Liputan6.com, Jakarta - PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam mengumumkan laporan keuangan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024. Pada periode tersebut, perseroan mencatatkan EBITDA Rp 3,93 triliun pada periode yang sama.
Penjualan Antam hingga September 2024 tercatat sebesar Rp 43,2 triliun. Raihan itu naik 39,81 persen dibandingkan penjualan per September 2023 yang tercatat sebesar Rp 30,9 triliun. Direktur Utama ANTAM, Nico Kanter menyatakan pencapaian ini menegaskan kemampuan Perusahaan dalam menjaga stabilitas dan daya saing di tengah berbagai tantangan global.
Advertisement
"Kami terus berkomitmen untuk memberikan nilai positif bagi para pemegang saham dan pemangku kepentingan,” kata Nico dalam keterangan resmi, Kamis (31/10/2024).
Bersamaan dengan naiknya penjualan, beban pokok penjualan per September 2024 bengkak menjadi Rp 39,1 triliun dibandingkan Rp 24,8 triliun per September 2023. Alhasil, laba kotor per September 2024 susut menjadi Rp 4,1 triliun dibandingkan laba kotor pada September 2023 yang tercatat sebesar Rp 6,1 triliun.
Pada periode yang sama, beban usaha Perusahaan turun 19% menjadi Rp 2,24 triliun, dibandingkan capaian periode sembilan bulan tahun 2023 sebesar Rp 2,75 triliun.
"Penurunan ini utamanya disebabkan oleh penurunan biaya terkait logistik dan asuransi seiring dengan terdampaknya penjualan komoditas nikel dan bauksit akibat kondisi perizinan selama sembilan bulan tahun ini," kata Nico.
Perusahaan juga membukukan penurunan beban keuangan pada September 2024 sebesar 14% menjadi Rp 176,49 miliar dibandingkan posisi September 2023 sebesar Rp 205,76 miliar seiring dengan upaya menurunkan interest bearing debt PADA 2024 sebagai bagian dari program efisiensi perusahaan.
Setelah memperhitungkan beban pajak, perseroan membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 2,2 triliun. Laba itu turun 22,72 persen dibandingkan laba per September 2023 yang tercatat sebesar Rp 2,85 triliun.
Aset Perseroan
ANTAM membukukan kenaikan aset, dari Rp 35,50 triliun di September 2023 menjadi Rp 40,98 triliun di September 2024 atau meningkat 15%. Pada periode yang sama, total liabilitas ANTAM turun 3% menjadi Rp 10,60 triliun, dari nilai liabilitas di September 2023 sebesar Rp 10,88 triliun.
Sedangkan nilai ekuitas ANTAM pada September 2024 tercatat sebesar Rp 30,38 triliun, tumbuh 23% dari nilai ekuitas pada September 2023 sebesar Rp 24,62 triliun. ANTAM menunjukkan posisi keuangan yang kuat yang tercermin dari penurunan pinjaman berbunga (interest bearing debt) menjadi Rp 1,63 triliun pada September 2024.
Penurunan sebesar 45% dari posisi pinjaman pada September 2023 sebesar Rp 2,99 triliun, merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi biaya di tahun 2024. Selain itu, pertumbuhan saldo kas dan setara kas yang mencapai Rp 9,60 triliun, naik 27% dari posisi pada akhir periode September 2023 sebesar Rp 7,54 triliun, menambah fondasi likuiditas yang solid bagi perusahaan.
"Dengan struktur keuangan yang stabil dan tingkat utang yang rendah, ANTAM memiliki fleksibilitas keuangan yang cukup untuk menjalankan inisiatif strateginya dengan memanfaatkan peluang pertumbuhan melalui proyek pengembangan usaha yang sedang dijalankan," pungkas Nico.
Advertisement
Alasan Antam Beli 30% Saham Smelter Milik Tsingshan
Sebelumnya, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau disebut Antam melalui anak usaha PT Gag Nikel (PTGN),membeli 30 persen saham PT Jiu Long Metal Industry (JLMI) senilai USD 102.500.000 atau USD 102,50 juta. Nilai itu setara sekitar Rp 1,60 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah 15.659).
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Selasa (8/10/2024), anak usaha Antam membeli saham JLMI dari Newton International Investment Pte Ltd (NII). Adapun NII merupakan anak usaha Eternal Tsingshan Group Limited (ETGL) suatu perusahaan yang didirikan secara sah berdasarkan hukum Hong Kong SAR. Baik PTGN dan NII bukan merupakan pihak yang terafiliasi. Sebelumnya, PTGN dan NII telah menandatangani perjanjian jual beli bersyarat pada 3 Mei 2024.
Kemudian pada hari yang sama, PTGN dan UMT (Universal Metal Trading), anak usaha yang dikendalikan ETGL telah menandatangani ore supply agreement yang mendasari dilakukannya penyediaan bijih nikel dari PTGN kepada UMT.
Bagian dari Transaksi
Selain itu, prepayment yang mendasari dilakukannya pembayaran di muka oleh UMT kepada PTGN atas sebagian pemasokan bijih nikel yang akan dikirimkan oleh PTGN kepada UMT, yang mana dana yang didapatkan PTGN berdasarkan prepayment agreement dipakai oleh PTGN untuk menjadi bagian dari pembayaran atas transaksi pembelian saham.
Sehubungan hal itu sebagai bagian dari rangkaian transaksi, transaksi pembelian saham yang merupakan suatu informasi atau fakta material lainnya sebagaimana dimaksud dalam POJK Nomor 31/2015.
"Akta pengalihan saham ditandatangani oleh PTGN dan NII pada 3 Oktober 2024,” demikian seperti dikutip dari keterbukaan informasi BEI.
Manajemen Antam menyatakan, transaksi pembelian saham JLMI ini untuk mengimplementasikan kebijakan hilirisasi. Hal ini seperti diberlakukan oleh Pemerintah Indonesia berdasarkan kontrak karya generasi VII yang ditandatangani pada 19 Februari 1998 dengan Nomor B.53/Pres/1/1998 Tahun 1998 antara pemerintah Indonesia dan PTGN sebagaimana telah diamandemen oleh amandemen kontrak karya pada 12 April 2017.
Advertisement
Bakal Dapat Dividen
Perseroan menyatakan, tujuan dari kewajiban hilirisasi ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja keuangan sehingga dapat menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham.
Selain itu, implementasinya juga diharapkan dapat mendukung upaya pemerintah Indonesia dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik nasional. Seiring transaksi itu, anak usaha Antam diharapkan mendapatkan dividen sehingga berdampak terhadap Perseroan.
“Dengan dilaksanakannya transaksi pembelian saham, di mana ke depannya, PTGN selaku pemegang saham, JLMI akan mendapatkan dividen dari JLMI, secara konsolidasian juga akan memberikan tambahan bagi net income bagi Perseroan,” demikian seperti dikutip.
Adapun setelah PTGN efektif menjadi pemegang saham JLMI, PTGN telah memberikan pinjaman pemegang saham kepada JLMI berdasarkan perjanjian pinjaman pemegang saham. Adapun pinjaman yang diberikan dari PTGN kepada JLMI berdasarkan perjanjian senilai USD 18 juta atau setara Rp 274,44 miliar yang dihitung berdasarkan kurs referensi Bank Indonesia JISDOR pada 2 Oktober 2024.
Pemberian pinjaman pemegang saham merupakan transaksi afiliasi berdasarkan POJK Nomor 42/2020 karena setelah PTGN efektif menjadi pemegang saham pada JLMI, Perseroan menjadi pemegang saham utama tidak langsung atas JLMI.