Mengintip Rapor Emiten Rokok hingga September 2024, Laba Kompak Ambrol

Emiten rokok kompak bukukan penurunan laba meski dari sisi pendapatan bervariasi. Saat ini, emiten rokok di Indonesia adalah GGRM, WIIM, HMSP dan ITIC.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 02 Nov 2024, 12:00 WIB
Pedagang memperlihatkan sejumlah rokok saat menggelar aksi damai Terimakasih tembakau di Jakarta, Selasa (31/50). Dalam aksi tersebut mereka melakukan penolakan terhadap hari tanpa tembakau sedunia yang jatuh pada tagl 31 mei. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah emiten rokok telah melaporkan kinerja keuangan perusahaan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024. Pada periode tersebut, emiten rokok kompak bukukan penurunan laba meski dari sisi pendapatan bervariasi.

Penurunan laba paling signifikan dicatatkan oleh emiten rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Laba GGRM hingga September 2024 turun 77,74 persen menjadi sebesar Rp 992,2 miliar dari Rp 4,46 triliun pada September 2023. Penurunan laba terjadi bersamaan dengan pendapatan per September 2024 yang turun menjadi Rp 73,89 triliun dibandingkan September 2024 yang tercatat sebesar Rp 81,75 triliun

Selanjutnya PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM). WIIM membukukan laba Rp 207,51 miliar, turun 52,99 persen dibandingkan laba September 2023 yang tercatat sebesar Rp 441,4 miliar. Penurunan laba sejalan dengan penjualan per September 2024 yang mengalami penurunan 7,76 persen menjadi RP 3,43 triliun dibanding Rp 3,72 triliun pada September 2023.

Laba PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) turun 15,80 persen menjadi Rp 5,22 triliun per September 2024 dari Rp 6,21 triliun pada Desember 2023. Penurunan laba terjadi bahkan ketika penjualan mengalami kenaikan.

Hingga September 2024, perseroan membukukan penjualan Rp 88,46 triliun dibandingkan penjualan pada September 2023 yang tercatat sebesar Rp 87,27 triliun. Namun seiring dengan itu, beban pokok penjualan juga bengkak, mengakibatkan laba kotor mengalami penurunan.

Sementara laba PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) turun 10,20 perne menjadi Rp 16,94 miliar pada September 2024 dibandingkan posisi pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 18,86 miliar. Penurunan terjadi meski perseroan membukukan pertumbuhan dari sisi penjualan.

Sampai dengan September 2024, perseroan membukukan penjualan Rp 243,07 miliar dibandingkan Rp 221,15 miliar pada September 2023. Namun bersamaan dengan itu, beban pokok penjualan ikut naik sehingga menekan laba kotor.

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya