Laba Gudang Garam Turun 77,73%, Begini Gerak Harga Saham GGRM

PT Gudang Garam Tbk (GGRM) catat pendapatan turun 9,6 persen dan laba merosot 77,73 persen hingga September 2024.

oleh Agustina Melani diperbarui 01 Nov 2024, 11:00 WIB
PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatat penurunan penjualan dan laba bersih hingga kuartal III 2024. Hal itu juga berdampak terhadap pergerakan harga saham GGRM. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatat penurunan penjualan dan laba bersih hingga kuartal III 2024. Hal itu juga berdampak terhadap pergerakan harga saham GGRM.

Mengutip data RTI, harga saham GGRM melemah selama sepekan terakhir pada 28 Oktober-1 November 2024. Pada perdagangan Jumat pagi, 1 November 2024,  harga saham GGRM masih melanjutkan koreksi 1,24 persen ke posisi Rp 13.900 per saham. Nilai transaksi saham GGRM mencapai Rp 4,46 miliar dengan frekuensi perdagangan 484 kali.

Pada perdagangan Kamis, 31 Oktober 2024, harga saham GGRM juga masih lesu. Harga saham GGRM ditutup 1,23 persen ke posisi Rp 14.075 per saham. Nilai transaksi harga saham GGRM sebesar Rp 19,63 miliar dengan volume perdagangan 1,39 juta saham. Total frekuensi perdagangan 1.824 kali.

Harga saham GGRM bahkan anjlok usai rilis laba kuartal III 2024 pada Rabu, 30 Oktober 2024. Harga saham GGRM melemah 4,2 persen ke posisi Rp 14.250 per saham. Nilai transaksi saham GGRM mencapai Rp 21,75 miliar dengan volume perdagangan 1,51 juta saham. Total frekuensi perdagangan 2.157 kali.

Sebelumnya, harga saham GGRM alami koreksi dua hari berturut-turut pada 28 dan 29 Oktober 2024. Harga saham GGRM masing-masing turun 0,16 persen dan 0,67 persen.

Selama sepekan terakhir, harga saham GGRM anjlok 8,42 persen. Sejak awal tahun, saham GGRM terpangkas 31,73 persen.

PT Gudang Garam Tbk meraup pendapatan Rp 73,89 triliun hingga September 2024. Pendapatan Perseroan turun 9,6 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 81,74 triliun.

Biaya pokok pendapatan susut 5,34 persen dari Rp 70,33 triliun menjadi Rp 66,57 triliun. Meski demikian, laba bruto Perseroan terpangkas 35,88 persen menjadi Rp 7,32 triliun. Pada periode kuartal III 2023, laba bruto Perseroan mencapai Rp 11,41 triliun.

Perseroan mencatat kenaikan beban usaha menjadi Rp 5,69 triliun hingga kuartal III 2024 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 5,43 triliun. Pendapatan lainnya naik menjadi Rp 211,41 miliar hingga September 2024 dari September 2023 sebesar Rp 203,59 miliar. Perseroan alami rugi kurs Rp 15,81 miliar hingga kuartal III 2024.

 

 


Laba Perseroan

Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan saham di penghujung tahun ini ditutup langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Perseroan mencatat laba usaha anjlok 70,65 persen menjadi Rp 1,81 triliun hingga kuartal III 2024 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 6,19 triliun.

Seiring kinerja tersebut, Gudang Garam meraih laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 992,20 miliar hingga kuartal III 2024. Laba tersebut merosot 77,73 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 4,45 triliun. Dengan demikian, laba per saham dasar dan dilusi turun menjadi Rp 516 hingga September 2024 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2.317.

Perseroan mencatat ekuitas Rp 61,85 triliun hingga 30 September 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 60,8 triliun. Total liabilitas susut menjadi Rp 23,69 triliun dari periode Desember 2023 sebesar Rp 31,58 triliun. 

Aset Perseroan terpangkas menjadi Rp 85,54 triliun hingga kuartal III 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 92,45 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 3,93 triliun hingga September 2024.


Gudang Garam Absen Tebar Dividen Tahun Buku 2023, Ini Sebabnya

Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) buka suara mengenai keputusan perseroan untuk tidak membagikan dividen atas laba tahun buku 2023. Di sisi lain, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatat kenaikan laba 91,55 persen menjadi Rp 5,32 triliun dari Rp 2,78 triliun pada 2022.

Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Gudang Garam, Heru Budiman menjelaskan, langkah perseroan untuk absen bagikan dividen tak lepas dari situasi ekonomi saat ini. Kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang belum ada kepastian turun, membuat adanya peningkatan suku bunga pinjaman perseroan pada akhir 2023 hingga awal 2024.

"Kita juga sadari kondisi keuangan ke depan, termasuk yang sangat dipengaruhi kondisi AS masih gonjang-ganjing tidak tunjukkan arah yang jelas. Suku bunga diperkirakan turun, tapi enggak turun. Naik, juga enggak naik. Itu membuat kita hati-hati untuk tidak bagi dividen sehingga pinjaman kita tidak akan meningkat, yang kalau suku bunga naik itu merupakan suatu kendala," jelas Heru dalan Public Expose Live, Kamis (29/8/2024).

Sebaliknya, jika suku bunga akan benar-benar turun pada sisa 2024, potensi pembagian dividen lebih tinggi lebih mungkin terjadi. Dibanding kondisi saat suku bunga masih tinggi dan perusahaan nekat bagikan dividen. "Bagi dividen, utangnya naik, bunganya naik. Itu kartu mati," pungkas Heru.


Marak Rokok Elektrik, Bagaimana Strategi Gudang Garam?

Ilustrasi rokok elektrik. (Foto: Ade Nasihudin/Liputan6.com).

Sebelumnya, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) angkat bicara mengenai fenomena rokok elektrik yang tengah menjamur. Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Gudang Garam, Heru Budiman menjelaskan, hingga saat ini perseroan belum ada rencana untuk melakukan ekspansi ke rokok elektrik.

Heru menjelaskan, alasan utama perseroan belum melirik rokok elektrik lantaran harga jual yang relatif lebih mahal dibanding rokok konvensional. Di sisi lain, daya beli masyarakat saat ini masih lesu.

"Kita sampai hari ini belum merencanakan untuk mengeluarkan produk ini mengingat bahwa produk rokok elektrik sebetulnya lebih mahal daripada rokok. Sedangkan besarnya segmen yang mampu merokok memang tumbuh tapi relatif kecil," jelas Heru dalam public expose live, dikutip Jumat (30/8/2024).

"Karena ini cenderung ada di level atas, mengingat bahwa rokok-rokok elektrik itu harus punya modal alatnya dan batang rokoknya yang dimasukkan itu pun terkena cukai," tambah dia. 

Menyambung, Direktur Gudang Garam Istata Taswin Siddharta menjelaskan bahwa total komponen dalam negeri atau TKDN dari produk rokok elektrik itu minim. Sehingga menjadi pertimbanagn lain mengapa perseroan enggan ekspansi ke produk tersebut.

"Untuk rokok alternatif ini total komponen dalam negeri yang ada di rokok-rokok itu relatif jauh lebih rendah daripada rokok konvensional. Itu juga salah satu faktor yang membuat kami berpikir berulang-ulang untuk melangkah ke segmen tersebut," imbuh Istata.

 

Infografis Jurus Pemerintahan Prabowo - Gibran Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya