari rasa malu atau pandangan yang merendahkan dari teman-temannya.
Selain itu, Gus Baha menjelaskan bahwa situasi ini memberi kesempatan bagi pria itu untuk lebih fokus pada pekerjaannya dan membangun kembali kehidupannya tanpa terganggu oleh pandangan orang lain.
Dalam pandangannya, ada kebaikan yang besar ketika Allah menata kehidupan seseorang agar terhindar dari situasi yang bisa mempermalukan.
Pria itu awalnya terkejut mendengar pandangan Gus Baha, namun kemudian ia tertawa menyadari kebenaran dari sudut pandang yang disampaikan.
Advertisement
Hikmah Ditinggal dan Dijauhi Teman saat Miskin dan Berjuang
Terkadang, menurut Gus Baha, yang kita anggap sebagai halangan atau kesulitan, justru adalah bentuk penjagaan Allah terhadap harga diri kita. Dengan ini, Gus Baha mengajak umat untuk melihat ujian sebagai anugerah yang mungkin saja belum disadari.
Gus Baha juga mengingatkan bahwa saat teman-teman menjauh di kala kita jatuh, Allah memberi ruang untuk menata diri dan introspeksi.
Dalam kesepian itulah, seseorang bisa lebih dekat dengan Allah dan lebih memahami bahwa tidak ada yang benar-benar abadi dalam hidup kecuali hubungan dengan Sang Pencipta.
Dengan kisah tersebut, Gus Baha berharap agar orang-orang yang sedang mengalami masa sulit tidak mudah berkecil hati atau menganggap dirinya tidak berharga. Sebaliknya, setiap individu harus meyakini bahwa Allah tidak akan memberi ujian tanpa maksud yang baik di baliknya.
Lebih jauh, Gus Baha juga mengajak umat untuk lebih berhati-hati dalam memilih teman. Menurutnya, banyak orang yang mendekat saat kita berada di puncak, namun hanya sedikit yang tetap setia di kala kita jatuh. Hal ini, menurutnya, adalah ujian dari Allah untuk mengajarkan siapa teman sejati yang benar-benar peduli.
Bagi Gus Baha, kehadiran teman sejati adalah mereka yang datang bukan untuk mencari keuntungan, melainkan sebagai sahabat yang tulus mendampingi. Namun, jika mereka tidak ada, itu artinya Allah sedang mengajari seseorang untuk bersandar penuh kepada-Nya, bukan kepada makhluk.
Kisah ini juga mengandung pesan bahwa dalam kondisi miskin atau kaya, manusia tetap harus mengedepankan rasa syukur dan tidak menyalahkan orang lain.
Gus Baha mengingatkan bahwa kebahagiaan sejati bukanlah banyaknya harta atau teman, tetapi ketenangan hati yang bersumber dari kedekatan kepada Allah.
Gus Baha menutup pesan tersebut dengan harapan agar setiap orang dapat belajar melihat sisi baik di balik setiap ujian. Menurutnya, yang terpenting adalah tetap berbaik sangka kepada Allah dan memahami bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak-Nya dengan maksud yang baik.
Kisah ini menyadarkan banyak orang bahwa kehilangan teman di saat-saat sulit bukanlah akhir dari segalanya. Sebaliknya, itu bisa menjadi awal untuk lebih dekat kepada Allah dan menemukan nilai sejati dari kehidupan.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul