Liputan6.com, Jakarta PT Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana menggelar Grand Launching Single Stock Future (SSF) dalam waktu dekat. Meski belum ada tanggal pasti, Direktur Utama BEI, Iman Rachman mengatakan kemungkinan grand launching akan diselenggarakan pada pertengahan November 2024.
Iman membocorkan, ada 3 anggota bursa (AB) yang bergabung dalam grand launching. Dia berharap, grand launching SSF nanti bisa dibarengi dengan transaksi.
Advertisement
"Nanti 11-14 November InshaAllah SSF akan grand launching dengan 3 anggota bursa (AB). Kita harap juga sudah ada transaksi pada saat launching," kata Iman dalam Capital Market Journalist Workshop di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), dikutip Jumat (1/11/2024).
Sebelumnya, Bursa telah melakukan soft launching produk Kontrak Berjangka Saham atau Single Stock Futures (SSF) pada 12 Agustus 2024. Bursa menargetkan transaksi SSF tembus 1 juta kontrak pada tahun depan.
Produk SSF dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melindungi nilai portofolio dan mendapatkan keuntungan pada saat harga saham sedang naik maupun turun.
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menuturkan, SSF merupakan perjanjian atau kontrak antara dua belah pihak untuk menjual atau membeli suatu saham di masa depan dengan harga yang telah ditentukan.
Berbeda dengan produk derivatif BEI lainnya yang didasari oleh indeks saham dan surat utang negara, efek yang mendasari SSF adalah saham. SSF juga memiliki satuan kontrak yang paling rendah dibanding produk derivatif lainnya, sehingga modal yang dibutuhkan investor untuk dapat mulai berinvestasi SSF lebih kecil.
"Jadi yang menjadi underline-nya ini nanti adalah saham. Ini adalah salah satu produk atau instrumen yang bisa digunakan oleh investor untuk mendapatkan keuntungan baik pada saat market bullish maupun sedang bearish," kata Jeffrey dalam pemberitaan sebelumnya.
Saat ini, kontrak yang diterbitkan dalam SSF mencakup 15 seri efek yang menggunakan 5 saham sebagai underlying. Saham-saham tersebut adalah ASII, BBCA, BBRI, MDKA, dan TLKM.
Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh produk Single Stock Futures, yaitu investor dapat mengambil posisi beli (long) atau jual (short) suatu saham sehingga dapat memperoleh potensi keuntungan saat harga saham tersebut sedang naik atau turun.
IHSG Lesu Usai Prabowo Jadi Presiden, Bos Bursa: Investor Wait and See
Sebelumnya, Indeks harga saham gabungan (IHSG) terpantau kembali berada di zona hijau pada penutupan perdagangan Kamis kemarin, setelah sepekan berada di zona merah. IHSG ditutup naik 0,06 persen ke posisi 7.574,019 pada Kamis, 30 November 2024.
IHSG lesu sejak 23 Oktober 2024. Saat itu, IHSG ditutup turun 0,02 persen ke posisi 7.787,565. Penurunan berlanjut. IHSG berturut-turut parkir di zona merah hingga ke posisi 7.569,850 pada Rabu, 30 Oktober 2024. Dalam sepekan terakhir, IHSG turun 1,85 persen namun masih naik 4,14 Year to Date.
Jika dicermati, IHSG mulai lesu usai pelantikan pemerintah baru pada 20 Oktober 2024. Namun Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman mengatakan gerak IHSG tidak hanya dipengaruhi sentimen domestik.
"Indeks itu mencakup berbagai hal. Tidak hanya domestik, tapi juga global maupun kondisi perusahaan sendiri," kata Iman dalam Capital Market Journalist Workshop di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), dikutip Jumat (1/11/2024).
Dari sentimen global, Iman mengatakan ada beberapa kondisi yang mempengaruhi IHSG. Seperti tensi geopolitik di Timur Tengah, hingga pemilu di Amerika Serikat (AS). Sementara di dalam negeri, Iman mencermati pasar masih wait and see pada kinerja 100 hari pertama Kabinet Merah Putih di bawah komando Presiden Prabowo.
"Investor wait and see dengan kabinet yang ada sekarang. Bagaimana pencapaian 100 hari pertama. Apa gebrakan yang dilakukan pemerintah Prabowo, apalagi peningkatan target GDP yang biasanya 5% menjadi 8%. Jadi perlu ada gebrakan dari kabinet yang baru," kata Iman.
Di sisi lain, Iman juga mencermati kebijakan penghapusan hutang atau kredit 6 juta nelayan dan UMKM. Menurut Iman, kebijakan itu berpotensi. "Hal ini juga akan berdampak kepada indeks kita. Semua terangkum ke indeks kita," pungkas Iman.
Advertisement
Dibuka Memerah, Intip Prediksi Gerak IHSG Hari Ini
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat berpotensi bergerak mendatar saat rilis inflasi Indonesia periode Oktober 2024.
Dikutip dari Antara, Jumat (11/1/2024), IHSG dibuka melemah 0,22 poin atau 0,00 persen ke posisi 7.573,79. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 0,11 poin atau 0,021 persen ke posisi 921,29.
"IHSG berpotensi bergerak sideways cenderung melemah menunggu data inflasi Indonesia dan unemployment US hari ini," ujar Head of Retail Research BNI Sekuritas Fanny Suherman di Jakarta, Jumat.
Dari mancanegara, data Amerika Serikat (AS) terbaru menunjukkan indeks PCE mencatat inflasi sebesar 2,1 persen pada September 2024, sesuai dengan perkiraan dan mendekati target 2 perss yang ditetapkan The Fed.
Pembacaan PCE, bersama dengan laporan payroll dan data pengangguran Oktober pada Jumat (1/11/2024), akan menjadi bahan pertimbangan dalam keputusan suku bunga The Fed pada (7/11/2024).
Bursa Asia
Bursa saham Asia-Pasifik mayoritas melemah pada Kamis (31/10/2024) setelah keputusan suku bunga Bank of Japan (BoJ) dan angka aktivitas bisnis utama dari China.
BoJ mempertahankan suku bunga acuan setelah meningkatnya ketidakpastian mengenai prospek Perekonomian dan stabilitas pemerintah setelah hasil pemilu terburuk koalisi yang berkuasa sejak tahun 2009, sedangkan di China, Biro Statistik Nasional mengungkapkan PMI manufaktur sebesar 50,1.
Pasar saham China CSI300 dan Shanghai Composite masing-masing naik 0,04 persen dan 0,42 persen, Indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,50 persen dan indeks Topix melemah 0,30 persen. Setelah laporan keuangan kuartalan dari raksasa teknologi menunjukkan hasil yang mengecewakan.
Advertisement