Fajar Martha Akui Series Zona Merah Terinspirasi dari Kasus Bupati Langkat yang Pernah Viral

Series Zombie pertama di Vidio Original Series ini mengaku terinspirasi dari kasus pengurungan manusia di Langkat.

oleh Naia Trianisa Pangestu diperbarui 01 Nov 2024, 16:00 WIB
Gala Premiere series Zona Merah di Metropole XXI, Jakarta Pusat pada Kamis, 31 Oktober 2024.

Liputan6.com, Jakarta Vidio Original Series kembali lagi dengan merilis serial terbarunya berjudul Zona Merah. Serial ini membawakan cerita baru dengan mengangkat sub genre apokalips di sebuah lokasi fiktif di Indonesia, Rimbalaya (universe Zona Merah). Walaupun tempat ini hasil imajinasi, Fajar Martha Santosa dan Sidharta Tata selaku sutradara mengaku banyak terinspirasi dari kejadian nyata di kehidupan masyarakat.

Film ini mengusung tema horor dipadu dengan thriller yang akan memacu jantung, karena karakter harus melawan ‘Mayit Hidup’ yang menyerang manusia. Dalam series ini, penonton harus siap dibawa ke dalam dunia apokalips yang penuh kematian.

Fajar Martha Santosa, selaku produser mengatakan bahwa series ini muncul dari kasus yang sempat viral mengenai Bupati Langkat.

“Sebenarnya ide ini muncul karena kita sering ngeliat berita waktu itu kalau enggak salah bupati Langkat yang mengurung orang di dalam kurungan," ucap Fajar saat acara Gala Premiere di Metropole XXI, Jakarta Pusat pada Kamis, 31 Oktober 2024. 

Walaupun kasus tersebut sudah lama berlalu, Fajar dan Tata beserta teman-teman Penakawan yang merakit cerita tersebut mengaku tetap terinspirasi dan berani untuk mengangkat cerita tersebut ke dalam Zona Merah

“Beritanya sudah lewat, tetapi imajinasi kami tetap lanjut. Kami mengembangkan cerita itu untuk ditarik lebih besar lagi, menjadi bertema zombie,” ucapnya pada press release yang diberikan kepada media. 


Mayit Hidup dan Politik Kotor

Vidio Original Series Zona Merah (Dok. Vidio)

Cerita dalam series Zona Merah ini akan berpusat pada satu kota kecil terletak di Jawa Tengah, Rimbalaya. Dalam Rimbalaya, masyarakat memiliki mata pencaharian yang beragam, dimulai PNS, tukang jamu, pedagang, buruh dan masih banyak lagi. 

Maya, yang diperankan oleh Aghniny Haque merupakan buruh pabrik kaya yang berjuang menghidupi adik semata wayangnya, Adi (Devano Danendra). Bersamaan dengan itu, ada seorang jurnalis dari Jakarta, Risang yang sedang menyelidiki bupati korup di Rimbalaya. 

Zona Merah akan dipenuhi dengan berbagai macam masalah, bukan hanya melawan ‘Mayit Hidup’ tetapi para masyarakat juga harus melawan para petinggi yang korup di kota mereka tersebut. Menampilkan adegan pertarungan yang epik ditambah konflik politik kotor ini akan menambahkan ketegangan yang dihadirkan oleh series ini.


Zombie Versi Lokal

Aghniny Haque, Sidharta Tata dan Fajar Martha Santosa di SCTV Tower saat wawancara untuk Zona Merah. (Liputan6/Naia Trianisa Pangestu).

Sidharta Tata dan Fajar Martha telah mengembangkan cerita tersebut secara matang dari akhir tahun 2023 bersama dengan Penakawan, sebuah creative house dari Yogyakarta sehingga Zona Merah dapat terlahir. Pada pernyataan Tata dan Fajar, mereka ingin menghadirkan series zombie yang tidak lepas dari unsur lokal.

“Kami di Penakawan kan suka banget memasukan hal-hal yang konteksnya lokal. Gimana ya kalau masyarakat kita itu ketemu sama mayat hidup?" ujarnya.


Cawan Hantu

Bukan hanya mengubah penamaan Zombie menjadi ‘Mayit Hidup’, Zona Merah juga menggali mitologi Indonesia yang memiliki bunga kemerah-merahan dengan bau busuk menyengat. Bunga ini dipercaya oleh sebagian masyarakat tertentu dapat menyebabkan segala masalah, namun sebagian lagi percaya dapat dijadikan obat manjur untuk segala penyakit. 

Cawan Hantu namanya, Bunga tersebut akan menjadi awal masalah besar dalam Zona Merah yang membuat lahirnya para Mayat Hidup menyeramkan dan meneror para waga.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya