Saham Asia Anjlok, Bursa Jepang Terkoreksi Lebih dari 2 Persen

Di Jepang, Nikkei 225 turun lebih dari 2% pada awal perdagangan, sementara indeks saham Topix yang berbasis luas turun 1,4%. Bank of Japan mempertahankan suku bunga kebijakan acuannya di 0,25% pada hari Kamis.

oleh Septian Deny diperbarui 01 Nov 2024, 08:52 WIB
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta Bursa saham Asia-Pasifik sebagian besar turun pada hari Jumat, setelah indeks saham patokan Wall Street, Nasdaq Composite dan S&P 500 mengalami hari terburuk mereka dalam hampir dua bulan karena perkiraan pendapatan Microsoft yang suram dan hasil laporan Meta.

Dikutip dari CNBC, Jumat (1/11/1014), di Jepang, Nikkei 225 turun lebih dari 2% pada awal perdagangan, sementara indeks saham Topix yang berbasis luas turun 1,4%. Bank of Japan mempertahankan suku bunga kebijakan acuannya di 0,25% pada hari Kamis.

Di Korea Selatan, indeks saham Kospi kehilangan 0,45% dan indeks Kosdaq turun 1,30%.

Indeks saham Hang Seng berjangka Hong Kong berada di 20.432, menunjuk ke rebound dari penutupan terakhir di 20.317,33. Sedangkan di Australia, S&P/ASX 200 memulai perdagangan 1% lebih rendah.

Trader di Asia menunggu serangkaian data ekonomi dari kawasan tersebut.

Laporan indeks manajer pembelian manufaktur Caixin China untuk Oktober diperkirakan mencapai 49,7, menurut jajak pendapat Reuters terhadap para ekonom, dibandingkan dengan 49,3 pada September, tetapi masih di wilayah kontraksi.

Pembacaan di bawah 50 menunjukkan kontaksi dalam manufaktur, sedangkan di atas itu menunjukkan ekspansi.

Indeks harga produsen kuartal ketiga Australia naik 3,9% dari tahun ke tahun, jauh lebih rendah dari 4,8% pada kuartal sebelumnya, menurut data dari Biro Statistik Australia pada hari Jumat.

Secara kuartal ke kuartal, indeks naik 0,9% dibandingkan dengan kenaikan 1% pada kuartal sebelumnya.

 


IHSG Bertahan di Zona Hijau, Investor Asing Jual Saham Rp 340,75 Miliar

Karyawan berjalan di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona hijau hingga penutupan perdagangan saham Kamis, 31 Oktober 2024. Akan tetapi, penguatan IHSG terbatas hingga penutupan perdagangan.

Mengutip data RTI, IHSG naik tipis 0,06 persen ke posisi 7.574. Indeks LQ45 melemah 0,35 persen ke posisi 921,41. Sebagian besar indeks saham acuan bervariasi.

Pada perdagangan Kamis pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.617,36 dan level terendah 7.558,68. Sebanyak 285 saham melemah dan 294 saham menguat. 208 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham 1.386.541 kali dengan volume perdagangan 21,4 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 13,3 triliun.  Investor asing jual saham Rp 340,75 miliar. Sepanjang 2024, investor asing beli saham Rp 38,36 triliun. Adapun posisi dolar Amerika Serikat berada di posisi 15.690.

Mayoritas sektor saham menguat kecuali sektor saham basic turun 0,12 persen dan sektor saham infrastruktur merosot 0,16 persen. Sementara itu, sektor saham kesehatan melesat 2,11 persen, dan catat penguatan terbesar. Sektor saham energi naik 1,31 persen, sektor saham industri menguat 0,59 persen, sektor saham consumer nonsiklikal melesat 0,39 persen dan sektor saham consumer siklikal menanjak 0,27 persen.

 


Sektor Saham Keuangan

Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sektor saham keuangan bertambah 0,32 persen, sektor saham properti mendaki 0,49 persen, sektor saham teknologi naik 0,67 persen dan sektor saham transportasi melesat 0,19 persen.

Mengutip Antara, dalam kajian tim riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, bursa saham Asia bergerak variasi, serangkaian informasi menjadi fokus perhatian pelaku pasar.

National Bureau of Statistics China melaporkan indeks manufaktur meningkat menjadi 50,1 pada Oktober 2024, dari sebelumnya sebesar 49,8 pada September 2024 dan sedikit di atas ekspektasi pasar yang sebesar 50.

Hal tersebut menandai ekspansi pertama dalam aktivitas pabrik sejak April 2024, yang juga memberikan petunjuk bagaimana serangkai langkah-langkah stimulus oleh China untuk membalikkan perlambatan ekonomi memberikan dampak positif.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya