Liputan6.com, Jakarta - Salah satu pendiri perusahaan kripto Ripple, Chris Larsen muncul sebagai pendukung penting Wakil Presiden Kamala Harris menjelang pemilihan presiden AS. Menurut Larsen, jika Harris menjabat sebagai presiden, meningkatkan inovasi dalam sektor kripto AS.
Dilansir dari Yahoo Finance, Minggu (3/11/2024), Larsen telah menyumbangkan sekitar USD 12 juta atau setara Rp 188,6 miliar (asumsi kurs Rp 15.724 per dolar AS), terutama dalam bentuk token XRP Ripple, untuk kampanye Kamala Harris, menjadikannya donatur tunggal terbesar dari industri kripto pada siklus pemilihan ini.
Advertisement
Dukungan Larsen baru-baru ini terhadap Harris didasarkan pada pendekatannya terhadap kebijakan kripto di AS. Ia percaya pemerintahan Harris akan mengambil sikap yang lebih mendukung inovasi dalam industri teknologi dan kripto dibandingkan dengan pemerintahan Biden saat ini.
Ia mengkritik kerangka regulasi pemerintahan Biden, menyebutnya sebagai bencana yang sangat dipengaruhi oleh tokoh-tokoh seperti Senator Elizabeth Warren, yang telah memimpin apa yang disebutnya sebagai "perang melawan kripto" yang salah arah.
Larsen berpendapat kebijakan pemerintahan sebelumnya terlalu antibisnis, yang menghambat pertumbuhan dan mendorong sektor kripto ke luar negeri dan menjauh dari AS.
Larsen menyatakan keyakinannya Harris akan mempromosikan lingkungan yang lebih probisnis, yang mendorong pertumbuhan dalam teknologi dan kripto.
Larsen menekankan bahwa di bawah Harris, akan ada pendekatan yang sama sekali berbeda dari Biden, yang memprioritaskan inovasi Amerika dan memposisikan AS sebagai pemimpin dalam lanskap teknologi global.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Kamala Harris Janji Bakal Layani Warga AS Jika Terpilih Jadi Presiden
Calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat Kamala Harris menyatakan pada Rabu (30/10/2024) bahwa ia akan melayani seluruh warganya jika terpilih menjadi presiden.
"Ketika terpilih sebagai presiden, saya akan mewakili semua warga Amerika, termasuk mereka yang tidak memilih saya," katanya kepada wartawan sebelum menuju kampanye di North Carolina, salah satu dari tujuh negara bagian medan pertempuran yang akan menentukan hasil pemilu pada tanggal 5 November.
Rivalnya, Donald Trump, juga mengadakan kampanye di sana pada Rabu.
Di waktu-waktu terakhirnya melakukan kampanye, Harris menekankan kepada para pemilih bahwa ia akan menghormati kelompok-kelompok yang tidak setuju dengannya.
Hal ini diungkapkannya ketika Presiden AS Joe Biden justru membuat komentar anti-persatuan dengan menyebut para pendukung Trump sebagai "sampah".
"Satu-satunya sampah yang saya lihat beredar di luar sana adalah pendukungnya - dia (Trump) - penghujatannya terhadap orang Latin tidak dapat diterima," tutur Biden, seperti dilansir CNA, Kamis (31/10/2024).
Harris juga menggambarkan Trump sebagai ancaman bagi demokrasi.
Advertisement
Dukungan bagi Trump dan Harris
Jajak pendapat Reuters/Ipsos pada hari Selasa menunjukkan Harris mengungguli Trump dengan 44 persen berbanding 43 persen di antara pemilih yang terdaftar secara nasional, dalam batas kesalahan.
Jajak pendapat lainnya menunjukkan margin yang ketat di tujuh negara bagian medan pertempuran pemilihan.
Kerusakan akibat badai bulan lalu telah membuat hasil North Carolina sangat sulit diprediksi.
Trump memenangkan North Carolina dengan selisih kurang dari 1,5 poin persentase pada tahun 2020. Kandidat Demokrat terakhir yang memenangkan negara bagian itu adalah Barack Obama pada tahun 2008.
Menurut rata-rata jajak pendapat oleh FiveThirtyEight, Trump saat ini hanya unggul satu poin persentase atas Harris di negara bagian itu.