Mengatasi Overthinking, Ini 5 Kebiasaan yang Harus Dihindari di Era Digital

Mengapa mudah overthinking saat dewasa kini?

oleh Mochamad Rizal Ahba Ohorella diperbarui 01 Nov 2024, 12:19 WIB
Ternyata Overthinking terdiri dari 2 jenis yaitu Ruminating dan Worrying, coba kamu pahami apa bedanya dari penjelasan di bawah ini (Foto: Unsplash.com/Anthony Tran)

Liputan6.com, Jakarta Di era digital yang serba cepat ini, overthinking menjadi tantangan yang semakin umum dihadapi oleh banyak orang. Informasi yang berlimpah dan tekanan untuk selalu terhubung sering kali membuat anda terjebak dalam lingkaran pemikiran yang berlebihan. Alih-alih membantu untuk membuat keputusan yang bijaksana, overthinking justru dapat menguras energi mental dan menjauhkan anda dari ketenangan batin.

Penting bagi anda untuk menyadari kebiasaan-kebiasaan yang dapat memicu dan memperparah overthinking agar dapat mengelolanya dengan lebih baik. Dalam kehidupan sehari-hari, tanpa disadari, anda sering kali melakukan kebiasaan-kebiasaan yang memperburuk kecenderungan untuk berpikir berlebihan.

Dengan memahami apa saja kebiasaan tersebut, anda dapat mulai mengambil langkah-langkah untuk menghindarinya dan menciptakan ruang bagi pikiran yang lebih tenang dan terkendali. Mari bersama bahas lima kebiasaan yang sebaiknya dihindari agar tidak terjebak dalam pusaran overthinking, dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Jum'at (1/11/2024).


1. Menilai Kebahagiaan dengan Standar dari Orang Lain

Keteguhan hati./Copyright freepik.com/author/senivpetro

Sering kali, individu terjebak dalam keinginan untuk hidup sesuai standar orang lain, terutama ketika memasuki masa dewasa. Membandingkan diri dengan orang lain dapat menimbulkan keraguan terhadap pilihan hidup, yang mengarah pada overthinking dan keramaian pikiran.

Lebih parahnya, perbandingan ini sering mengaburkan tujuan dan nilai pribadi, karena keinginan untuk diterima atau dihargai seperti orang yang dianggap sukses. Padahal, pencapaian orang lain bukanlah ukuran kebahagiaan pribadi. Penting untuk fokus pada proses pribadi dan menghentikan siklus overthinking demi ketenangan pikiran.


2. Mengurangi Ketidakpastian dengan Mengendalikan Semuanya

Menghadapi kehidupan./copyright freepik.com/author/senivpetro

Salah satu penyebab overthinking adalah kebiasaan ingin mengendalikan segala sesuatu. Ketika seseorang memasuki usia dewasa, mereka belajar bahwa tidak semua dapat diatur sesuai keinginan. Namun, ketakutan terhadap ketidakpastian sering membuat banyak orang terjebak dalam keinginan untuk mengontrol berbagai aspek, seperti situasi, emosi, dan pandangan orang lain.

Usaha untuk mengendalikan semua itu justru memicu kecemasan. Ketidakpastian adalah bagian dari kehidupan, dan semakin seseorang mencoba melawannya, semakin terjebak dalam kekhawatiran yang tiada akhir.

Pikiran cenderung berputar-putar, menganalisis kemungkinan buruk yang belum tentu terjadi. Sebaiknya, terimalah bahwa tidak semua aspek dapat dikendalikan dan fokuslah pada tindakan yang benar-benar bisa diatur, seperti reaksi terhadap situasi, untuk mengurangi kebiasaan overthinking.


3. Bersikap Keras Terhadap Diri Sendiri

Kalem dan penuh karisma./Copyright freepik.com/author/senivpetro

Menghadapi tantangan hidup yang semakin kompleks sering kali membuat seseorang menekan diri dengan harapan yang terlalu tinggi. Sifat perfeksionis dan standar yang ditetapkan dapat menjadi bumerang, memicu pikiran berlebihan dan menambah beban mental ketika merasa belum memenuhi ekspektasi.

Ketika terlalu keras terhadap diri sendiri, seseorang cenderung fokus pada kesalahan dan kekurangan, dipenuhi penyesalan dan kekhawatiran akan kegagalan. Rasa bersalah yang terus menerus berdampak buruk pada kesehatan mental. Mengapresiasi setiap usaha, sekecil apa pun, dapat membantu merasa lebih lega dan menerima diri sendiri. Mengurangi overthinking bisa dilakukan dengan memberi ruang bagi kesalahan, yang merupakan bagian dari perjalanan menuju kesuksesan.


4. Menanggung Beban Sendiri

Gambar./Hak cipta freepik.com/penulis/freepik

Sering kali, menahan masalah sendiri dianggap lebih baik untuk menghindari membebani orang lain atau menunjukkan kelemahan. Namun, sikap ini justru memperburuk kondisi mental dan meningkatkan overthinking, karena pikiran dipenuhi asumsi dan ketakutan yang tidak perlu. Menyimpan masalah sendiri dapat menyebabkan perasaan terisolasi dan memunculkan skenario buruk yang belum tentu terjadi.

Berbagi dengan orang yang dipercaya dapat mengurangi beban pikiran dan membantu menghentikan siklus overthinking. Jangan ragu untuk meminta saran atau berbagi cerita dengan sahabat, keluarga, atau profesional. Membuka diri adalah langkah awal untuk menyadari bahwa tidak harus menghadapi semuanya sendirian.


5. Melupakan Keperluan Emosi Pribadi

Perilaku yang benar./Copyright freepik.com/author/freepik

Seringkali, kesibukan dan tanggung jawab sehari-hari membuat orang melupakan pentingnya merawat kebutuhan emosional. Mengabaikan perasaan seperti kecemasan atau kemarahan dapat menyebabkan ketidakstabilan emosional dan memicu overthinking. Jika tidak meluangkan waktu untuk memahami perasaan sendiri, seseorang bisa menjadi lebih reaktif dan gelisah akibat beban emosional yang menumpuk.

Penting untuk mengolah emosi dengan cara yang sehat, seperti menulis jurnal, meditasi, atau melakukan aktivitas yang menyenangkan hati. Ini membantu melepaskan energi negatif dan menenangkan pikiran. Mengelola overthinking juga dapat dilakukan dengan mengubah sikap, menerima ketidakpastian, dan merawat kebutuhan emosional.

Dengan sikap yang lebih bijaksana, setiap fase kehidupan dapat dinikmati dan diambil hikmahnya. Perjalanan menuju kedewasaan lebih tentang kedamaian hati daripada pencapaian semata.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya